LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Acara III. Pengamatan Tanah Dengan Indra

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR ILMU TANAH
Acara III. Pengamatan Tanah Dengan Indra





Oleh:
Nama               : Arifin Budi Purnomo
NIM                : A1C012025
Rombongan     : E1(Agribisnis)
Asisten             :Kristia D A
  Reza Riski T
  Wefindria Afifah
  Nova Margareth



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Didunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah  sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu.
Tanah bersifat dinamis, dimana tanah mengalami perkembangan setiap waktunya. Karakteristik tanah di setiap daerah tentunya berbeda dengan daerah lainnya. Tanah dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimilikinya. Ilmu yang mempelajari tentang proses-proses pembentukan tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut genesis tanah.
Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu, pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara.
Fungsi pertama tanah bagi tetanaman adalah sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar berpenetrasi (sifat fisik) yang selama cadangan nutrisi (hara) masih tersedia di dalam benih, hanya air yang diserap oleh akar-akar muda, kemudian bersamaan dengan makin berkembangnya perakaran cadangan makanan ini menipis, untuk melengkapi kebutuhannya mak akar-akar ini mulai pula menyerap nutrisi baik berupa ion-ion anorganik seperti N, P, K dan lain-lain, senyawa organik sederhana, serta zat-zat pemacu tumbuh seperti vitamin, hormon dan asam-asam organik (sifat fisik, kimia dan biologis tana). Kebutuhan suplai hara dari tanah ini makin meningkat selaras dengan menipisnya cadangandari benih, hingga 100% tergantung pada tanah(juga dari air hujan) pada saat habisnya cadangan ini. Bahkan untuk tanaman yang ditanam berupa bibit/anakan, ketergantungan ini mutlak sejak penanaman. Indikator kecukupan air dan nutrisi yang dapat disediakan tanah dicerminkan oleh kualitas pertumbuhan trubus dan priduksi tanaman yang tumbuh diatasnya. Sifat-sifat fisik, kimia dan biologis tanah memppengaruhi kualitas tanah sebgai media tumbuh.

B.     Tujuan

1.      Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku Munsell Soil Color Chart.
2.      Menetapkan tekstur dari beberapa jenis tanah
3.      Menetapkan struktur dari beberapa jenis tanah.
4.      Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah dalam keadaaan basah, lembab, dan kering.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001)
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan   relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Berdasar definisi tanah, dikenal lima macam faktor pembentuk tanah, yaitu :
        1.  Iklim
        2.  Kehidupan
        3.  Bahan induk
        4.  Topografi
        5. Waktu.
Dari  kelima  faktor  tersebut yang bebas  pengaruhnya adalah iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah kering dinamakan dengan istilah asing weathering. Secara garis  besar  proses  pembentukan  tanah  dibagi  dalam  dua  tahap,  yaitu proses  pelapukan dan proses perkembangan tanah  (Hardjowigeno, 1992).
Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembapan tanah. Warna tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni, tetapi campuran kelabu, coklat dan bercak, kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (Tan, 1995)
Pengamatan warna tanah dengan indera menunjukkan warna tanah yang bervariasi, menggambarkan petunjuk tentang sifat-sifat tanah. Sifat tanah yang berkaitan dengan warna tanah kandungan bahan organic, kondisi drainase dan serasi. Warna tanah digunakan dalam menentukan klasifikasi tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon tanah, atas dasar warnanya yang muncul sebagai akibat gaya-gaya aktif dalam proses pembentukan tanah. Warna tanah juga sangat dipengaruhi oleh kadar lengas di dalamnya. Tanah yang kering, warnanya lebih muda dibandingkan dengan tanah yang basah, hal ini karena bahan koloid yang kehilangan air.
Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau (Madjid, 2009)
Struktur tanah merupakan susunan  ikatan partikel  tanah  satu  sama  lain. Ikatan  tanah  berbentuk  sebagai  agregat  tanah.  Apabila  syarat  agregat  tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar  disebut  ped,  sedangkan ikatan  yang  merupakan  gumpalan  tanah  yang  sudah   terbentuk  akibat penggarapan  tanah  disebut  clod.  Untuk  mendapatkan  struktur tanah yang baik dan valid  harus  dengan  melakukan  kegiatan  dilapangan,  sedang laboratorium elatif  sukar  terutama  dalam  mempertahankan  keasliannya  dari bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1992).

Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur, klas struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian menjadi bermacam-macam klas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 type tanah yaitu : type lempeng ( platy ), type tiang, type gumpal ( blocky ), type remah ( crumb ), type granulair, type butir tunggal dan type pejal ( masif ). Dengan pembagian klas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan  sangat kasar. Untuk semua type tanah  dengan ukuran kelas berbeda-beda untuk masing-masing type. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas : tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah ( weak ) yaitu tanah yang jika tersinggung  mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah. sedang/cukup yaitu tanah  berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat dipecahkan, tanah kuat ( strong ) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan  (Koorevaar, 1987)
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang satu agregat denganagregat lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur horison-horison tanah sering berbeda satu dengan yang lainnya dan merupakan penciri yang penting darisifat tanah, sama halnya dengan tekstur dan warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu memperbaiki sistemaerasi dan gerakan air (Bale, 2001).
Proses  pelapukan  adalah  berubahnya  bahan  penyusun  didalam  tanah dari  bahan  penyusun  batuan.   Sedangkan  proses  perkembangan  tanah  adalah terbentuknya  lapisan  tanah  yang  menjadi ciri, sifat, dan kemampuan yang khas dari  masing – masing  jenis tanah. Contoh  proses pelapukan adalah  hancurnya batuan  secara fisik,  sedangkan  contoh  untuk  peristiwa  perkembangan  tanah adalah terbentuknya horison tanah, latosolisasi (Darmawijaya, 1990 ).
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1.         Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
2.      Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
3.      Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
4.      Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
5.      Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
6.      Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
7.      Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
8.      Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
9.      Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.

10.  Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
11.  Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
12.  Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan (Hardjowigeno, 1992).

Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih terang (Hardjowigeno, 1992)

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah (Kohnke, , 1968)
Macam – macam Konsistensi Tanah
a.      Konsistensi Basah
Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1)   Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
(2)   Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
(3)   Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
(4)   Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
(1)    Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
(2)    Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(3)    Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
b.      Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1)   Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2)   Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
(3)   Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(4)   Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5)   Sangat Teguh/Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
(6)   Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

c.       Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:
1.      Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
2.      Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
3.      Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
4.      Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
5.      Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul) (Sarief, 1986)
Penelitian mengenai sifat tanah bertujuan untuk meneliti sifat-sifat tanah di lapangan dan mengklasifikasikannya ke dalam suatu ordo, maka kita dapat melakukan suatu pengamatan melalui profil tanah, Dengan mengamati profil tanah, kita dapat menganalisa tekstur, struktur, konsistensi, warna tanah, bahan organik, aktivitas fauna, perakaran yang terdapat dalam tanah, dan sebagainya pada suatu wilayah.tentunya Pengamatan pada profil tanah tidak dapat dilakukan secara individual. Dikarenakan dalam suatu pengamatan, setiap orang akan berbeda dalam mengkelaskan (misal tekstur dan struktur), dibutuhkan sensitivitas/kejelian setiap orang dalam menginterpretasikan suatu sifat tanah (Pipit, 2011).
Pengamatan tanah dengan indera memiliki fungsi agar kita dapat mengetahui dan merasakan struktur tanah, tekstur tanah maupun warna tanah. Dengan demikian, kita juga dapat membedakan jenis-jenis tanah tersebut. Peranan untuk kegiatan sehari-hari dapat diaplikasikan di bidang Pertanian, Sipil, Geologi, Geografi dan segala bidang yang berhubungan dengan tanah.




BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah contoh tanah jenis tertentu dan air. Alat yang digunakan yaitu penggaris, botol semprot, buku munsell soil color chart, lembar pengamatan dan alat tulis.
B.   Prosedur Kerja

1.     Warna Tanah
a.       Diambil sedikit tanah gumpal, lalu dilembabkan dengan air secukupnya (permukaannya tidak mengkilap)
b.      Diletakkan di bawah lubang kecil pada buku Munsell Soil Color Chart
c.       Dicatat notasi warna (Hue, Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.
2.      Tekstur Tanah
a.       Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, kemudian dibahasi dengan air hingga tanah dapat ditekan.
b.      Contoh tanah dipijit kemudian dibuat benang sambil merasakan besar halusnya tanah.
Jika :
(a)    Bentukan benang mudah dan membentuk pita panjang maka kemungkinan besar teksturnya LIAT
(b)   Mudah patah, kemungkinan tekstur tanahnya LEMPUNG BERLIAT
(c)    Tidak terbentuk benang, kemungkinan LEMPUNG atau PASIR
(d)   Jika terasa lembut dan licin berarti LEMPUNG BERDEBU
(e)    Jika terasa kasar berarti LEMPUNG BERPASIR

3.      Struktur Tanah
a.       Sebongkah tanah diambil dari horison tanah, kemudian dipecah dengan cara menekannya dengan jari atau dijatuhkan dari ketinggian tertentu
b.      Pecahan tanah yang terbentuk secara alamimenjadi agregat mikro yang merupakan kelas struktur tanah
4.      Konsistensi
a.       Contoh tanah dalam berbagai kandungan air (Konsistensi basah, konsistensi kering dan konsistensi lembab) diamati dengan cara dipijit dengan ibu jari dan telunjuk.
b.      Pengamatan dimulai dari konsistensi kering, lembab dan basah dengan cara menambah air dengan botol semprot pada contoh tanahnya


  
  

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil pengamatan

·         Warna dan Tekstur
Jenis Tanah
Warna Tanah
Tekstur Tanah
Notasi Warna
Nama Warna
Inceptisol
7,5 yr
Brown
Lempung Berpasir
Entisol
10 yr
Dark Brown
Lempung Berpasir
Ultisol
7,5 yr
Strong Brown
Liat Berdebu
Andisol
10 yr
Dark Yellowish Brown
Pasir Berlempung
Vertisol
10 yr
Very Dark Grey
Liat Berdebu



·         Struktur
Jenis Tanah
Struktur Tanah
Derajat
Tipe
Kelas
Inceptisol
Renah
Halus
2 = Cukupan
Entisol
Gumpal
Halus
1 = Lemah
Ultisol
Tiang
Sangat Halus
2 = Cukupan
Andisol
Lempeng
Sedang
2 = Cukupan
Vertisol
Gumpal
Halus
3 = Kuat




·         Konsistensi
Jenis Tanah
Konsistensi Basah
Konsistensi Lembab
Konsistensi Kering
Kelekatan
Keliatan
Inceptisol
Ss (Agak Lekat)
Po (Tidak Plastis)
F(Gembur)
h (Keras)
Entisol
Ss (Agak Lekat)
P(plastic)
Vf (Sangat Gembur)
S(lunak)
Ultisol
Ss (Agak Lekat)
P (Plastis)
T(teguh)
h (Keras)
Andisol
S (Lekat)
P (Tidak Plastis)
Vt (Sangat Teguh)
Sh (Sangat Keras)
Vertisol
Ss (Agak Lekat)
Po (Tidak Plastis)
Vt (sangat teguh)
Eh (Sangat Keras Sekali)

B.     Pembahasan
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah (Poerwowidodo., 1991)
Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut:
1.    Jenis mineral dan jumlahnya.
2.    Kandungan bahan organik tanah.
3.    Kadar air tanah dan tingkat hidratasi
Pada pengamatan tanah dengan indra, warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah, diantaranya yaitu kandungan bahan organic, drainase. Warna tanah sangat dipengaruhi oleh kadar lengas didalamnya. Tanah yang kering warnanya lebih muda dibandingkan dengan tanh yang basah, ini karena bahan koloid yang kehilangan air. (Kohnke, 1968)
Warna tanah diatas ditetapkan menggunakan Munsell Soil Color Chart. Yaitu dimana dalam penetapan warna harus di catat HUE, VALUE, dan CHROMA.
1.      HUE                : warna dominan sesuai dengan panjang gelombangnya,
2.      VALUE          : merupakan kartu warna ke arah vertikal yang menunjukkan warna tua-muda atau hitam-putih, ditulis dibelakang nilai hue.
3.      CHROMA      : merupakan kartu warna yang disusun horizontal yang menunjukkan intensitas cahaya. Ditulis dibelakang value yang dipisahkan dengan garis miring,
Warna tanah yang terdeteksi berbeda-beda karena mencerminkan sifat tanah, sedangkan diketahui jenis tanahnya berbeda, sehingga warnanya pun pasti berbeda (Pipit, 2011)
Warna tanah akan berpengaruh pada keseimbangan panas dan kelembaban tanah. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, aktivitas organisme dan struktur tanah. Warna tanah digunakan juga dalam penaksiran :
1.      Tingkat  pelapukan atau proses pembentukan tanah, semakin merah berarti semakin lanjut pelapukannya.
2.      Kandungan bahan organik tanah.
3.      Drainase tanah, warna merah atau kecoklatan, berdrainase baik ; sedang warna kelabu menunjukan drainase yang buruk.
4.      Horizon pencucian / pengendapan, warna putih mennunjukan horizon pencucian sedangkan warna gelap menunjukan horizon pengendapan.
5.      Jenis mineral, warna gelap dimungkinkan mengandung kuarsa, kapur ; merah mengandung besi ; warna gelap mengandung boron atau mangan (Pipit, 2011)
Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara. (Munir, 1996).
Ada 3 macam tekstur tanah yang utama, yaitu
1.      Pasir (sand)
Tanah dikatakan pasir bila kandungan pasirnya lebih dari 70%.
2.      Lempung (loam)
Jika suatu fraksi tidak memenuhi fraksi liat ataupun fraksi pasir, maka itu adalah fraksi lempung.
3.      Liat (clay)
Apabila kandungan litanya lebih dari 35%.
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1.      Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
2.      Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
3.      Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
4.      Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
5.      Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
6.      Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
7.      Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
8.      Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
9.      Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
10.  Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
11.  Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
12.  Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan (Dede, 2012)

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Menurut bentuknya struktur dapat dibedakan menjadi:
1.      Bentuk Lempeng (platy): sumbu vertikal  < sumbu horizontal, ditemukan di horison E atau pada lapisan padas liat
2.      Prisma: Sumbu vertikal > sumbu horizontal bagian atasnya rata, di horison B tanah daerah iklim kering
3.      Tiang: Sumbu vertikal > sumbu horisontal, bagian atasnya membulat, di horison B tanah daerah iklim kering
4.      Gumpal bersedut: Seperti kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal = sumbu horisontal, di horison B tanah daerah iklim basah
5.      Gumpal membulat: Seperti kubus dengan sudut-sudut membulat. Simbu vertikal = sumbu horisontal, di horison B tanah daerah iklim basah
6.      Granuler: Bulat-porous, di horison A
7.      Remah: Bulat sangat porous, di horison A(Hardjowigeno, 1992)

Konsistensi tanah adalah istilah yang berkaitan sangat erat dengan kandingan air yang menunjukkan manifestasigaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang berada didalam tanah pada kandungan air yang berbeda-beda. Setiap materi tanah mempunyai konsistensi yang baik bila massa tanah itu besar atau kecil (sedikit), dalam keadaan ilmiahataupun sangat terganggu, terbentuk agregat atau tanpa struktur maupun dalam keadaanlembab atau kering. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur berhubungan erat satu samalain, struktur tanah menyangkut bentuk ukuran dan pendefinisian agregat alamiah yangmerupakan hasil dari keragaman gaya tarikan di dalam massa tanah. Sebaliknyakonsistensi meliputi corak dan kekuatan dari gaya-gaya tersebut (Hakim, 1986).
Daya kohesi dan adhesi pada berbagai tingkat kelengasan tanah terhadap tekanandari luar disebut konsistensi tanah. Hal ini diketahui karena mempunyai hubungan eratdengan sistem penggolongan tanah, efisiensi penggunaan air dan sifat perembesan air kedalam tanah dan sifat fisik lainnya (Foth, 1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah ialah :
1.      Kadar air tanah
2.      Bahan – bahan penyemen agregattanah
3.      Bahan dan ukuran agregat tanah
4.      Tingkat agregasi
5.      Faktor-faktor penentu struktur tanah(tekstur, macam lempung, dan kadar  bahan organik) (Notohadiprawiro, 2000)
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya tahan atau daya adhesi butir tanahdengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan terhadap gaya akan merubah bentuk atau gaya-gaya tersebut, misalnya pencangkokan, pembajakan dan sebagainya.Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah oleh karena itu dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basahatau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanahtersebut. Besarnya adhesi ditentukan oleh tegangan permukaan pada tiap satuan bidangsinggung dan luar bidang singgung. Akibatnya kekuatan adhesi menurun tajam pada keadaan jenuh air, kekuatan adhesi hilang dan tanah berubah menjadi Lumpur (Notohadiprawiro, 2000)
Pengamatan warna tanah menggunakan buku Munsell Soil Color Chart diketahui warna tanah vertisol berada pada notasi warna 5 YR 3/1 yang berarti mempunyai warna Very Dark Grayish Gray, sementara teksturnya adalah liatberdebu. Tanah andisol berada pada notasi warna 10 YR 4/6 yang mempunyai warna Dark Yellowis Brown dan bertekstur pasir berlempung. Tanah inseptisol berada pada notasi warna 7,5 YR 5/4 yang mempunyai warna Brown dan bertekstur lempung berpasir. Tanah entisol berada pada nptasi warna 10R 3/3 dan mempunyai warna Dark Brown dan bertekstur lempung berpasir. Tanah ultisol berada pada notasi warna 7,5 YR 4/6 mempunyai warna Strong Brown bertekstur liat berdebu.  
Praktikum pengamatanstruktur tanah, didapatkan tanah vertisol yang mempunyai tipe gumpal, klas halus (F) serta derajat kuat:3. Tanah andisol mempunyai tipe lempeng dengan klas sedang dan derajat yang lemah :1. Tanah inseptisol mempunyai tipe remah, klasnya halus (F), serta derajatnya cukupan:2. Tanah entisol mempunyai tipe gumpal dengan klas halus dan derajatnya lemah :1. Tanah ultisol mempunyai tipe tiang dengan klas sangat halua dan derajatnya cukupan :2.
Praktikum pengamatan konsistensi lembab dan kering tanah, didapatkan konsistensi Vertisol, Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol pada keadaan lembab yaitu berturut-turut  F(Gembur), Vf (Sangat Gembur), T(teguh), Vt (Sangat Teguh) dan Vt (sangat teguh). Sedangkan konsistensi Vertisol, Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol pada keadaan kering yakni h (Keras), S(lunak), h (Keras), Sh (Sangat Keras)dan Eh (Sangat Keras Sekali)
Tanah Inseptisol memiliki tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam, penyebaran liat ke dalam tanah tidak dapat diukur. Kisaran kadar C-Organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK)  dapat terbentuk hampir di semua tempat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika (Munir, 1996)     
Tanah Entisol mempunyai ciri solumnya berkisar dari dangkal sampai dalam, berwarna kelabu hingga kuning, mempunyai horison (A)-C tetapi batasannya sangat tegas, bertekstur pasir hingga debu ( > 60% ), berstruktur butir tunggal, dan konsistensi gembur serta lepas (Munir, 1996)
Sifat fisik Ultisol menurut Mohr dan Van Baren (1972) dalam Munir (1996)  dapat dirinci : solum, kedalamannya sedang (moderat 1 sampai 2 meter), warna merah sampai kuning, chromameningkat dengan bertambahnya kedalaman, tekstur halus pada horison Bt (karena kandungan liat maksimal pada horison ini), struktur pada horison Bt berbentuk Blocky,  konsistensi teguh, cutanliat terjadi pathite banyak ditemukan konkresi
Tanah Andisol dicirikan sebagai tanah mineral yang mempunyai sifat andik dengan kriteria diantaranya adalah mempunyai berat isi tanah kurang dari 0.9 g/cc sampai kedalaman lebih dari 35 cm dan didominasi bahan amorf dan atau mengandung abu vulkan, abu apung, lapili dan sebangsanya lebih dari 60% sampai kedalaman 35cm atau lebih atau mempunyai pH NaF 1N lebih dari 9.4 (Munir, 1996)
Andisol di Indonesia terletak pada daerah yang mempunyai ketinggian 0 (pantai) hingga 3500 meter (puncak gunung) di atas permukaan laut, dengan bentuk wilayah datar sampai bergunung serta di bawah kondisi iklim tropika basah dan pada landscape vulkanik muda (Djaenudin & Sujadi, 1988). Bahan induk andisol adalah berupa abu vulkanik yang dapat tersusun atas andesito-desitik, andesit , basalto andesitik dan basaltik (Tan, 1995)
Pengamatan tanah dengan indera memiliki banyak tujuan dan kegunaan di berbagai bidanng salah satunya yaitu di bidang pertanian . pengamatan indra ini penting untuk memudahkan petani dalam nenentukan baik tidaknya lahan untuk ditanami tanaman serta tanaman apa yang baik untuk ditanam di lahan tersebut melalui pengamatan warna tanah, tekstur tanahnya, struktur tanahnya, serta konsistensi tanahnya.






BAB V
KESIMPULAN

1.      Pengamatanjenis suatu tanah dapat ditentukan dari 4 cara yaitu Warna tanah, Tekstur Tanah, Struktur Tanah dan Konsistensi.
2.      Pengamatan warna tanah dan tekstur tanah diketahui warna tanah vertisol berada pada notasi warna 5 YR 3/1 yang berarti mempunyai warna Very Dark Grayish Gray, sementara teksturnya adalah liat berdebu. Tanah andisol berada pada notasi warna 10 YR 4/6 yang mempunyai warna Dark Yellowis Brown dan bertekstur pasir berlempung. Tanah inseptisol berada pada notasi warna 7,5 YR 5/4 yang mempunyai warna Brown dan bertekstur lempung berpasir. Tanah entisol berada pada nptasi warna 10R 3/3 dan mempunyai warna Dark Brown dan bertekstur lempung berpasir. Tanah ultisol berada pada notasi warna 7,5 YR 4/6 mempunyai warna Strong Brown bertekstur liat berdebu.  
3.      Praktikum pengamatanstruktur tanah, didapatkan tanah vertisol yang mempunyai tipe gumpal, klas halus (F) serta derajat kuat:3. Tanah andisol mempunyai tipe lempeng dengan klas sedang dan derajat yang lemah :1. Tanah inseptisol mempunyai tipe remah, klasnya halus (F), serta derajatnya cukupan:2. Tanah entisol mempunyai tipe gumpal dengan klas halus dan derajatnya lemah :1. Tanah ultisol mempunyai tipe tiang dengan klas sangat halus dan derajatnya cukupan :2.
4.      Praktikum pengamatan konsistensi lembab dan kering tanah, didapatkan konsistensi Vertisol, Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol pada keadaan lembab yaitu berturut-turut  F(Gembur), Vf (Sangat Gembur), T(teguh), Vt (Sangat Teguh) dan Vt (sangat teguh). Sedangkan konsistensi Vertisol, Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol pada keadaan kering yakni h (Keras), S(lunak), h (Keras), Sh (Sangat Keras)dan Eh (Sangat Keras Sekali)








DAFTAR PUSTAKA

Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Dede,  2012. Pengamatan Tanah Dengan Indra. http://de-dehouse.blogspot.com/2012/04/laporan-pengamatan-tanah-dengan-indra.html, diakses tanggal 12 April  2013
Foth, H.D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-DasarIlmu Tanah. UNILA : Lampung.
Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Kartasapoetra. 2002. PengantarIlmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd.: Bombay.
Koorevaar, D.,G. Menelik and C. Dirksen. 1987. Element of Soil Physics. Development inSoil Science 13 (Anasir Fisika Tanah – Perkembangan di Dalam Ilmu Tanah 13. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Madjid, Abdul. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah Online Fakultas Pertanian: Yogyakarta.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia..  PT. Dunia Pusataka Jaya : Jakarta.

Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Pipit. 2012. Ilmu Tanah (Struktur, tekstur dan warna tanah), http://pipitchan2905.blogspot.com/2011/11/laporan-praktikum-ilmu-tanah-struktur.html, diakses tanggal 12 April  2013
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi.
             Fahutan: Institut Pertanian Bogor
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. PustakaBuana : Bandung.
Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Balai Penelitian The dan Kina : Bandung.