Proposal Kualitatif Bahasa Inggris

*pengaruh belajar kelompok terhadap hasil belajar bahasa ingris siswa*
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar kelompok merupakan salah satu strategi belajar yang sering dipakai oleh siswa Sekolah Menengah Pertama. Kegiatan belajar kelompok yang banyak dipraktekkan saat ini adalah dengan cara pembagian kelompok belajar yang terdiri dari beberapa siswa dengan melaksanakan kegiatan belajar yang bertempat di rumah guru maupun di salah satu anggota kelompok belajar. Kegiatan belajar kelompok akan sangat membantu siswa untuk dapat meningkatkan kualitas hasil belajarnya. Kemampuan siswa yang merupakan rangkaian kreatifitas dan motivasi belajar serta tingkah laku dalam menuntut ilmu dapat tumbuh kembangkan melalui kegiatan belajar kelompok. Strategi belajar kelompok yang dikembangkan saat ini adalah mengacu pada bidang studi yang masuk Ebtanas dan yang dianggap sulit bagi pandangan siswa. Salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan masuk dalam Ebtanas adalah mata pelajaran Bahasa Inggris.
Bahasa Inggris merupakan salah satu pelajaran yang kurang mendapatkan tempat dihati siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba, karena mata pelajaran pengetahuan alam dianggap sulit dan kurang menarik, sehingga membawa dampak terhadap rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII. Perlu diketahui bahwa mata pelajaran Bahasa Inggris adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai berbahasa Inggris pada siswa. Kemampuan akan berbahasa Inggris sangat berguna bagi setiap siswa dalam era globalisasi ini. Bahasa Inggris diajarkan sampai di perguruan tinggi, sehingga bukan alasan untuk tidak memahami Bahasa Inggris, oleh karena itu diperlukan penguasaan dan pemahaman yang cukup dalam menekuni mata pelajaran Bahasa Inggris.
Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar tahun 2004. Fungsi mata pelajaran Bahasa Inggris bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba adalah :
1)      Untuk memberikan pengetahuan tentang berbagai kosakata, grammer dan vocabulary yang kaitannya dengan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari dengan orang asing.
2)      Mengembangkan keterampilan proses.
3)      Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4)      engembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan Bahasa Inggris dan tekhnologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.
Pengajaran Bahasa Inggris bagi siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama adalah :
1)      Mampu membaca surat
2)      Melengkapi percakapan
3)      Kemampuan bercakap
4)      Kemampuan menulis surat dan mempunyai kemampuan mendengarkan.
Dalam upaya mencapai fungsi dan tujuan pengajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba khususnya, maka diperlukan strategi belajar siswa yang baik dan menumbuhkan ide/gagasan baru pada setiap siswa. Luasnya ruang lingkup pengajaran Bahasa Inggris akan membutuhkan banyak pengetahuan dan sikap kreatif siswa dalam belajar. Guna meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba, maka perlu dikembangkan system belajar yang efektif dan efisien. Strategi belajar Bahasa Inggris harus dapat membangkitkan gairah belajar, menumbuhkan kreatifitas, menanamkan kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pelajaran yang ditekuninya. Salah satu pengembangan sistem belajar yang sering diterapkan adalah sistem belajar kelompok.
Sampai saat ini program belajar kelompok dalam belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba belum ditangani secara serius, padahal belajar kelompok pada kelas lain dengan mata pelajaran yang berbeda terbukti sangat efektif dan efisien dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kegiatan belajar kelompok di SMP Negeri 1 Kec. Torgamba belum dikembangkan dan dibina secara optimal, sehingga hanya bersifat sukarela dan belum dilakukan pengawasan serta evaluasi terhadap perkembangan dari belajar kelompok tersebut.
Dari kenyataan ini, maka perlu diambil suatu inisiatif untuk menerapkan program belajar kelompok bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba khususnya dalam belajar Bahasa Inggris. Manfaat belajar kelompok dan pengaruhnya terhadap hasil belajar Bahasa Inggris dapat dilihat setelah belajar kelompok berjalan sesuai dengan rencana. Belajar kelompok perlu mendapat bimbingan dari guru yang bersangkutan. Selama ini belajar kelompok cenderung hanya membiarkan siswa untuk melakukan belajar dengan sesame teman dengan tanpa pengawasan yang baik, sehingga hasil belajar yang diperoleh tidak bisa maksimal dan bahkan tidak mengalamu perubahan yang berarti.
Untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba, maka belajar kelompok merupakan salah satu alternatif yang baik. Berbagai kesulitan belajar Bahasa Inggris yang selama ini menjadi kendala bagi hampir semua siswa, mulai dari kelas VII sampai kelas IX hendaknya menjadi pelajaran yang berharga untuk mencetuskan ide baru dalam program pelaksanaan belajar kelompok.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tentang strategi belajar kelompok pada siswa dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a.       Bagaimana strategi belajar kelompok yang diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dalam belajar Bahasa Inggris?
b.      Apakah belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dalam belajar Bahasa Inggris?
c.       Adakah konstribusi belajar kelompok terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dalam belajar Bahasa Inggris?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain :
a.       Untuk mengetahui tentang strategi belajar kelompok yang diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dalam belajar Bahasa Inggris.
b.      Untuk mengetahui apakah belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dalam belajar Bahasa Inggris.
c.       Untuk mengetahui konstribusi belajar kelompok terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dalam belajar Bahasa Inggris.

D.    Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a.      Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang strategi belajar kelompok dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris, khususnya pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba sehingga dapat dijadikan dasar dalam penentuan model sistem belajar kelompok.
b.      Siswa Sekolah Menengah Pertama
Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melaksanakan kegiatan belajar kelompok khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas VIII, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
c.       Guru Sekolah Menengah Pertama
Memberikan informasi tentang beberapa alternatif dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas VIII dengan sistem belajar kelompok. Informasi ini juga dapat dijadikan sebagai cara untuk menentukan model strategi belajar Bahasa Inggris dengan sistem belajar kelompok serta memperhatikan beberapa faktor yang terdapat dalam diri individu siswa.
d.      Literatur
Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sesuai dengan konteks dalam penelitian ini.

E.     Hipotesis Penelitian
Hipotesis sebagai “Conjectural Statement Of The Relation Between Two Or More Variables” (kerlinger, 1981). Pengertian hipotesis sekarang berkembang tidak hanya untuk menaksentuasikan suatu teori, namun juga menggelar bukti dukung baru tentang teori yang sudah kokoh secara universal walaupun kadang terdapat bias parsial.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dilandasi kajian terhadap teori yang ada dan asumsi-asumsi. Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
a.       Strategi belajar kelompok yang diterapkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dalam belajar Bahsa Inggris belum dilakukan bimbingan dan pengawasan yang baik.
b.      Belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dalam belajar Bahasa Inggris.
c.       Belajar kelompok dapat memberikan konstribusi terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dalam belajar Bahasa Inggris.

F.     Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba Tahun Pelajaran 20011/2012. Subjek penelitian ini adalah guru Bahsa Inggris dan 25 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba.
Tindakan yang dilakukan adalah membagi siswa dalam kelompok belajar Bahasa Inggris dan dilakukan pengawasan serta bimbingan dalam setiap kegiatan belajar kelompok. Kegiatan belajar kelompok dilakukan pada semester pertama dalam setiap pelajaran Bahasa Inggris. Perlakuan I (treatment I) diberikan kepada siswa kelas VIII dengan kegiatan belajar Bahasa Inggris secara individu. Perlakuan II (treatment II) diberikan kepada siswa kelas VIII dengan kegiatan belajar kelompok berdasarkan pembagian jumlah siswa untuk melaksanakan belajar Bahasa Inggris.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Belajar Kelompok
Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu aktifitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan ini relative konstan/tetap atau berbekas (Winkel, 1987 : 200).
Sukirin (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang disengaja untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh kecakapan baru. Hsil belajar dapat diketahui setelah melalui proses belajar, kemudian diterapkan atau diujikan pada dunia nyata. Lebih lanjut dikatakan bahwa setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa. Perubahan dalam diri itu menunjukkan bahwa mereka telah melakukan proses belajar. Proses belajar seperti itu pada umumnya tidak melibatkan pengajaran, yaitu guru dan siswa.
Hilgard yang dikutip Pasaribu (1983) berpendapat bahwa learning in the process by wich an activity oreginites or is changed trough responding to a situation provided the chenged can not be attribud to growth or the temporary sate of the orgnisme as in fatique or under druges. Pendapat tersebut berarti bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktifitas baru atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan ini tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara orang tersebut karena kealahan atau karena obat-obatan, sehingga orang tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh dengan latihan dan pengalaman bukan perubahan dengan sendirinya.
Belajar kelompok merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan dengan dilakukan secara berkelompok atau dari hasil kegiatan belajar dengan berkelompok dengan sesama siswa. Dengan belajar kelompok akan diperoleh suatu aktifitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan ini relatif konstan/tetap atau berbekas yang diperoleh melalui kegiatan belajar kelompok.
Belajar kelompok merupakan hasil kegiatan yang disengaja untuk merubah tingkah laku, sehingga diperoleh kecakapn baru dari kegiatan belajar dengan berkelompok. Hasil belajar kelompok dapat diketahui setelah melalui proses belajar, kemudian diterapkan atau diujikan pada dunia nyata. Setiap kegiatan belajar kelompok akan melibatkan beberapa siswa dalam menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa, perubahan ini akan tampak dalam tingkah laku siswa atau prestasi siswa.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar kelompok, siswa akan berusaha memperoleh informasi secara bebas berdasarkan mata pelajaran yang dikaji dengan saling tukar informasi dalam lingkup kelompok tersebut. Semakin banyak anggota kelompok belajar, maka semakin banyak informasi yang diperoleh siswa. Namun tidak semua kelompok dalam jumlah besar akan membawa dampak positif bagi kemajuan hasil belajar siswa. Belajar kelompok akan memberikan pengatahuan siswa akan apa yang telah diketahui oleh siswa lain, sehingga akan diperoleh saling tukar pikiran dalam pengetahuan dan pemecahan masalah. Kesulitan dapat dipecahkan melalui belajar kelompok, karena jika salah satu siswa kurang mengerti atau tidak tahu tentang suatu hal, maka siswa lain dapat memberikan gagasan yang baru tentang suatu hal yang baru tersebut.
Dalam proses belajar mengajar seorang guru perlu memikirkan suatu strategi, metode maupun teknik yang tepat untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar yang baik. Hal ini sangat penting terutama bagi siswa Sekolah Menengah Pertama. Dengan pemakaian strategi, metode maupun teknik yang tepat akan membantu siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajarnya.
Dalam setiap kegiatan dan bidang kehidupan yang ada kita tidak bisa melepaskan diri dari strategi untuk mencapainya, karena tanpa strategi yang jelas dan tepat, rencana dan harapa-harapan akan sulit untuk dicapai. Oleh karena itu, apabila menginginkan peningkatan hasil belajar yang berdaya guna salah satu upaya yang bisa ditempuh adalah dengan mempergunakan strategi tertentu dalam belajar. Untuk sedikit memberikan gambaran terhadap istilah tersebut, berikut ini secara sepintas akan penulis paparkan pengertian yang terkandung di dalamnya.
a.      Pendekatan
Pendekatan (approach) adalah cara umum di dlam melihat dan bersikap terhadap suatu masalah ke arah pemecahan.
Contoh : Pendekatan Keterampilan Proses, yaitu suatu pola pendekatan mengajar yang lebih menitik beratkan pengajaran pada jalannya proses belajar mengajar sehingga subjek didik dipandang telah memiliki seperangkat kemampuan dasar yang dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) perlu dikembangkan.
b.      Strategi (Siasat)
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai garis besar haluan bertindak untuk mencapai tujuan. Menurut Newman dan Logan sebagaimana yang dikutip oleh Tabrani Rusyan, dkk (1989 : 165) dalam bukunya “Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar” mengemukakan strategi dasar dari setiap usaha mencakup empat hal, yaitu : (1) pengidentifikasian, (2) pertimbangan dan pemilihan jalan pendekatan, (3) pertimbangan dan penetapan langkah-langkah, dan (4) pertimbangan dan penetapan tolok ukur.
c.       Metode
Metode pada dasarnya merupakan suatu cara atau langkah-langkah yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian metode bisa diartikan pula sebagai seperangkat tehnik yang dipilih dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam Proses Belajar Mengajar.
d.      Teknik
Berbeda dengan konsep tiga istilah diatas ditinjau dari sifatnya, maka teknik mempunyai sifat implementatif, sehingga teknik merupakan kegiatan yang diciptakan dalam rangka mengupayakan untuk mencapai suatu tujuan.
Ada beberapa batasan yang diberikan dalam bidang pendidikan mengenai strategi belajar kelompok, diantaranya :
1)      Strategi adalah pola umum perbuatan guru dan murid di dalam kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien.
2)      Strategi belajar kelompok adalah pendekatan-pendekatan guru dalam menggunakan informasi memilih cara belajar dan mendefinisikan peran siswa dalam kegiatan belajar secara berkelompok.
Strategi belajar kelompok sangat brpengaruh besar terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM) khususnya proses beljar mengajar Bahasa Inggris. Sebab dalam diri siswa sebenarnya telah terbentuk konsep diri dan kemampuan diri. Oleh sebab itu guru mempunyai keharusan untuk menumbuhkan minat belajar Bahasa Inggris khususnya melalui kegiatan belajar kelompok. Meningkatkan motivasi belajar kelas VIII sekaligus mengacu pada langkah awal. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah telah mendirikan pedoman umum melalui surat edaran Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No. 11712 / C / 1 / 1987 tentang pelaksanaan penguasaan membaca, menulis dan berhitung. Dalam proses belajar kelompok seorang guru perlu memikirkan suatu pengawasan, bimbingan dan metode maupun teknik yang tepat. Hal ini sangat penting terutama bagi siswa Sekolah Menengah Pertama. Dengan pengawasan, bimbingan, metode maupun teknik yang tepat akan menarik perhatian siswa. Dengan demikian diharapkan tujuan belajar kelompok dalam upaya meningkatkan hasil belajar akan membawa hasil yang diinginkan.
Dewasa ini strategi yang mendapat perhatian cukup besar dari guru-guru adalah strategi pembagian kelompok belajar dengan memadukan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Dari pembagian kelompok tersebut akan menimbulkan semangat belajar untuk mengangkat siswa yang kurang pandai menjadi lebih pandai.
B.     Konsepsi Hasil Belajar
Hamalik (2002) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Dalam kegiatan belajar guna meraih hasil yang diinginkan biasanya digolongkan menjadi tiga jenis kemampuan yang harus dipelajari dalam proses belajar.
a.       Kemampuan kognitif, meliputi pengetahuan dan pemahaman.
b.      Kemampuan sensorik psikomotorik, meliputi keterampilan melakukan rangkaian gerak-gerik dalam urutan tertentu.
c.       Kemampuan dinamik efektif, meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku dan tindakan.
Semua perubahan yang menjadikan seseorang memiliki kemampuan ini merupakan suatu hasil belajar dan dengan kemampuan ini manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar yang berupa sikap, pengetahuan atau keterampilan disebut kemampuan internal yang bersifat psikis/mental. Hasil belajar dapat dicapai jika dalam proses belajar telah memenuhi syarat-syarat belajar yang baik melalui proses intern dan proses ektern.
1)      Proses Intern
Semua rangkaian kegiatan yang merupakan tahapan-tahapan yang dilalui adalah proses belajar. Tahapan dari prose belajar dimulai dari tidak tahu apa-apa, tahap motivasi, perhatian pada pelajaran, menerima dan mengingat, mereproduksi, generalisasi, melaksanakan latihan dan umpan balik, kemudian ia mengerti. Seseorang dikatakan telah melaksanakan kegiatan belajar, jika telah mengerti sesuatu yang diajarkan dan dapat menerapkan apa yang telah dipelajarinya tanpa kesalahan.Urutan proses intern dalam menacapai hasil belajar yang diinginkan adalah sebagai berikut :
a)      Motivasi
Motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu hal sangat penting dalam proses belajar mengajar. Jika siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar, guru hendaknya mendorong dengan memberikan kegiatan-kegiatan belajar yang menantang seperti menyelidiki kehidupan makhluk hidup, menceritakan pengalaman sendiri, mewawancarai atau meringkas isi wacana yang disenangi dan telah dibaca. Motivasi ada dua macam, yaitu : (1) motivasi dari siswa sendiri (intrinsik), motivasi ini dapat dibangkitkan dengan mendorong ingin tahu, ingin mencoba dan hasrat untuk maju dalam belajar, (2) motivasi dari luar diri siswa (ekstrinsik) dapat diberikan dengan memberikan pujian atau hukuman seperti memberikan tugas untuk perbaikan atau pekerjaan rumah.
b)      Perhatian Pada Pelajaran
Dalam materi yang hendak diajarkan, siswa harus dilibatkan agar ketika guru menympaikan materi agar mereka dapat memusatkan perhatian pada materi tersebut. Usaha guru agar siswa tetap termotivasi dalam mengikuti pelajaran harus diusahakan, sehingga kemampuan siswa teruji di kelas, menguasai metode, keterampilan proses dan keterampilan bertanya. Jika motivasi menurun diberikan istirahat atau menyuruh seorang anak untuk menjelaskan kembali, memberi tugas, diskusi kelompok, guru mengusahakan agar perhatian anak tertuju pada pelajaran yang diberikan. Dengan perhatian pada pelajaran diharapkan siswa menjadi mengerti dan paham sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
c)      Menerima dan Mengingat
Perhatian siswa harus tertuju pada sesuatu yang harus dimengerti agar dapat menyerap bahan pelajaran baru dan menyimpannya dalam pikiran, inilah salah satu tahapan proses belajar yang harus dilalui siswa. Guru harus memperhatikan struktur, arti, pengulangan dan interferensi. Penjelasan seorang guru akan dapat diterima dan diingat siswa secara lebih baik jika mempunyai struktur yang jelas. Jika siswa berhasil menerima dan mengingat pelajaran yang disampaikan, maka tahap selanjutnya adalah menumbuhkan kreatifitas dalam upaya meningkatkan prestasi belajar.
d)      Reproduksi
Kemampuan mereproduksi perlu dimiliki siswa untuk mengetahui apakah ia telah memahami suatu materi yang diberikan oleh guru. Guru harus bisa menjelaskan materi sejelas mungkin, sehingga Berbekas dalam pikiran siswa.
e)      Generalisasi
Pada tahap generalisasi diharapkan siswa dapat menempatkan apa yang telah dipelajari dalam ruang lingkup yang lebih luas. Dalam tahap generalisasi siswa harus mampu mengendalikan sesuatu dan kemampuan melaksanakan pemindahan (transfer). Kemampuan mengendalikan sesuatu, misalnya siswa mampu menempatkan pengetahuannya tentang suatu prinsip pada dua hal yang mempunyai konteks yang berlainan. Kemampuan mentransfer hampir mirip dengan kemampuan pertama, yaitu kemampuan menerapkan pengetahuan tentang suatu prinsip di tempat yang berlainan.
f)       Melaksanakan Latihan dan Umpan Balik
Latihan adalah cara yang terbaik untuk mengetahui apakah materi yang diberikan benar-benar telah dipahami dan dikuasai siswa. Tujuan pemberian latihan sebenarnya juga dapat dilakukan untuk umpan balik, yaitu untuk informasi bagi siswa, mengapa ia masih melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugas. Guru lebih berperan sebagai fasilitator. Proses intern adalah tahapan umum yang merupakan prinsip di dalam proses belajar apapun.
2)      Proses Ekstern
Proses intern tidak akan berjalan mulus tanpa diikuti oleh proses ekstern, yaitu proses yang terjadi di luar siswa. Pada setiap proses belajar dapat ditentukan adanya proses intern (Robert M. Gagne, 1975). Dalam proses ekstern sangat ditentukan oleh faktor yang berada di luar sisw atau dari luar diri, misalnya factor lingkungan dan masyarakat. Dalam proses belajar perlu didukung faktor lingkungan yang baik, seperti sarana prasarana yang memadai dan dukungan orang lain serta masyarakat.
Demi tercapainya hasil belajar yang diinginkan, seorang siswa harus memenuhi faktor ekstern. Kreatifitas dalam belajar perlu dimiliki setiap siswa dalam proses belajar, karena tanpa adanya kreatifitas maka kegiatan belajar akan pasif dan monoton serta tidak bisa mencetuskan gagasan-gagasan baru.
C.    Konsepsi Belajar Bahasa Inggris
Banyak ahli-ahli berusaha merumuskan apa belajar itu namun masing-masing ahli menyoroti dari sudut pandangnya sendiri sehingga arti belajar menjadi bermacam-macam sesuai dengan jumlah ahli yang mengemukakannya. Tetapi ada satu hal yang prinsip, yang sama-sama tersirat dalam rumusan belajar dari berbagai ahli bahwa seolah-olah ada kesepakatan yang tidak tertulis dimana dalam rumusan belajar mengandung unsur “perubahan”. Seperti yang dikatakan oleh Woodworth (Gunarso, 1982 : 23 – 30).
Sedang arti belajar menurut Soepartinah Pakasi (1985: 32-36) lebih menekankan arti belajar dari sifat belajar itu sendiri. Dalam hal ini diajukan beberapa makna belajar yaitu bahwa belajar merupakan suatu interaksi antara anak dengan lingkungan, belajar berarti berbuat, belajar berarti mengalami, belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan, belajar memerlukan motivasi, belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak dan belajar adalah berfikir, belajar menggunakan daya fikir.
Belajar yang berlebihan dapat menimbulkan perubahan respon pada diri anak sehingga perlu diberikan batasan. Perubahan akan mempengaruhi tingkah laku orang yang sedang belajar. Berarti hasil belajar dapat diamati dari adanya perubahan timgkah laku. Namun yang terpenting agar hasil belajar dapat seperti yang diharapkan maka perlu adanya strategi atau cara-cara khusus yang diterapkan kepada murid dalam proses belajar mengajar. Agar murid lebih mudah dalam menerima materi diperlukan urutanurutan yang jelas dalam mengajar.
Umur merupakan salah satu aspek yang sangat diperhatikan sejak zaman dahulu. Hal ini dapat dilihat dari sejarah pendidikan seperti yang disebutkan oleh Wisnu Wardhana (1978: 27-29) misalnya bangsa Yahudi dalam memberikan materi pelajaran Theologi, Hukum, Kesenian Musik, Agama dan Syair mengenal 3 tingkatan menurut umurnya, yaitu:
1.      Untuk umur 6 tahun sampai 10 tahun
2.      Untuk umur 10 tahun sampai 15 tahun
3.      Untuk yang berumur lebih dari 15 tahun
Di Athena sejak abad 7 SM sudah mengembangkan sistem pendidikan dalam usaha memajukan intelektualitas dimana sudah ada pembagian pendidikan, yaitu melibatkan orang tua sebagai pendidik dari umur 0 tahun sampai 7 tahun dan mulai diasuh oleh seorang Paedagogas. Paedagogas meneruskan bimbingan anak itu di rumah, di sekolah, di lapangan olah raga sampai umur 18 tahun.
Materi yang diberikan oleh paedagogas adalah rendah hati, sopan santun, sifat selalu mengkoreksi dir, meskipun program sekolah masih bersifat oecasional (berubahubah). Tetapi sesudah anak berusia 18 tahun atau 19 tahun, mereka harus menunjukkan rasa cinta tanah air dan mendaftarkan diri sebagai warga negara.
Disamping itu ada pendidikan informal yang berhubungan dengan eksistensi anak tersebut dalam keluarga, lapangan sosial, ekonomi dan politik. Arah pengembangannya adalah pengembangan individu mengenai badan, akal dan moral. Kurikulum pendidikan dasar (2004) menyebutkan bahwa pengajaran Bahasa Inggris bagi siswa Sekolah Menengah Pertama berfungsi untuk:
a.       Mengembangkan dasar-dasar kemampuan dalam berbahasa Inggris
b.      Mengembangkan ketrampilan proses
c.       Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari
d.      Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan Bahasa Inggris dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya dalam kehidupan shari-hari.
e.       Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan kemampuan berbahasa Inggris, serta ketrampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Kurikulum pendidikan dasar (2004) menyebutkan pengajaran Bahasa Inggris bagi siswa Sekolah Menengah Pertama bertujuan agar siswa:
a.       Memahami konsep-konsep bahasa Inggris dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari
b.      Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris
c.       Mempunyai minat untuk mempelajari bahasa Inggris
d.      Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri
e.       Mampu menerapkan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dalam kehidupan seharihari
f.       Mampu berkomunikasi dengan orang asing



BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Rancangan Penelitian
Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar yang tertera pada GBPP tahun 2004 menyebutkan bahwa bahan kajian inti Bahasa Inggris dasar pada kelas VIII semester I mencakup bahasan menyebutkan istilah-istilah keluarga dengan benar dan bercakapcakap dengan kalimat sederhana tentang keluarga.
Guna mewujudkan hasil belajar yang optimal, maka perlu strategi belajar yang efektif dan efisien serta dapat menumbuhkan motivaasi belajar dan kreativitas siswa serta menanamkan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dipelajari. Dalam penelitian ini akan menggunakan rancangan strategi belajar kelompok untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba.
Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan (action research). Dengan perkataan lain penerapan penelitian tindakan di dalam kelas diharapkan mampu mendorong guru untuk memiliki kesadaran diri melakukan refleksi dan kritik diri terhadap aktivitas pembelajaran. Penelitian tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang (Waseso, 1994).
Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan dimulai dari pengumpulan dan penyusunan data yang meliputi analisis dan interprestasi tentang arti data tersebut. Penelitian tindakan merupakan intervensi skala kecil terhadap tindakan dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut (Cohen dan Mantion, 1980: Zuriah: 2003). Berpijak pada pandangan tersebut, maka penelitian tindakan ini berdasarkan pada situasional dan bergaya realitas lapangan (Hopskin, 1985, 1993; Mc. Niff, 1992).
Rancangan dalam penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahap perencanaan, diantaranya:
a)      Refleksi awal
b)      Peneliti merumuskan permasalahan secara operasional
c)      Peneliti merumuskan hipotesis tindakan dan
d)     Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan. Winarno Surachmad (1982 : 140) mengemukakan tentang sifat-sifat yang terdapat dalam metode deskriptif sehingga dapat dipandang sebagai ciri khas antara lain:
·         Memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan bersifat actual
·         Data yang dikumpulkan pada mulanya disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.
Dalam rancangan penelitian ini dilskuksan suatu model kerja sama antara guru dan siswa kelas VII dalam belajar bahasa Inggris. Sebelum dilakukan kegiatan belajar kelompok, maka guru terlebih dahulu melakukan evaluasi sistem belajar yang telah dilakukan siswa kelas VII dalam belajar bahasa Inggris selama ini dihubungkan hasil belajar. Dari evaluasi tersebut akan diketahui kemampuan siswa dalam metode belajar individu.
Guna mengetahui kemajuan siswa dalam belajar bahasa Inggris, maka dilakukan rancangan belajar kelompok. Proses belajar ini dirancang dengan berkelompok atau pembegian kelompok yang menggabungkan antara siswa pandai dan kurang pandai. Belajar kelompok dilaksanakan dalam satu minggu dua kali. Guru berperan sebagai pembimbing atau pengerah dalam menentukan topik pembehasan dalam belajar kelompok. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa harus diupayakan dapat diselesaikan dalam satu kelompok. Jika dalam satu kelompok tidak dapat menyelesaikan permasalahan belajar, maka akan dikonsultasikan dengan guru kelas yang mengajar pelajaran bahasa Inggris.
B.     Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini mempunyai arti tempat, pelaku dan kegiatan (Nasution, 1992). Lokasi penelitian dari aspek “tempat” adalah lokasi dimana tempat proses pembelajaran berlangsung, yaitu kelas VII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba. Adapun kegiatan belajar kelompok dilakukan dilakukan di tempat guru kelas yang mengajar bahasa Inggris. Dari aspek “pelaku” adalah terdiri dari peneliti, guru dan siswa kelas VIII yang terlibat dalam proses belajar. Dari aspek “kegiatan” adalah melaksanakan kegiatan belajar kelompok sekali dalam satu minggu. Kegiatan belajar kelompok ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar bahasa Inggris pada siswa kelas VIII yang selam ini menggunakan sistem belajar secara individu dengan hasil yang kurang memuaskan.
Sumber yang dapat memberikan informasi dan dapat membantu perluasan teori merupakan subjek penelitian (Bogdan dan Biklen, 1990). Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris guna mengetahui pengaruh kegiatan belajar kelompok terhadap hasil belajar siswa kelas VIII.
Jumlah siswa kelas VIII yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar dan belajar kelompok adalah 25 siswa. Alasan pemilihan subjek penelitian adalah untuk mengetahui Pengaruh Belajar Kelompok terhadap hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba, sehingga dapat diketahui manfaat belajar kelompok sebagai bentuk peningkatan mutu hasil belajar Bahasa Inggris.
C.    Langkah-langkah Penelitian
Kegiatan peneliti dalam upaya mengetahui pengaruh belajar kelompok terhadap hasil belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas VII, maka dilakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut.
a.       Observasi penelitian. Tahap ini merupakan tahap orientasi lapangan dengan tujuan untuk mengenali segala unsur lingkungan fisik dan alam sekitar. Observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapangan, peneliti berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan selektif dari suatu proses aktif yang dimaksudkan untuk mengetahui keadaan objek penelitian sebelum peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada (Nasution, 1998).
b.      Penentuan lokasi penelitian. Tahap ini memastikan bahwa SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dijadikan sebagai latar penelitian dengan pertimbangan tempat yang diteliti tersedia sumber data yang cukup.
c.       Pengumpulan data awal untuk memfokuskan masalah penelitian dilakukan peneliti dengan mengadakan pengamatan langsung. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan data yang valid dan realible sesuai dengan kondisi objek penelitian. Dengan melakukan pengamatan langsung, maka peneliti akan memperoleh catatan lapangan yang dapat dipertanggung jawabkan. Catatan lapangan merupakan jantungnya penelitian kualitatif, dimana memposisikan manusia sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data (Maleong, 1995). Kehadiran peneliti di lapangan sangat diutamakan, sebab dalam pengumpulan data harus dilakukan dalam situasi yang sebenarnya. Pentingnya pengamatan dalam penelitian kualitatif diantaranya :
·         Pengamatan ini didasarkan pada pengamatan langsung
·         Dapat mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada kondisi yang sebenarnya
·         Memungkinkan mencatat situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan langsung diperoleh dari data
·         Menghindari bias pada saat wawancara
·         Peneliti mampu memahami situasi rumit, dan
·         Membantu bila tidak memungkinkan menggunakan teknik komunikasi.
d.      Melakukan penelitian terhadap 25 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kec. Torgamba dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris. Dalam pengamatan ini memfokuskan pada kemampuan siswa kelas VIII dalam belajar Bahasa Inggris sebelum diberlakukannya kegiatan belajar kelompok.
e.       Melakukan wawancara terhadap guru dan siswa tentang kesulitan belajar Bahasa Inggris dan hasil belajar yang dicapai dengan metode belajar individu. Selanjutnya melakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan Bahasa Inggris secara keseluruhan sebelum diberlakukannya belajar kelompok.
f.       Melakukan rencana kegiatan belajar kelompok untuk siswa kelas VIII dengan menggunakan sistem pembagian kelompok yang dilaksanakan dalam setiap minggu. Setelah kegiatan belajar kelompok berjalan selama empat bulan, maka dilakukan evaluasi dengan melaksanakan tes Bahasa Inggris untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa dalam belajar Bahasa Inggris dengan strategi belajar kelompok.
g.      Melakukan pengumpulan data terhadap hasil tes I dan II. Pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara langsung terhadap guru dan siswa.
h.      Setelah data terkumpul selanjutnya diidentifikasi dan mendeskripsikan hasil identifikasi kemudian dan memaparkan hasil penelitian secara kualitatif sesuai dengan fokus penelitian.

D.    Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan, antara lain observasi, wawancara, catatan lapangan, angket dan dokumentasi (Zuriah, 2003).
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan meliputi (1) observasi, (2) wawancara, (3) pemberian tes dan (4) dokumentasi.
a.      Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau berlangsungnya peristiwa (Zuriah, 2003).
Ada dua jenis observasi yang dilakukan antara lain : (1) observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki, dan (2) observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti. Penelitian ini melakukan observasi langsung terhadap kegiatan belajar kelompok siswa kelas VIII dengan bimbingan guru Bahasa Inggris dan proses belajar mengajar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar Bahasa Inggris.
b.      Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, karena banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dengan responden (Zuriah, 2003). Wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktifitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya (Arifin, 1998). Maksud wawancara antara lain untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan kepedulian dan lain-lain (Maleong, 2000).
Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada guru Bahasa Inggris dan siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam yang tak terstruktur. Dengan wawancara tak terstruktur akan diperoleh informasi sebanyak-banyaknya yang rahasia dan sensitif sifatnya, serta memungkinkan sekali catat semua respon efektif informan yang tampak selama wawancara berlangsung (Bafadal, 1994). Dalam pelaksanaan wawancara terlebih dahulu disusun garis-garis besar pernyataan yang disampaikan kepada informan berdasarkan pada fokus dan sub fokus penelitian.
c.       Pemberian tes
Pemberian tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa kelas VIII dalam pelajaran Bahasa Inggris dan pengaruhnya terhadap hasil belajar. Pemberian tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dilaksanakannya kegiatan belajar kelompok (tes I) dan sesudah dilaksanakannya kegiatan belajar kelompok (tes II). Pada dasarnya pemberian tes dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII terhadap pelajaran Bahasa Inggris sebelum dan sesudah dilaksanakannya belajar kelompok.
d.      Dokumentasi
Pendokumentasian adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang penelitian. Dapat pula dikatakan bahwa data adalah hasil pengamatan, manifestasi fakta atau kejadian spesifik.
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, pemberian tes dan dokumentasi. Observasi dilakukan pada proses belajar mengajar Bahasa Inggris kelas VIII dengan strategi belajar kelompok. Teknik wawancara dilakukan peneliti terhadap guru Bahasa Inggris kelas VIII untuk mengetahui sistem belajar yang dilakukan selama ini, yaitu dengan belajar sendirisendiri dan pengaruhnya terhadap hasil belajar Bahasa Inggris. Selain wawancara dilakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar kelompok dan pengaruhnya terhadap hasil belajar Bahasa Inggris. Pengumpulan data dalam penelitian selain data primer juga menggunakan data sekunder sebagai acuan, yaitu berdasarkan teori-teori dan studi pustaka. Berikut ini penjelasan metode wawancara dan metode pemberian tes yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam belajar Bahasa Inggris dengan sistem belajar kelompok.
a)      Metode wawancara digunakan untuk meraih data kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam belajar Bahasa Inggris. Dengan wawancara ini akan diketahui manfaat yang dapat diambil oleh siswa kelas VIII dalam belajar kelompok dibandingkan dengan belajar individu. Metode wawancara juga berguna untuk mengetahui perkembangan belajar siswa kelas VIII dalam pelajaran Bahasa Inggris yang telah diberikan oleh guru. Bimbingan dan pengawasan terhadap siswa selama belajar kelompok akan memberikan gambaran untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar kelompok.
b)      Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII dengan belajar individu dan belajar kelompok. Dengan menggunakan tes akan diketahui perkembangan hasil belajar siswa kelas VIII sebelum menggunakan system belajar kelompok dan setelah menggunakan sistem belajar kelompok. Selain itu dengan metode pemberian tes, maka akan dapat diketahui pengaruh belajar kelompok terhadap hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri 1Kec. Torgamba
E.     Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data tersebut perlu diolah atau dianalisis untuk dijadikan informasi. Sebelum diolah, data yang terkumpul perlu diseleksi terlebih dahulu atas dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah reabilitas dan validitasnya digugurkan atau dilengkapi dengan subtitusi. Data yang telah lulus dalam seleksi lalu diolah atau dianalisis merupakan suatu informasi yang siap untuk dievaluasi dan diinterpretasi.
Analisis data merupakan proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis sesuai dengan arah dan saran data yang ada. Analisis merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Dalam analisis data terdapat proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti (Bogdan dan Biklen, 1982).
Pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan data, menata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan. Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema seperti yng disarankan oleh data (Maleong, 1995).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dengan maksud bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Setelah data hasil penelitian terkumpul, maka selanjutnya data tersebut disusun secara sistematis. Dengan cara diorganisir, kemudian dikerjakan yang akhirnya data tersebut diungkap permasalahannya yang penting sesuai dengan topik yang sesuai dengan permasalahan.
Beberapa alur kegiatan dalam analisis deskriptif yang menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, antara lain :
a.       Reduksi data, pada teknik ini peneliti melakukan proses pemilahan, pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan. Laporan lapangan sebaga bahan mentah direduksi, diringkas, ditonjolkan pokok-pokoknya dan disusun lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan, juga memberikan kemudahan bagi peneliti dalam mendapatkan kembali data yang diperoleh jika diperlukan.
b.      Penyajian data, teknik ini memaparkan hasil temuan secara narasi.
c.       Penarikan kesimpulan atau verifikasi, teknik ini peneliti berusaha agar dapat menggambarkan kerepresentatifan suatu peristiwa, kejadian atau suatu subjek.





DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1983. Metode Belajar Dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:Tarsito.
Keiten, Dorotly. 1988.  Cara Belajar Yang  Berhasil. Salatiga:  Universitas  Satya Wacana.
Mantra, I.B. 1998. Langkah-langkah Penelitian Survei dan Laporan Penelitian. Yogyakarta:
            BPFG – UGM.
Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Jakarta:
PT. Bina Aksara.
Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan Dalam Bidang Pendidikan Dan Sosial. Edisi Pertama.
 Malang: Bayu Media Publishing.