Kitab-kitab suci terdahulu, baik Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, berbicara secara jelas tentang Nabi Islam, dan mengenai hal ini Allah berfirman di dalam al-Qur’an,
‘(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.’ (al-A’raf: 157)
Bukan hanya Kitab Suci, tetapi semua naskah kuno yang pernah digunakan dalam ritual peribadatan memberi kabar tentang kedatangan Nabi Islam.
Kitab Ulangan 18 ayat 17,18,dan 19 mengatakan: (17) Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; (18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. (19) Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.
Nubuat ini begitu jelas berbicara tentang seorang nabi bahwa Allah akan memilih di antara saudara-saudara Israel (orang Arab) dan membuang pemikiran parsial apapun.
Nubuat ini begitu jelas berbicara tentang seorang nabi bahwa Allah akan memilih di antara saudara-saudara Israel (orang Arab) dan membuang pemikiran parsial apapun.
Ini adalah nubuat yang penting untuk orang-orang Yahudi yang masih menunggu pembuktiannya selama berabad-abad hingga kedatangan Nabi Mohummad. Beberapa dari mereka, menurut beberapa nubuat, mengetahui tempat dan waktu waktunya, sehingga mendorong mereka untuk pergi ke Madinah, dan Makkah, dan kota-kota di sekitarnya. Mereka selalu mengancam orang-orang Arab musyrik dengan berkata, ‘Ini adalah waktu dimana Allah akan mengirim seorang nabi yang akan kami ikuti, lalu akan memerangi dan melenyapkan kalian.’ Ketika Nabi Islam muncul, banyak orang yang beriman dan banyak pula yang tidak beriman. Di antara alasan etiologis yang mendorong mereka masuk Islam adalah banyaknya berita tentang nabi Islam di dalam berbagai kitab suci. Beberapa di antaranya telah dihapus, beberapa yang lain telah dipenggal, tetapi ada pula yang masih menjadi bukti yang kuat mengenai kenabian Muhammad saw.
Nubuat yang disebutkan di atas, walaupun cocok dengan nabi Islam, orang-orang Yahudi mengklaim bahwa nubuatan sesuai dengan Yosua. Orang-orang Kristen memiliki pendapat lain, karena mereka selalu dalam kebiasaan mengubah setiap nubuat dalam Perjanjian Lama agar sesuai dengan Yesus. Mereka memilintir kata-kata tertentu untuk memberikan arti lain yang bertentangan dengan semua fakta sejarah, bahkan memasukkan, menghapus dan menyisipkan kata-kata baru ke dalam nubuat ini agar sesuai dengan apa yang mereka klaim. Umat Islam alasan yang baik bahwa nubuat berbicara dengan jelas dan pasti mengenai nabi Muhammad saw.
Jadi kita sekarang menghadapi tiga pendapat yang berbeda: Siapa yang dimaksud nabi di sini? Apakah Yosua, Yesus atau Muhammad saw? Hanya satu seorang dari mereka yang benar. Kami akan menjawab pertanyaan ini dalam artikel berikut:
Apakah nubuatan ini merujuk kepada salah satu nabi Yahudi? Jawabannya jelas tidak tidak, karena:
(1) Nubuat tersebut mengatakan, ‘Allah akan mengangkat seorang nabi dari saudara-saudara mereka.’ Jadi, nubuat ini berbicara tentang seorang nabi yang bukan dari Israel.
(2) Jika nubuat dimaksud merujuk kepada salah satu nabi Yahudi, maka Musa pasti berkata, ‘Dari kalangan kalian sendiri,’ yaitu dua belas suku utama Yahudi yang ada di hadapan Musa.
(3) Epilog kitab Ulangan memberi kesaksian terhadap fakta bahwa bukan Yosua atau nabi Yahudi yang lain yang dimaksudkan di sini. Epilog tersebut mengatakan, ‘Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel.’ (Ulangan 34: 10)
(4) Kitab Maleakhi, yang merupakan bagian terakhir dari Perjanjian Lama, mencatat nubuat yang difirmankan Tuhan, yang menunjukkan bahwa utusan yang dijanjikantu tidak datang pada masa tersebut, dan dengan demikian Yosua tidak mungkin seorang nabi: ‘Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam.’ (Maleakhi 3: 1)
Komentar McKenzie mengenai Maleakhi: Buku ini oleh para kritikus ditengarai ada sesudah pembangunan ulang candi pada tahun 516 SM, selama periode Persia dan sebelum reformasi Nehemia dan Ezta, yaitu sebelum 432 SM. Rekaman nubuat tentang ‘utusan yang dijanjikan’ menunjukkan bahwa sampai 432 SM orang-orang Israel masih menunggunya dan ia belum datang.
Berbagai studi historis membuktikan fakta bahwa nubuat ini tidak terbukti baik sebelum atau setelah Yesus. Tidak ada nabi yang diklaim dari kalangan orang-orang Yahudi. Ayat ‘Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel’ juga membuktikan fakta ini. Mungkin epilog tersebut ditulis oleh Ezra pada 800 hingga 900 tahun setelah Musa. Jadi nubuat tersebut tetap tak terpenuhi selama 8 sampai 9 abad setelah Musa.
Dimungkinkan bahwa ia mungkin ditulis oleh beberapa redaktur kitab lainnya bila Taurat dan beberapa naskah Alkitab lainnya pertama kali dikompilasi dalam bentuk tertulis sekitar lima ratus tahun setelah Musa. Itu berarti nubuat tetap tak terbukti untuk tidak kurang dari 500 tahun setelah Musa. Ini juga tidak berarti bahwa nubuat tersebut terbukti sesudahnya. Tidak ada yang pernah diklaim sebagai ‘utusan yang dijanjikan’, atau prasyaratnya terpenuhi pada waktu kapapun setelah Musa. Hampir setiap sarjana Injil memahami bahwa nubuat tersebut masih belum terbukti bahkan setelah masa Yesus. The Bible Knowledge Commentary melihat: Selama abad pertama masehi, pemimpin formal Yudaisme masih mencari pembuktian dari nubuat Musa tersebut (silakan merujuk Yohanes I: 21).
Yang tetap tak terbukti selama masa Isa dan orang-orang Yahudi adalah mereka masih menunggu kedatangan nabi ini, dan hal itu dapat dipastikan sumbernya dari Injil Yohanes berikut: (19) Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: ‘Siapakah engkau?’ (20) Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: ‘Aku bukan Mesias.’ (21) Lalu mereka bertanya kepadanya: ‘Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’ ‘Engkaukah nabi yang akan datang?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’ (22) Maka kata mereka kepadanya: ‘Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?’ (23) Jawabnya: ‘Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.’ (24) Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. (25) Mereka bertanya kepadanya, katanya: ‘Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?’ (Yohanes 1: 19-25)