Budaya tentang Penyambutan dan Pemberian Nama Bayi, Kabupaten Gresik, di dalam Seni Budaya/ Culture of Welcoming and Giving Baby Names, Gresik regency, at the Cultural Arts

Budaya tentang Penyambutan dan Pemberian Nama Bayi, Kabupaten Gresik, di dalam Seni Budaya

(sumber/ source:_.1997. Upacara Adat Jawa Timur. Surabaya: Departemen P dan K Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.)

Kehadiran manusia ke bumi ini samak sekali bukanlah secara kebetulan, melainkan kehadiran ini sepeuhnya adalah atas kehendak dan rencana Allah. Dia Maha Pencipta. Dia menciptakan manusia dan Dia pula yang memberi bentuk terhadap manusia. Allah menciptakan manusia pasti ada maksudnya dan manusia seharusnya menyadari bahwa kehadirannya ke dunia pasti tidak untuk sia-sia. Mula terjadi pertemuan antara sperma dengan indung telur, berkembagn selama empat puluh hari. Kemudian berubah semakin mengental yang juga berkembang selama empat puluh hari. Setelah genap empat bulan datanglah Malaikan untuk meniupkan roh atau nyawa. Selanjutnya sedikit demi sedikit segumpal daging tersebut berubah bentuk dengan segala perlengkapan biologinya menjadi bayi hingga berumur 7 bulan atau 9 bulan atau lebih. Setelah tiba waktunya, maka lahirlah sang bayi ke atas bumi. manusia dilahirkan dalam bentuk bayi, yang seluruh kehidupannya sangat bergantung pada orang tuanya (orang yang telah dewasa). Jadi anak merupakan rahmat yang besar bagi orang tuanya. Merupakan rahmat bila anak tersebut menjadi anak yang soleh, birul walidain, yang berbakti kepada orang tua. Sebuah hadits nabi mengatakan bahwa ketika manusia mati maka putuslah semua amal perbuatannya kecuali tiga perkarah yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang soleh yang selalu mendoakan kepada Allah untuk kedua orang tuanya. Menyadari hal itu, orang tua berkewajiban mendidik anaknya agar menjadi manusia yang soleh atau solehah. Upaya mendidik bayi dimulai pada saat ana kerbada dalam kandungan orang tuanya, dilanjutkan pada masa kanak-kanak sampai dewasa. Ketika anak berada dalam kandungan, ibu mengadakan puasa, agar kelak anak selalu mendekatkan dirinya kepada Allah, di dalam jiwanya tertanam nilai kebaikan seperti perbuatan orang soleh pada umumnya. Sewaktu bayi lahir ke bumi, orang tua mengalunkan suara adzan di telinga kanan sang bayi dan suara iqoma di telinga kiri, tahmid atau kalimat tauhid dan kalimat toyibah, sebagai bekal anak dalam mengarungi perjalanan hidupnya di muka bumi dan akhirnya mempertanggung jawabkan segala perbuatannya kepada Allahurobi di kemudian hari. Setelah  melakukan adzan dan iqomah pada telinga  sang bayi, kemudian pihak orang tua mengetuk tiga kali di tempat bayi di baringkan. Perbuatan ini dengan tujuan agar anak kelak menjadi orang yang tegas, pemberani, tidak penakut, tidak mudah gelisah atau was-was dalam menghadapi berbagai macam tantangan. Sebagai ungakna perasaan syukur, orang tua membuat bubur merah (bubur abang) yang dibagikan ke segenap tetangga dan anggota keluarga. Pada usia tujuh hari, orang tua berkewajiban memberi nama. Rambut bayi dicukur, lalu ditimbang dengan timbangan emas. Rambut itu dijual seharga berat emas, hasil penjualan rambut bayi itu di sodaqohkan. Nama yang diberikan kepada seorang anak sebaiknya nama yang bermakna (bernilai). Bila orang tua memperoleh kesulitan dalam pemilihan nama, di harapkan meminta bantuan (nasehat) dari orang yang dituakan (sesepuh) di desa. Terhadap orang tua yang perekonomiannya mampu, diharapkan membeli dua ekor kambing bila anaknya laki-laki dan seekor kambing bila anaknya perempuan, kegiatan ini sebagai aqiqoh anaknya. Dalam walima tasmiyah atau walima pemberi nama diadakan beberapa cara dan pada acara pembacaan sholawat atau mahalul qiyam, bayi diperkenalkan kepada para tamu. Bayi tersebut dimintakan bantuan doa kepada para alim ulama atau orang tua (sesepuh). Sebagai ucapan syukur, dihidangkan tumpeng atau bucet, nama sang bayi ditulis dan ditempatkan di atas tumpeng. Peristiwa penting dalam upacara adat.
1) seorang ibu yang bersalin (melahirkan) dengan pertolongan bidan atau dukun bayi.
2) kelahiran bayi dihadiri oleh kerabat dekat dan tetangga. Bayi yang lahir oleh dukun atau bidan diserahkan kepada ayahnya.
3) bayi dibaringkan di atas meja. Bapak mengalunkan suara adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri. Kemudian ayah tiga kali mengetuk meja.
4) ayah berkewajiban menanamkan plasenta (sedulur bayi kang lahir). Sebagai ungkapan rasa syukur, pihak keluarga membagikan bubur merah (bubur abang) ke tetangga.
5) dengan batnuan orang tua/ kyai, bapak memilih nama
6) pada hari ketujuh, rambut bayi dipotong dan ditimbang dengan emas.
7) pelaksanaan walima tasmiyah/ pemberian nama bayi

8) epilog atau pengakhiran upacara.