Autobiografi Terselubung

Kata-kata Autobiografi terselubung aku dapatkan hari ini. Ya, hari yang menyenangkan karena bisa menyentuh Dee, Dewi Lestari. Seorang penulis yang kukagumi (walaupun banyak juga yang tak setuju). Setelah beberapa bulan lalu hanya bisa berfoto dengan patung Dee, hari ini aku bisa berfoto, tanda tangan dan berjabat tangan dengan orang yang melahirkan buku luar biasa Supernova, Madre, Rectoverso, Filosofi Kopi. Thanks buat kawanku Widya Prana Rini yang memberi tahu info hari ini. Untuk foto-fotonya nanti menyusul kuupload.

Cinta itu membebaska, di setiap buku Dee selalu ada kata-kata itu. Ya, cinta itu membebaskan sayang.
Jika kamu ingin selalu menguntitnya kemana pun pergi, jangan bilang itu karena cinta.
Jika ingin selalu bersama kemana saja, jangan bilang itu cinta.
Jika ingin mengetahui semua kegiatannya, jangan bilang itu cinta
Jika tak mau membaur dengan dunianya, jangan bilang itu cinta.
Cinta itu membebaskan sayang,
ketika dia berjalan bersama yang lain, sewajarnya.
Ketika dia tak mau dunianya dimasuki kita
Ketika waktunya ingin bersama dengan kawan-kawannya
Dan ketika waktunya kita ikut membaur bersama mereka.
Itu adalah cinta.

Cinta itu membebaskan, tak mengekang ia untuk pergi bersama teman sejenisnya, bahkan hanya sekedar makan. Hahahaha

Terima kasih untuk malam ini, sudah dua malam kita lalui bersama-sama, menormalkan aktifitas malam minggu yang tak melulu berkamar dengan film korea dan menangis hingga mata bengkak (di sisi lain menangisi kesendirian) atau chatingan dengan orang tak dikenal diseberang sana yang sama-sama mempunya status yang sama: jomblo.

Kembali ke Autobiografi terselubung. Hampir setiap cerpen yang kubuat adalah kisahku dan sedikit bumbu-bumbu penyedap. Tahukah fungsi dari bumbu-bumbu itu? Ya, untuk menyamarkan kalian yang pernah menjadi bagian special dalam hidupku, yang pernah membuatku merasakan 'oh ini ya rasanya, oh ini ya cemburu' dan rasa kompleks lainnya.
Aranda: untuk dia yang membuat aku berpaling dari orang yang menemaniku selama dua tahun, dan pada akhirnya memang kita harus berakhir. kita mempunyai pasangan masing-masing.
Tyas, Tetes Hujan Pertama: untuk dia yang pernah menemaniku ketika sore hujan menunggu di depan gedung sekolah, waktu itu untuk mengambil piala di jalan Mataram
Gadis Peminta: untuk kekesalan yang memuncak dalam terik panas matahari hari minggu
Kotak Masa Lalu: untuk sebuah penghianatan
danbeberapa puisi yang tidak jelas dan tak perlu diungkapkan karena memalukan

Hari ini dapat suntukan dana dari cerpen "Tyas tetes Hujan Pertama" terima kasih untuk EDSA UAD yang menyelenggarakan lomba. yah walaupun terkesan aneh, juara II tapi juara I nya tidak ada. Hahaha tak apalah.

Malam ini hujan sayang.
apakah kau merasa kedinginan?


Kos, Malam Minggu 1 Desember 2012 23:26 WIB