Bintang Bulan


Dari sekian orang yang melihat bulan purnama malam ini, pasti pusatnya adalah ia yang bersinar terang. Sedangkan di sampingnya sebenarnya juga ada kerlip yang dilihat sepintas lalu. Ya, ada bintang kecil yang mendampingi sinar terang bulan.

Bulan adalah ia yang ‘hanya’ memantulkan cahaya matahari, dan bintang adalah ia yang mampu bersinar dengan sendiri (kalo gak salah dari pelajaran IPA dulu waktu SD sih gitu, tapi gak tau kalo salah ya)
Jika aku mengibaratkan bulan itu kamu dan bintang yang hanya kecil di sampingnya itu adalah aku pakah boleh? Tapi ini lain cerita, bukan lagi bulan yang hanya perantara cahanya, sedang bintang mampu bercahaya. Tapi lebih kehadiran mereka. Kamu yang menjadi pusat perhatian, dan aku yang setia di sampingmu (bisa jadi bisa jadi).

Kau tak juga kembali, ramuan rindu yang semalam kuracik sudah kuamankan. Kapan kamu datang dan menyesapnya perlahan. Aku di sini setia menanti, seperti setia bintang kecil di atas sana yang mendampingi bulan.

Aku berharap kita sedang melihat bulan yang sama, dengan hati yang masih menyimpan rasa yang sama, dengan dendam yang sama walau tempat yang berbeda. Aku masih sayang kamu, aku masih kangen kamu, aku sungguh cinta kamu (trus apa lagi ya)

Bulan bulan, sampaikan cahayamu kepada dia yang kucinta (siapa siapa?), terangkan hatinya, terangkan jalannya, terangkan pandangannya, terangkan semuanya, bulan bulan.

Ah ya, ada sekelumit cerita tentang beberapa hari lalu. Tantang dia yang menyebutku perempuan tua, padahal usiaku baru dua dua. Setahun lai, tahun depan usiamu juga akan menginjak dua dua, dan kamu akan menjadi perempuan seperti yang kamu gelarkan padaku, Perempuan Tua. Selamat menikmati setahun ini dengan bergelar Perempuan Muda, gadis. Jangan sia siakan waktu mudamu yang tinggal setahun.

menikmati malam ini memandang bulan purnama bersama ibu dan Om/ Paman/ Pak lekku yang dari Bandung. depan rumah di temani krik krik jangkrik... damai tentram