Di balik pintu ini kita kembali meneguk rindu. Sebenarnya rindu yang sudah tak pantas untuk kita kecap bersama. Aku ingin menghindar, namun paksaanmu sungguh. Kamu tahu? Seperti hati yang sedang diperkosa.
“Jangan seperti ini jika kamu tak mau aku bergantung.”
“Ya.”
Kemudian kening itu kau kecup. Mungkin untuk yang terakhir kalinya.
“Kamu tahu mengapa aku menghindari pertemuan? Karena seperti ini. Magnet kita masih saling tarik menarik.”
Ah ya, kemudian semuai itu melampaui ingatan kita. Ketika pendekatan yang hanya sepuluh hari, kemudian ada makluk yang begitu saja menjatuhkan hatinya. Terlampau dalam, dalam sekali. Hingga rasanya untuk kembali terbangun itu sulit. Oh mengapa?
Takut, katamu. Dan memang benar segala ketakutan itu menjadi nyata. Aku yang merasakan lebih takut dan aku yang sakit. Aku tak tahu apakah kamu mengenal rasa sakit yang kumaksud.
“Karena aku bukan hanya seeonggok daging yang tumbuh. Yang berparas pantas menghasilkan keturunan yang baik-baik. Aku tak sekedar itu.”
Juga tentang cerita. Cerita yang tek pernah kau selesaikan. Mungkin bingung untuk mengakhirinya. Cerita yang kamu buat bulan November lalu, sekarang sudah bisa kau selesaikan. Bukankah aku sudah membantu menyelesaikan. Betapa baiknya aku, walaupun jauh di dalam hati ini sangat tak baik. Selesaikan ceritamu, tulis cerita yang baru lagi.
Aku juga akan mulai menulis, namun sebelum memulainya aku akan mengucapkan mantara. Mantra anti takut dalam memulai perasaan cinta. Dan mantra itu sendiri di setiap huruf yang kuketik. Aku akan memulai cerita yang baru!