Bertemu Dae Wong



Aku belum makan juga. Namun izinkan aku kembali bercerita.

Beberapa hari lalu, aku melihat tetanggaku yang masih unyu-unyu yang pindah ke Palembang. Sekarang ia sudah kelas satu SMP, dan parasnya masih imut juga masih kecil, unyu ya, pokoknya sebangsanya itulah. Kemudian aku mengingat masa ketika SMP. Ya! tak jauh berbeda dengan makluk unyu-unyu itu, bahkan usia itu aku tekah punya pacar. Omaigad! Cinta pertama.

Dan kemarin tiba-tiba ada yang sms, mengatakan dia bernama Aldy. Aku terlonjak. Dan jelas tahu kalau itu adalah Cinta Pertamaku. Hanya ngaku-ngaku saja namanya Aldy. Juga pikiranku langsung terarah pada fb yang menyatakan namanya Alam Aldy Pratama. Sejauh ia sms tak ada mengaku. Namun kemudian lama-lama ia berkata bahwa berzodiak Taurus, tanggal lahir 3 Mei dan warna kesukaannya adalah hijau. tak bisa dipungkiri lagi, itu kamu Al. Manusia yang beberapa hari lalu kupikirkan dan sekarang kamu yang memulai sebuah komunikasi itu.

Selanjutnya, sorenya aku memutuskan untuk menemuimu. Tidak secara langsung, namun lewat pernikahan tetanggamu yang merupakan teman kita bersama. kembali memandangmu yang tersenyum itu, aku seperi menjadi Kugy dan kamu Keenan dalam Perahu Kertas. Ah, aku jadi ingin bernyanyi ‘tahu diri’-nya Maudy Ayunda. Hai, selamat bertemu lagi...

Mengapa kamu yang dulu menjadi tempat mendamparkan cinta pertamaku? Mengapa? Mengapa kamu sekarang tambah kece? Mengapa kamu bilang aku tambah imut? Mengapa kita dulu pernah mengatakan kata putus? Mengapa? Salam ya, buat bapakmu yang sepertinya sangat mengerti aku, juga ibumu yang masih menganggapku adalah menantu beliau. Aku sayang kalian, entah nanti takdir bertindak seperti apa. Apakah menjauhkan kita setelah bertemu kembali seperti kemarin atau semakin mendekatkan? Seperti jarak rumah kita yang tak begitu jauh. Kau pernah mengingkari janji. Janjimu selanjutnya kemarin akan bercerita seperti apa? Aku menunggumu, juga kamu menunggumu. Biar besok yang menjawab.
Jarak kita tak jauh, namun orange dan dasi aku memandangnya seperti Jogja-Korea. Berlebihan? Ha ha ha, bisa jadi.

Tuinggg, ada sms masuk. Aku membaca pengirimnya saja sudah berdebar. Ada apa? Katamu kamis berkunjung dan kembali hanya menemukan sebuah pintu. Aku masih di rumah. Mungkin ini caraku mengulur waktu untuk melepaskan. Tiga hari lagi, ya tiga hari lagi. aku menuliskan ini dengan bergetar. Tak tahu bagaimana perasaan hatiku.

Aku mencintaimu, kamu pasti tahu. Belum genap setahun akankah aku merasakan sakit itu lagi. namun ini sedikit berbeda dulu aku rela melepas, sedang sekarang aku masih gamang. Aku sungguh tak tahu. Pernah ingin melepaskan, namun ternyata kamu tetap bersemayam di hatiku. Aku tak muluk, walau ada yang berkata mungkin ada Miracle, aku tetap kukuh itu Imposible.

Mungkin, memang bukan kamu
Mungkin ada orang lain lagi
Mungkin hanya sampai di sini
Mungkin aku mulai menangis

Bukankah hidup itu mencari, itu kataku dulu. Tapi aku sekarang sedang enggan mencari. Aku berkukuh bahwa aku telah menemukan namun jika melepaskan adalah hak terbaik. Ya, mungkin saja. Mungkin.
Mengulur waktu, tak mau hari itu datang, aku memang tak terlalu nyaman, aku tak mau hari itu datang, aku tak mau...




27 April 2013 (kalender blog e kliru)