Kesalahan Dalam Memilih Diagnosa Keperawatan
(Sumber: Rosjidi, Cholik Harun.2011.Proses Keperawatan.Ponorogo.)
A. Kesalahan dalam memilih diagnosa keperawatan
Beberapa hal berikut merupakan faktor yang menyebabkan kesalahan dalam pemilihan diagnosa keeprawatan seperti:
1. Mengabaikan petunjuk, tanda penting tidak dipertimbangkan sebagai data penting sehingga gagal dalam mencegah masalah atau menyelesaikan masalah.
2. Membuat diagnosa dengan data dasar yang tidak memadai, menyebabkan pada kesalahan arah, membuang waktu dan sumer yang sangat berharga.
3. Memberikan steriotipe, mengarahkan semua pasien dengan cara yang sama dan meniadakan sifat individualisasi.
B. Kesalahan umum dalam membuat dan menulis pernyataan diagnosa keperawatan
Penarikan diagnosa yang tidak tepat akan menimbulkan tujuan yang salah dan pembuatan intervensi tidak tepat. Akhirnya malasah pasien tidak dapat diselatkan yang pada kondisi tertentu berisiko terhadap tuntutan hokum. Beberapa hal di bawah ini merupakan kesalahan umum dalam membuat dan menulis pernyataan diagnosa keperawatan seperti:
1. Menggunakan diagnosa medis:
a. Pernyataan salah: kurang mampu merawat diri yang berhubungan dengan stroke
b. Pernyataan benar: kurang mampu merawat diri yang berhubungan dengan kerusakan neuromuscular.
2. Menghubungkan masalah dengan situasi yang tidak dapat diubah.
a. Pernyataan salah: risiko tinggi cidera yang berhubungan kebutaan
b. Pernyataan benar: risiko tinggi cidera yang berhubungan dengan tidak mengenal lingkungan sekitar.
3. Mengacaukan etiologi atau tanda-gejala untuk masalh
a. Pernyataan salah: kongesti paru postoperative yang berhubungan dengan tirah baring.
b. Pernyataan benar: bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan umum dan imobilitas.
4. Penggunaan prosedur selain dari “respon manusia”
a. Pernyataan salah: kateterisasi yang berhubungan dengna retensi urin
b. Pernyataan benar: retensi urin yang berhubungan dengan pembengkakan perineal
5. Kurang spesifik
a. Pernyataan salah: konstipasi yang berhubungan dengan masukan makanan
b. Pernyataan benar: konstipasi yang berhubungan dengan masukan makanan berserat dan cairan yang tidak adekuat.
6. Menggabungkan dua diagnosa keperawatan
a. Pernyataan salah: cemas dan takut yang berhubungan dengan pisah dari orang tua.
b. Pernyataan benar: takut yang berhubungan dengan pisah dari orang tua atau cemas sedang yang berhubungan dengan perubaahn pada lingkungan dan kebutuhan yang tidak dipenuhi.
7. Menggabungkan satu diagnosa satu keperawatan dengan diagnosa lainnya.
a. Pernyataan salah: koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan cemas
b. Pernyataan benar: cemas berat yang berhubungan dengan perubahn fungsi peran dan status sosial ekonomi.
C. Kesalahan umum dalam membuat dan menulis pernyataan diagnosa keperawatan (lanjutan)
1. Penggunaan bahasa penelitian atau muatan nilai.
a. Pernyataan salah: nyeri kronik yang berhubungan dengan secondary gain (keuntungan psikis atau social sekunder yang didapat dari keluhan atau penyakit)
b. Pernyataan benar: nyeri kronik yang berhubungan dengan spasme otot berulang.
c. Catatan: keluhan pasien adalah valid, tetapi isu secondary gain memerlukan pengkajian tambahan untuk memilih diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan yang tepat lainnya.
2. Membuat asumsi
a. Pernyataan salah: resiko terhadap perubahan menjadi orang tua yang berhubungan dengan tidak berpengalaman (ibu baru)
b. Pernyataan benar: kurang pengetahuan mengenal masalah perawatan anak yang berhubungan dengan kurangnya pengalaman sebelumnya, tidak mengenal sumber-sumber.
c. Catatan: label “Kurang Pengetahuan” dapat mempunyai satu konotasi yang negatif bagi pasien dengan mengakibatkan respon penolakan. Penulis pendukung penggunaan dari label “Kebutuhan Pembelajaran”.
3. Menulis pernyataan yang tidak bijaksana secara hukum
a. Pernyataan salah: kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan posisi pasien yang tidak diubah setiap 2 jam.
b. Pernyataan benar: kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan tekanan dan sirkulasi yang berubah.
c. Catatan: jika komplikasi terjadi akibat dari buruknya perawatan atau kegagalan memenuhi standar perawatan, laporan kecelakaan akan dilengkapi untuk mencatat apa yang terjadi.
D. Cara Menghindari Kesalahan
Hal yang harus dilakukan agar terhindar dari kesalahan saat membuat pernyataan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut (Carpenito dan Moyet 2007):
1. Hindari menulis diagnosa medis sebagai etiologi pada diagnosa aktual atau risiko, contoh: Cemas berhubungan dengan hipertensi; Gangguan pola tidur berhubungan dengan multiple sklerosis (MS)
2. Jika diagnosis medis merupakan penyebab dari masalah, tuliskan setelah faktor berhubungan. Penulisannya didahului dengan kata “sekunder karena”. Misalnya:
a. Cemas berhubungan dengan kehilangan persepsi sekunder karena kanker
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan untuk mendapatkan posisi yang nyaman sekunder karean spasme dari MS
3. Jangan gunakan tanda dan gejala sebagai etiologi, misalnya:
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan untuk tidur (lebih sebagai tanda dan gejala)
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kemerahan pada tumit (lebih baik sebagai tanda dan gejala)
4. Hindari menggunakan kata kebutuhan (need) sebagai etiologi, misalnya:
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kebutuhan untuk berjalan setiap 4 jam
b. Cemas berhubungan dengan untuk saling tukar perasaan.
5. Hindari tujuan sebagai etiologi, misalnya:
a. Defisit makan sendiri berhubungan dengan klien akan makan sendiri
b. Perubahan peran orang tua berhubungan orang tua akan merawat anaknya.
6. Setelah menulis diagnosa, kemudian evaluasi apa yang sudah ditulis, khususnya diagnosis aktual, misalnya:
a. Dapatkah anda mengurangi atau menghilangkan etiologi?
b. Apakah tanda dan gejala mendukung etiologi?
E. Model Praktek Bifokal
Praktik keperawatan sering terlibat hubungan kerjasama dengan disiplin profesi kesehatan lain dokter, ahli gizi, atau fisioterapi misalnya. Beberapa intervensi sering tumpang tindih antar profesi. Carpenito pada tahun 1983 memperkenalkan model praktik klinik untuk mengidentifikasi peran perawat pada praktik kolaborasi tersebut. Model ini disebut Praktek Klinik Bifokal yang mengidentifikasi dua situasi klinik dimana perawat penentu intervensi utama dan lainnya merupakan intervensi kolaboratif. Situasi atau masalah yang memerlukan intervensi kolaboratif disebut Masalah Kolaboratif dengan tabel diagnosa Potensial komplikasi (PK).
F. Membedakan diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif
Tanggung gugat perawat berbeda untuk diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Diagnosa keperawatan perawat bertanggung gugat untuk merumuskan diagnosa dan intervensi keperawatan secara tepat dan mandiri. Masalah kolaboratif perawat bertanggung gugat untuk memantau perubahan dalam status masalah dan melakukan intervensi yang sesuai, baik yang diprogramkan perawat maupun dokter. Antara diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif mungkin sama pentingnya, prioritas ditentukan oleh keparahan pasien pada kurun waktu tertentu.