Bukan Akhir Segalanya



Oleh: Prito Windiarto*

Euforia. Rasa  itu baru saja menghampiri adik-adik SMA yang lulus Ujian Nasional (UN). Kegembiraan yang  kadang diluapkan  secara berlebihan, mencoret-coreti seragam sekolah, ugal-ugalan di jalan contohnya. Namun sayangnya  setelah  kegembiraan itu, berhari kemudian adik-adik kita dilanda kecemasan.  Bagaimana masa depan kami kelak setelah lulus? Melanjutkan kuliah, bekerja?
            . Bagi yang kurang memiliki biaya, bekerja adalah pilihan yang logis. Sedangkan bagi mereka yang orang tuanya memiliki biaya, kuliah adalah salah satu alternative yang menjanjikan. Mengingat persaingan kerja yang teramat ketat dewasa ini. Bagi yang diberi kesempatan kuliahpun larik tanya masih bersisa. Kuliah di mana? Jurusan apa? Bisa masuk Perguruan tinggi negeri  atau tidak ya? Pertanyaan yang menggelisahkan.
            Pada akhirnya satu pilihan tempat kuliah dengan jurusannya ditentukan, si calon mahasiswa. Ia bersiap mengikuti tes masuk. Biasanya jurusan yang dipilih adalah jurusan favoritnya. Dan beruntunglah ia jika ternyata diterima di jurusan yang dimaksud. Nahas jika ternyata ia tak diterima di jurusan tersebut. Akhirnya, dengan dalih, dari pada tidak kuliah, orang tua atau bisa jadi si calon mahasiswa itu sendiri mendaftarkan  diri di Perguruan tinggi dan jurusan yang bukan idamannya. Jauh di lubuk hatinya ada penyesalan yang menggelayut. Kesemangatan yang menurun.
            Kondisi ini tentu saja memprihatinkan. Tapi itu tak layak menjadi alasan seseorang berputus asa. Saya teringat sebuah buku karya Bambang Trim. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa seharusnya orang yang tidak masuk kuliah di jurusan idamannya berbahagia, kenapa?  Karena ia akan mendapatkan dua keuntungan. Pertama ia menguasai ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah (meski bukan ilmu favoritnya). Sekaligus menguasai ilmu yang difavoritkannya secara otodidak. Biasanya orang yang memfavoritkan suatu ilmu akan bersemangat mempelajarinya.
            Intinya, ketika suatu saat adik-adik tidak diterima di jurusan favorit. Jangan berlarut dalam penyesalan. Percayalah, itu bukan akhir dari segalanya. Pelajari ilmu di bangku kuliah dengan sungguh-sungguh, di samping juga belajar secara otodidak ilmu yang digemari. Dan kesuksesanpun akan diraih. InsyaAllah. Percayalah.


Mahasiswa Diksatrasia Universitas Galuh. Santri Ponpes Arrahmaniyyah, Ciamis.

*Artikel pendek ini ditulis sebulan yang lalu, bisa jadi nggak up to date. Tapi semoga ada hikmah  yang bisa direguk. Termasuk meyakinkan diri atas pilihan jurusan yang sudah kadeng dipilih.