Haji Wanita

Haji Wanita
1. Kewajiban Haji
Kewajiban haji tidakhanya bagi kaum pria tetapi juga bagi kaum wanita,sebagaimana perintah Allah dalam surat Ali Imran ayat 97 dan sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits riwayat Ahmad bin Hambaldan Ibnu Majah dari A’isyah yang menyatakan bahwa haji dan umrah adalah jihad bagi wanita.
Karena itu ibadah haji wajib bagi wanita Islam yang merdeka (bukan budak),berakal sehat,dewasa, mampu dan dapat memenuhi dyarat-syarat tertentu seperti harus ada mahram Yaitu suami atau laki-laki yang haram menikahinya. Pendapat lain membolehkan wanita pergi haji sendiri atau dengan wanita yang dipercaya jika perjalanannya aman dari gangguan.
2. Ketentuan Khusus bagi Wanita
Ketentuan dalam ibadah haji bagi pria dan wanita sama saja,kecuali beberapa hal dibawah ini:
a. Menutup aurat seluruh tubuh dengan busana muslim kecuali wajah/muka dan pergelangan tangan sampai ujung jari boleh ditutup dan boleh dibuka yang dilarang adalah menutup dengan kaos tangan.
b. Tiadk mengeraskan suara ketika berdo’a dan mengucapkan talbiyah.
c. Tidak lari-lari kecil pada waktu tawaf dan sa’i.
d. Tidak disunatkan mengecup Hajar aswad tetapi culup isyarat dengan mengangkat atau menghadapkan kiblat telapak tangan kearah Hajar Aswad kemudian mengecup tangannya.
e. Tidak Muncukur rambutnya ketika tahallul tetapi culup memotong ujung rambutnya saja sediktnya 3 (tiga) helai.
3. Rukun Haji bagi Wanita Haid atau Nifas
Semua rukun haji boleh dilakukan oleh wanita dalam keadaan hadats besar (haid/nifas) atau hadats kecil kecuali tawaf,karena tawaf disyaratkan harus suci dari hadats besar dan kecil. Apabila terjadi haid setelah tawaf padahal belum sa’i maka sa’inya boleh diteruskan.
4. Ihram bagi Wanita Haid dan Nifas
Bagi wanita yang melaksanakan haji Tamattu’ pada waktu ihrah umrah terhalang oleh haid atau nifas (baik sebelum niat atau sesudah niat umrah), maka setelah sampai di Makkah harus menunda pelaksanaan umrahnya sampai suci.
a. Apabila telah suci sebelum berangkat ke Arafah dan cukup waktu untuk menyelesaikan umrahnya,maka ia harus menyelesaikan umrahnya yaitu tawaf,sa’I dan memotong rambutnya paling sediki 3 (tiga) helai.
b. Apabila sampai dengan kesempatan terakhir menjelang keberangkatan ke Arafah dia haid atau nifas,maka dia harus melaksanakan haji qiran (merubah niat),yaitu berniat ihram hajidan umrah bersamaan. Selanjutnya dalam keadaan haid atau nifas itu berangakat ke Arafah untuk mengerjakan wukuf. Sewaktu-waktu boleh membaca dzikir atau do’a-do’a wukuf dan seterusnya boleh melakukan wajib haji seperti mabit di Muzdalifah,mabit di Mina,melontar Jumrah dan memotong rambut.
5. Tawaf Ifadah bagiWanita Haid dan Nifas
Tawaf Ifadah merupakan salah satu rukun haji,oleh sebab itu tidak boleh ditinggalkan atau diwakilkan. Mengingat hal tersebut mengandung resiko yang berat,ada jalan keluar yang dapat dilakukan:
a. Apabila waktu berangkat ke Jeddah atau Madinah masih cukup lama,hendaknya ia menaati datangnya suci. Setelah suci segerahlah mandi dan tawaf Ifadah.
b. Waktu haid dan nifas ada batas maksimalnya dan minimalnya. Untuk haid minimalnya sehari semalam dan maksimalnya 15 hari. Untuk nifas minimal sebentar/sesaat,sedang lamanya bisa 1 (satu) minggu atau 2 (dua) minggu, 40 hari dan maksimal 60 hari. Dengan mengambil batas minimal,maka pada saatterasa darah haid atau nifas berhenti,hendaknya ia cepat-cepat mandi hadats besar dan melakukan tawaf ifadah. Apabila selam melakukan tawaf ifadah hingga selesai darah haid atau nifas tidak keluar,maka sah tawaf ifadahnya walaupun sesudah tawaf selesai darah keluar lagi.
c. Dalam melaksanakan tawaf ifadah bagi wanita haid atau nifas,agama islam (syara’) membenarkan menggunakan obat untuk menghentikan darah haid atau nifas.
d. Menurut mazhab Hanafi,dibolehkan tawaf dalam keadaan tetapi harus membayar dam onta atau sapi atau 7 (tujuh) ekor kambing.