Seminggu ini Landu, tak kuterima sedikit kabar darimu, padahal tak kurang kusampaikan maaf tentang kesalahan yang kuperbuat hari kemarin. Jika maaf saja tak cukup, aku tak tahu lagi harus berbuat apa. Cemburu? Itu yang dibilang kawanmu pagi kemarin. Aku tahu jelas, tapi kamu lupa untuk berpikir Landu, bahwa jauh sebelum cemburu itu berada dalam hatimu, hatiku telah lama menelan empedu cemburu juga.
Ternyata melihatmu marah Landu, menggugurkan kata ‘menang’ yang selama ini kuagungkan. Kata kawanmu juga, aku harus bertanya pada lubuk hatiku, apakah aku benar mencintaimu. Ternyata lebih sakit melihat seperti ini. Aku telah menangisimu seminggu lalu Landu, dan cukup itu. Aku sudah tak izinkan lagi mata ini menangisi keegoisan. Entah itu egoismu atau egoisku. Ya, sepertinya kita sama-sama YME, Yang Maha Egois.
Tunggu aku Landu, yang tiba di depan pintu rumahmu. Membawa barang yang seharusnya berada di sana. Aku tak akan tinggal, aku akan meninggalkan. Bahkan pada saat aku datang, kuharap kau tak di rumahmu itu.
Benar kata temanku. Mungkin aku adalah manusia yang membukakan hati untuk siapa saja. Mempersilakan mereka melihat bahwa bertempat di hatiku nyaman. Tapi mereka lupa, jika mereka tak pernah bisa meninggalinya.
Landu, aku tak lupa jalan pulang. Pulang ke hatimu...