Kata Adjektif

Kata Adjektif ialah perkataan yang menerangkan sifat atau keadaan sesuatu
kata nama seperti hitam, besar, kuat, banyak dan sedikit. sifat atau keadaan sesuatu benda, orang, tempat, binatang, dan sebagainya.
1. Kata adjektif juga dikenal sebagai kata sifat.
A. Jenis-jenis kata Adjektif
3. Kata adjektif boleh disertai kata keterangan amat, paling, sangat, dan sebagainya yang bertugas sebagai penguat.
Contohnya; sangat cantik, amat rajin, paling tinggi, dan sebagainya.

1. Adjektif Jati
Ia menerangkan sifat atau rupa yang jati.
Contoh
Buku itu berwarna biru.
Budak kurus itu kawan saya.
2. Ajdektif Bilangan atau pecahan
Ia menunjukkan bilangan atau pecahan.
Contoh
Ayah memiliki dua buah kereta.
Saya membeli beberapa kuntum bunga.
3. Adjektif Tunjuk
Ia menunjukkan “bagaimana” / “yang mana”
contoh
Baju ini mahal harganya.
Perkara demikian jangan diulangi lagi.
4. Adjektif pencerai / pengasingan
Ia menerangkan benda yang disifatkan itu dikira satu-satu atau selonggok-selonggok.
Contoh
Setiap pelajar mesti berdiplin.
Ambil barang masing-masing.

2. Kata adjektif ialah kata yang menerangkan
4. Kata adjektif dapat dibahagikan kepada jenis-jenis yang berikut:
(a) menerangkan sifat keadaan seperti sihat dan cantik;
(b) menerangkan sifat warna seperti hitam dan hijau;
(c) menerangkan sifat ukuran seperti tebal dan besar;
(d) menerangkan sifat bentuk seperti lurus dan bujur;
(e) menerangkan sifat jarak seperti hampir dan jauh;
(f) menerangkan sifat waktu seperti lama dan awal;
(g) menerangkan sifat perasaan seperti malu dan gembira;
(h) menerangkan sifat cara seperti lincah dan lambat;
(i) menerangkan sifat pencaindera seperti masin dan harum.

B. Pangkat-pangkat Adjektif
1. Pangkat biasa
ia dinyatakan dengan menggunakan kata adjektif biasa.
Contoh
Baju dia cantik.
Buah betik itu manis.
2. Pangkat perbandingan
Ia merupakan perbandingan sama, lebih atau kurang.
Contoh
Tenaganya sekuat Badang.
Buah jambu itu semanis gula.
3. Pangkat menyangat
Ia menerangkan adjektif yang keterlaluan seperti sangat, amat, benar-benar dan sebagainya.
Contoh
Cuaca hari ini sangat mendung.
Buah rambutan ini terlalu masak.
4. Pangkat penghabisan
Ia menerangkan adjektif paling satau penghabisan.
Contoh
Gunung Kinabalu adalah gunung yang paling tinggi di Malaysia.
Menera KLCC bangunan yang tertinggi di Malaysia.
Kata Sendi
Kata sendi ialah perkataan yang digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih
perkataan, frasa, atau ayat.

Pudarnya Pesona Bahasa Indonesia

Apa jadinya jika anak-anak muda anonim pencetus sumpah pemuda bangkit dari kubur dan mendapati anak-anak muda sekarang saat bicara dan menulis lebih suka nginggris ketimbang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Siswa sekolah pun kini menempatkan bahasa Indonesia pada nomor urut sepatu, tidak lagi menjadi pelajaran favorit. Tidak favorit berarti tidak penting untuk dipelajari. Ini terbukti dari hasil ujian nasional (UN) tiga tahun terakhir terus menurun.
Untuk SMP, nilai rata-rata UN Bahasa Indonesia tahun 2006 adalah 7,46, tahun 2007 menjadi 7,39, dan tahun 2008 menjadi 7,00. Untuk tingkat SMA Jurusan Bahasa, nilai rata-rata Bahasa Indonesia tahun 2006 adalah 7,40, kemudian 2007 turun 7,08, dan tahun 2008 menjadi 6,56. Hal yang sama terjadi untuk SMA Jurusan IPA dan IPS (Kompas, 1/11/2008).
Tak hanya itu, kurang favoritnya bahasa Indonesia juga menyebabkan rendahnya minat siswa memilih jurusan Bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Akibatnya, jurusan Bahasa Indonesia di sejumlah perguruan tinggi kekurangan mahasiswa, bahkan ada yang terancam ditutup.

Menekuni beberapa perangkaan di atas barangkali benar kalau ada yang mengatakan bahwa pesona bahasa Indonesia telah memudar dan tak lagi sakti. Kalah dengan bahasa asing, terutama Inggris dan Mandarin.
Guru bahasa dadakan
Beberapa asnad (bukti) di atas juga memunculkan pertanyaan penting: faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pesona bahasa Indonesia pudar. Dan, upaya seperti apa yang harus dilakukan agar pesona itu hadir kembali.
Berdasarkan pembacaan saya, ada tiga sebab. Pertama, tidak semua siswa mendapatkan pelajaran Bahasa Indonesia dari guru (sarjana) Bahasa Indonesia. Karena kurangnya jumlah pengajar, guru berkompetensi di luar rumpun bahasa, misalnya guru Olahraga, Fisika, atau Matematika terpaksa (dipaksa?) mengajar Bahasa Indonesia.
Tak masalah jika guru dadakan itu tergolong seorang munsyi—komprehensi ganda antara seorang dan inklanasi kesukacitaan berbahasa Indonesia, dan karena itu terpanggil untuk menguasainya, dan seorang yang tertantang menghasilkan bentuk bahasa tulis kreatif dalam identitas kepujanggaan di atas sifat-sifat kedibyaan budaya (Alif Danya Munsyi, 2005). Jika gurunya guru dadakan, hitung sendiri risiko ”kekacauan” (kognisi, afeksi, psikomotorik) keberbahasaan yang akan timbul.
Oleh sebab itu, kalau memang secara kuantitas dan kualitas guru Bahasa Indonesia sudah mentok, menurut hemat saya, salah satu cara untuk mengatasi persoalan itu adalah dengan meminta para munsyi turun gelanggang, mengajar siswa dan guru.
Kedua, tujuan penilaian kurang dipahami banyak pihak. Yang dikejar sekadar nilai akhir yang bersifat kuantitatif. Berbicara tentang bahasa tentu akan berkaitan dengan ekspresi/praktik bahasa (aspek kualitatif).
Dari segi praktik, bahasa mempunyai empat ranah penguasaan. Sesuai urutan tumbuh kembang manusia, yaitu aspek mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).
Mestinya siswa didorong mengaitkan apa yang mereka dapat dengan pengalaman mereka sendiri saat menghabiskan jejulur waktu kehidupan; di sekolah, rumah, maupun lingkungan pergaulan.
”Ketika siswa dapat mengaitkan dengan pengalaman sendiri, mereka menemukan makna dan makna memberi mereka alasan untuk belajar,” tulis ELaine B Johnson dalam Contextual Teaching and Learning.
Ketiga, bahasa Indonesia, ibarat produk, ia lebih sering ditawarkan secara inferior. Tidak dikemas bagus, tetapi ala kadarnya, monoton. Guru sebagai pemasar tidak mampu meyakinkan calon pembeli bahwa produk yang dibawanya itu penting dan penuh manfaat.
Maka dari itu, perlu satu terobosan tentang bagaimana mengemas pembelajaran bahasa Indonesia agar menarik sehingga menerbitkan rasa cinta dan semangat belajar. Kalau cinta, para siswa akan memberikan perhatian tinggi.
Terobosan baru, misalnya, dari aspek writing dapat memanfaatkan blog sebagai ruang kreatif siswa. Tabiat asli blog yang bersifat personal akan memampukan mereka menulis tentang apa pun yang mereka suka, sepanjang apa pun yang mereka mampu. Dalam ranah listening, reading, dan speaking, siswa juga secara langsung dapat dikenal dan sentuhkan pada dunia yang sangat erat kaitannya dengan bahasa Indonesia, yaitu dunia literasi (keberaksaraan). Lebih spesifik lagi adalah dunia perbukuan dan jurnalistik.
Secara periodik pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas melalui kunjungan ke pameran buku, ke rumah para pengarang dan penulis, melibatkan diri dalam diskusi perbukuan, kunjungan ke media massa dan penerbit buku (wisata baca), dan lain sebagainya. Dengan begitu, pembelajaran bahasa Indonesia menjadi hidup, dinamis, dan penuh kejutan-kejutan baru.


TABEL WARNA RESISTOR
Resistor dengan daya rendah di bawah 1 watt biasanya menggunakan table warna yang cukup rumit dalam pembacaan resistansinya, berikut adalah tabel ukuran resistensi dan pembacaanya.
Warna ke 1 Warna ke 2 Warna ke 3 Warna ke 4
Hi tam - 0 -
Coklat 1 1 0
Merah 2 2 00
Orange 3 3 000
Kuning 4 4 0000
Hijau 5 5 00000
Biru 6 6 000000
Ungu 7 7 0000000
Abu abu 8 8
Putih 9 9
Emas Toleransi 5%
Perak Toleransi 10%
Pembacaan tabelnya adalah, Warna ke 1 menyatakan angka, warna ke2 menyatakan angka, warna ke3 menyatakan banyaknya nol, warna ke 4 menyatakan batas toleransi ukur.
Pada urutan pembacaan resistor diatas dapat di contohkan dalam studi kasus sebagai berikut, misalkan kita akan membaca resistor dengan ukuran besar 47000 Ohm atau 47k Ohm, maka urutan warnanya adalah sbb:
Kuning = 4.
Ungu = 7.
Orange = 000.
Emas = Toleransi 5 %
Pembacaan untuk kode warna ke empat adalah sebagai toleransi batas ukur keakuratan suatu resistansi.
Jadi, resistor jika jarang sekali ada yang sesuai ukurannya, misalkan kita mengukur resistor dengan resistan 47 Ohm, terkadang yang terukur hanya 45 Ohm atau bisa jadi 50 Ohm.
Nah itu lah yang menjadi tolak ukur resistor yang mempunyai batas toleransi 5%, Ok deh udah sedikit paham nihhh…
Nah sekarang Study kasus yang kedua, kita mau baca resistor dengan besar ukuran 2k2 Ohm atau 2200 Ohm.
1. Merah = 2.
2. Merah` = 2.
3. Merah = 00
4. Emas = Toleransi 5 %.