MAKALAH BIOLOGI : PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

Penyakit  Menular Seksual adalah penyakit yang menular yang paling umum.  Hampir separo dari orang Amerika yang ditulari PMS berusia dibawah umur 25 tahun. Banyak di antara remaja yang saat ini tengah menderita PMS tanpa menyadarinya.
Bebereapa jenis PMS akan merusak organ reproduksi dalam jika dibiarkan tidak diobati sekalipun tanpa menimbukan gejala seperti nyeri, gatal, atau keluarnya cairan. Walaupun menghadapi bahaya yang ditimbulkan oleh PMS, banyak orang yang merasa segan dan ragu-ragu membicarakan hal ini dengan pasangan seknya.
Akhir-akhir ini terdapat peningkatan dari kejadian PMS ditengah-tengah masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah semakin banyaknya remaja yang melakukan kegiatan seksual, kebanyakan tanpa mengenakan pelindung. (seks dengan kondom dianggap ‘seks terlindung’). Salah satu alasan lain adalah semakin meluasnya pemakaian pil antihamil. Pil antihamil adalah suatu cara pencegahan kehamilan yang cukup terandalkan-yakni bila diminum secara teratur, hampir dapat dijamin tidak akan terjadi kehamilan.
Akan tetapi pil tersebut tidak memberi perlindungan apa-apa terhadap PMS. Salah satu alasan lain peningkatan kejadian PMS ini adalah karena penyakit seperti infeksi chlamidia, ini sering tidak menimbulkan gejala apa-apa. Orang tang sudah tertular kuman ini tanpa sadar dapat menuralkanya kepada orang lain, dan seterusnya.


1.2.      Rumusan Masalah

1.      Apakah macam-macam PENYAKIT MENULAR SEKSUAL?
2.      Bagaimana cara mengobatinya?
3.      Apa penyebab PMS

1.3.      Tujuan

Mengtahui macam-macam penyakit menular seksual, mengetaui cara mengobati penyakit menular seksual, dan mengetahui bagaimana peran dari tenaga kesehatan dalam menanggulanginya.




BAB II
PEMBAHASAN

2. 1.    Pengertian PMS
          Sebuah penyakit menular seksual (PMS), juga dikenal sebagai infeksi menular seksual (IMS) atau penyakit kelamin (VD), adalah penyakit yang memiliki probabilitas signifikan penularan antar manusia atau hewan dengan cara perilaku seksual manusia, termasuk hubungan intim melalui vagina, oral seks, dan seks anal. Sementara di masa lalu, penyakit ini sebagian besar telah disebut sebagai PMS atau VD, dalam beberapa tahun terakhir istilah infeksi menular seksual (IMS) telah disukai, karena memiliki makna lebih luas, seseorang dapat terinfeksi'''' , dan berpotensi menulari orang lain, tanpa menunjukkan tanda-tanda''penyakit''. Beberapa PMS juga dapat ditularkan melalui penggunaan jarum suntik obat IV setelah digunakan oleh orang yang terinfeksi, serta melalui persalinan atau menyusui. Infeksi menular seksual telah dikenal selama ratusan tahun.
          Sampai tahun 1990-an, PMS yang umum dikenal sebagai penyakit kelamin'''':''Veneris''adalah bentuk genitif Latin dari nama Venus, dewi cinta Romawi. ''''Penyakit Sosial eufemisme lain.
          Penyakit ini memberi ancaman terhadap banyak remaja yang saat ini tengah menderita PMS tanpa menyadarinya dan terganggu oleh gejala-gejalanya,namun tidak mencurigai ke arah PMS.
          Beberapa jenis PMS akan merusak organ reproduksi dalam jika dibiarkan tidak diobati sekalipun akan menimbulkan gejala seperti nyeri,gatal atau keluanya cairan.Akhir-akhir ini terdapat peningkatan dan kejadian PMS di tengah masyarakat, penyebabnya adalah semakin banyak remaja melakukan kegiatan seksual tanpa memakai pelindung ( kondom ), semakin meluasnya pengunaan pil anti hamil.



2. 2.    Gejala PMS



2. 3.    Peran Tenaga Kesehatan
          Beberapa kasus penyakit, baik penyakit yang baru maupun penyakit lama mengalami perubahan gejala, sehingga memerlukan metode yang lebih baik pada sistim pelayanan kesehatan. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah dan hasilnya banyak mengalami hambatan, karena belum berhasilnya promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Faktor yang mempengaruhi pelayanan adalah faktor tenaga kesehatan yaitu orang yang mengabdikan di bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan pelatihan khusus seperti, tenaga pemasang alat kontrasepsi Keluarga Berencana, pemeriksaan penyakit menular seksual dan keahlian khusus lainnya. Hal inilah yang membedakan tenaga bidang kesehatan dengan tenaga lainnya, sehingga para tenaga bidang kesehatan ini harus mempunyai pendidikan dan keahlian  melakukan pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia serta lingkungannya.
          Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan sekaligus pelaksana pembangunan kesehatan, sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam jumlah dan jenis yang sesuai, maka akan mempengaruhi pembangunan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Pemerintah memiliki kewajiban untuk mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau masyarakatnya. Masyarakat dari semua lapisan memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
          Tentunya aparatur kesehatan (dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya) tidak bisa bekerja sendirian untuk masalah PSM. Sebaiknya melakukan sosialisai PSM melibatkan tenaga pendidik dan kependidikan, siswa, dan lembaga pendidikan lainnya secara berantai
          Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap kesehatan reproduksi remaja.  Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan masalah yang kontroversial di banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan advokasi dan mendorong munculnya kesadaran akan masalah ini menjadi lebih penting. Upaya-upaya advokasi dapat difokuskan pada membuat perubahan di tingkat lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake holder yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi para remaja. Individu dan organisasi diposisikan dengan baik untuk membentuk persepsi publik dan program dapat dipusatkan dalam memperkuat dukungan untuk pendanaan dan pelaksanaan program yang relevan sehingga meningkatkan kemungkinan suksesnya program.
          Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah untuk remaja) merupakan salah satu yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara yang akan mengenali bahwa tantangan, kesulitan dan hambatan yang dihadapi remaja sangat berbeda dengan orang dewasa. Pendekatan ini mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik, termasuk bidan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus remaja secara biologis, psikologis dan kebutuhan kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadpa privasi remaja dan kerahasiaan remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi yang nyaman, pelayanan dengan harga yang masuk akal dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi populasi remaja, termasuk kelompok remaja pria dan wanita yang sudah menikah. Untuk membuat pelayanan menjadi ramah dan nyaman, bidan harus mempertimbangkan masukan-masukan para remaja terhadap komponen-komponen klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang tunggu. Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja biasa berkumpul untuk belajar, bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus dipastikan. Sikap-sikap menghakimi dan kadang-kadang bahkan kekerasan di pihak pemberi layanan dapat menciptakan hambatan kritis dan bertahan lama terhadap pelayanan kesehatan reproduksi. Bidan yang bersikap menghakimi dapat menghambat pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja.
          Secara umum dalam penanggulangan masalah remaja, peran bidan adalah sebagai fasilitator dan konselor yang bisa dijadikan tempat untuk mencari jawaban daari suatu permasalahan yang dihadapai oleh remaja, bidan harus memiliki pengetahuan dan wawassan yang cukup.
          Contoh peran yang bisa dilakukan adalah :
-       Mendengarkan keluhan remaja yang bermasalah, dengan tetap menjag kerahasiaan kliennya
-     Membangun komunikasi dengan remaja
-     Ikut serta dalam kelompok remaja
-     Melakukan penyuluhan-penyuluhan pada remaja berkaitan dengan kespro
-     Memberikan informasi-informasi yang selengkap-lengkapnya pada remaja sesuai dengan kebutuhannya
          Melibatkan wanita dalam mengambil keputusan
          Kenyataan di tengah-tengah masyarakat seperti perilaku diskriminatf terhadap perempuan. Masalah gender menjadi suatu permasalahan yang tidak pernah tuntas dibahas sehingga pada akhirnya wanita tidak mempunyai hak untuk mengambil keputusan terbaik yang berhubungan dengan dirinya.
          Gender adalah pandangan  masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab, antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi (kebiasaan sosial yang tumbuh dan disepakati dalam masyarakat) sehingga dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Bentuk-bentuk perilaku diskkriminatif terhadap perempuan :
-              Di nomor duakan dalam segala aspek kehidupan, yaitu pemberian makanan bergizi sehari-hari, kesempatan untuk pendidikan, kerja dan kedudukan
-              Keterbatasan dalam pengambilan keputusan yaitu untuk berKB, pemilihan bidan untuk persalinan, pertolongans egera di RS
-              Terpaksa menikah di usia muda, tekanan ekonomi, dorongan orang tua agar lepas dari beban keluarga
-              Tingkat pendidikan yang belum merata dan masih rendah yaitu informasi tentang kespro sangat terbatas
          Melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan karena banyak ditemui permasalahan-permasalahan, oleh karena itu dalam pengambilan keputusan dan tindakan, wanita yang bersangkutan diikutsertakan, karena wanita memiliki wewenang untuk memberikan informasi kesehatan serta gambaran tindakan yang akan dilakukan.
Cara melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan :
-         Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang permasalahan yang sesuai kebutuhan
-         Memberikan pandangan-pandangan tentang akibat dari keputusan apapun yang akan diambilnya
-         Meyakinkan ibu untuk bertanggunggjawab terhadap keputuasan yang akan diambilnya
-         Pastikan bahwa keputusan yang diambil ibu adalah yang terbaik
-         Memberi dukungan pada ibu atas keputusan yang diambilnya