LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
MODUL II
KELARUTAN DAN PARAMETER KELARUTAN
Disusun Oleh:
Kelompok : B3
Anggota : 1) Eldesi Medisa I. (K 100 110 038)
2) Yeni Cristiana (K 100 110 040)
3) Chinintya Rahma P. (K 100 110 042)
4) Choirul Ma’arif (K 100 110 080)
Korektor : Eni Setyowati
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
MODUL II
KELARUTAN DAN PARAMETER KELARUTAN
TUJUAN
- Meperkenalkan konsep dan proses pendukung sistem kelarutan obat.
- Menentukan parameter kelarutan kafein.
DASAR TEORI
Kelarutan adalah fungsi sebuah parameter molekul. Pengionan struktur dan ukuran molekul stereokimia dan struktur elektronik. Semuanya akan mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut, seperti pada bagian terdahulu, air membentuk ikatan hydrogen dengan ion atau dengan senyawa non ionik, sedangkan polar melalui gugus –OH, -NH, atau dengan pasangan elektron tak mengikat pada atom oksigen atau nitrogen. Ion atau molekul akan memperoleh sampel hidrat dan akan memisah dari bongkahan zat padat dan artinya melarut.
(Thomas Nagrady, 1992)
Kelarutan dalam Farmakope Indonesia, diartikan dengan kelarutan pada suhu 200C (FI III) atau 250C (FI IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot zatpadat atau 1 bagian volume zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain.
Kelarutan yang tanpa angka adalah kelarutan pada suhu kamar (250C) pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 gram zat padat atau 1 mL zat cair dalam sejumlah mL pelarut.
Istilah Kelarutan | Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat |
Sangat mudah larut | Kurang dari 1 |
Mudah larut | 1 – 10 |
Larut | 10 – 30 |
Agak sukar larut | 30 – 100 |
Sukar larut | 100 – 1.000 |
Sangat sukar larut | 1.000 – 10.000 |
Praktis tidak larut | Lebih dari 10.000 |
(Anief Moh, 2007)
Larutan yang mengandung zat terlarut dengan konsentrasi maksimum sama dengan kelarutan yang disebut larutan jenuh. Pada suatu larutan jenuh, zat terlarut berada dalamkesetimbangan antara fase padat dengan ion-ionnya.
MX(s) M+(aq) + X-(aq)
Karena reaksi merupakan kesetimbangan, maka dalam suatu larutan jenuh terdapat suatu tetapan kesetimbangan yang disebut tetapan hasil kali kesetimbangan (Ksp).
(Anwar Budiman, 2004)
Penetapan blanko, jika dalam pengujian dikehendaki penetapan blanko , dimadsudkan bahwa pengujian dilakukan dengan cara sama menggunakan pereaksi yang sama dan jumlah sama.
(Anonim, 1979)
Larutan dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Larutan jenuh
Yaitu suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut).
b) Larutan hamper jenuh atau tidak jenuh
Yaitu suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu.
c) Larutan lewat jenuh
Yaitu suatu kelarutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak terlarut.
(Martin, 1991)
LARUTAN IDEAL
Larutan ideal merupakan zat padat dalam larutan ideal yang bergantung pada temperatur, titik leleh zat padat, panas molar , yaitu panas yang diarbsorbsi apabila meleleh. Dalam larutan ideal, panas pelarutan sama dengan panas peleburan, yang dianggap konstanta tidak bergantung pada temperatur. Kelarutan ideal tidak dipengaruhi oleh sifat pelarut. Persamaan yang diturunkan dari pertimbangan termodinamika untuk larutan ideal zat padat dalam cairan adalah :
-log X2i =
Keterangan :
-X2i = kelarutan ideal zat terlarut dalam fraksi mol
-T0 = titik leleh zat terlarut padat dalam derajat mutlak
-T = suhu (K)
-R = tetapan gas
LARUTAN NON IDEAL
Keaktifan zat terlarut dalam larutan dinyatakan sebagai konsentrasi dikalikan dengan koefisien keaktifan. Apabila konsentrasi diberikan dalam fraksi mol, keaktifan dinyatakan sebagai :
a2= X2Y2
Dimana Y2 pada skala fraksi mol dikenal sebagai koefisien keaktifan rasional. Dengan mengubah logaritma, maka :
log a2 = log X2 - log Y2
Dalam larutan ideal a2 = X2i karena Y2 = 1 dan dengan demikian kelarutan ideal, persamaan dapat dinyatakan dalam bentuk keaktifan sebagai :
-log a2 = -log X2i
=
Bentuk (w)1/2 dikenal dengan parameter kelarutan dan ditujukkan oleh simbol 1 dan 2 untuk pelarut yang zat terlarut. Persamaan kemudian ditulis dalam bentuk logaritma umum sebagai :
Log Y2 = (1 2)2
(Martin dkk, 1990)
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Tabung uji kelarutan
2. Shaking Thermostatic Waterbath
3. Spektrofotometer
4. Bekker glass
5. Sendok tanduk
6. Puvet
7. Erlenmeyer
Bahan :
1. Kafein
2. Dioksan
3. Air
4. HCl
CARA KERJA
Dihitung dan ditimbang bahan yang diperlukan dalam percobaan
Dibuat pelarut campuran antara dioksan (2 = 10,0) dan air (2 = 23,5)
Dimasukkan zat (obat) berlebihan (750 mg) ke dalam alat uji kelarutan
Diisikan pelarut yang dibuat tadi sebagai solven
Ditempatkan ke dalam Shaking Thermostatic Waterbath pada suhu tertentu
Diaduk/digojok campuran hingga terbentuk larutan jenuh, selama 1 jam
Diambil sampel dari Shaking Thermostatic Waterbath, lalu disaring dan ditentukan kadarnya.
Dicatat hasil yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Martin. A, 1991, Farmasi Fisika Jilid 1, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Anief. Moh, 2007, Farmasetika, UGM Press, Jakarta
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta
Budiman. Anwar, 2004, Bimbingan Pemantapan Kimia untuk SMA/MA, Yrama Widya, Bandung
Nogrady. Thomas, 1992, Kimia Medisinal, University Press, Tokyo