BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Spesialisasi merupakan konsep dimana satu individu hanya melakukan spesialisasi dengan salah satu produk saja. Dari masa kemasa konsep speialisasi tidak pernah ditinggalkan, dan terus berkembang sampai saat ini. Hal ini terjadi karena masih relevannya konsep spesialisasi ini untuk memenuhi kebutuhan berbagai individu yang ada dalam perekonomian diduania ini.
Tulisan ini mencoba untuk melihat perspektif dari spesialisasi berdasarkan urutan waktu dari terbentuknya spesialisasi sampai dengan sekarang. Untuk melihat rasinalitas spesialisasi dalam perubahannya dari masa ke masa sesuai dengan tumbuhnya system perekonomian dalam sejarah ekonomi
Pemikiran ekonomi lahir dari pemikiran kaum klasik yang terpusat pada system pasar bebas. System ini menyarankan penghapusan dari peran pemerintah dari kegiatan ekonomi. Menurut kaum klasik penghapusan peran ini membuat perekonomian akan berjalan sesuai dengan sempurna. Ukuran dari kaum klasik adalah kemakmuran dari setiap individu dalam suatu Negara, yang mensyaratkan terpenuhinya kebutuhan dari setiap individu. Ukuran tersebut sangat kontras dengan merkantilisme yang ukuran dari kesejahteraan berpusat pada banyaknya logam mulia yang diperoleh dari ystem perdagangannya. Ajaran klasik diawali dari pemikiran adam smith yang lahir pada masa abad pencerahan, jadi tidak mengherankan jika pemikirannya banyak terpengaruh terhadap pemikiran newton tentang teori gravitasi yang dapat mengatur tata surya tanpa campur tangan pihak manapun.
Untuk mendukung teori pasar adam smith menciptakan system pasar yang lazim sampai saat ini kita sebut dengan pasar persaingan sempurna yang harus bebas dari tanpa campur tangan pemerintah, jika kita lihat hal ini sangat identik dengan teori newton tentang tatasurya. Ini merupakan sebuah argument yang sangat kuat untuk menghilangkan campur tangan dari pemerintah. Karena peran pemerintah hanya akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam pasar yang pada akhirnya distribusi pendapatan dalam masyarakat tidak merata. Sebenarnya teori klasik muncul sebagai respon gagalnya system merkantilisme yang berpusat pada perdagangan. Otomatis dengan merkatilisme, maka yang paling diuntungkan adalah pihak pedagang dan pihak dari pemerintah. Dan hal itu menyebabkan kesenjangan social antara pedagang dan petani(produsen) dan keberpihakan pemerintah hanya untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan yang dilakukan oleh Negara tersebut. Oleh sebab itu peran pemerintah merupakan momok yang menakutkan bagi kaum klasik, karena sedikit banyak aliran klasik ini juga menggunakan analisis historis dalam melandaskan teori pasar bebas.
B. Rumusan Masalah
Adanya kesenjangan tentang pandangan adam smith terhadap pasar bebas dan dengan para tokoh ahli yang lainnya.
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana pandangan adam smith terhadap pasar bebas. Dan juga untuk lebih memperdalam ilmu pengetahuan bagi penulis makalah dan juga untuk memberi suatu kajian ilmu ekonomi yang belum di ketahui oleh para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pasar Bebas dan Pandangan Adam Smith
Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana seluruh keputusan ekonomi dan aksi oleh individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah sukarela, dan oleh karena itu tanpa maling. Ekonomi pasar bebas adalah ekonomi di mana pasar ysteme bebas. Pasar bebas diadvokasikan oleh pengusul ekonomi liberalisme.
Kemudian adam smith menitik beratkan kekuatan pasar bebas dalam spesialisasi produksi. Dengan spesialisasi produksi maka akan tercipta efisiensi dalam pasar. Spesialisasi yang dianut kaum klasik lebih condong dengan factor produksi lebih ke tenaga kerja. Sebenarnya spesialisasi ini yang akan membuat adanya distribusi yang sempurna dalam perekonomian yang sering disebut dengan nama invisible hand. Tanpa konsep ini system pasar tidak akan berjalan dengan baik. Konsep ini juga yang membuat berkembangnya pasar tumbuh seperti mahluk hidup yang dapat mencari nutrisi sendiri untuk kelangsungan hidupnya, nutrisi yang dimaksud adalah adalah inovasi dan efisiensi. Inovasi sangat erat kaitannya dengan kebutuhan konsumen akan barang dan jasa dan efisiensi adalah suatu keharusan yang harus dilakukan oleh produsen dalam pasar persaingan sempurna. Dengan kedua hal ini maka distribusi kebutuhan maupun pedapatan akan merata dan tingkat hidup dalam masyarakat akan meningkat. Oleh sebab itu dalam pasar pesaingan sempurna peran pemerintah hanya sebagai pengawas maupun regulator jika pemerintah turut campur dalam pasar maka akan terjadi disekulibrium dalam pasar dan pada akhirnya inovasi maupun efisiensi tidak akan tercapai. Mungkin inilah yang membuat para pemikir ekonomi sampai saat sekarang masih terpesona dan masih percaya tentang ekonomi pasar bebas dan masih mempercayai bahwa spesialisasi adalah distributor kesejahteraan yang paling utama dalam asar bebas. Oleh sebab itu sampai sekarangpun masih banyak teori yang berlandaskan pada prinsip spesialisasi.
B. Perbedaan Pandangan Smith Dengan dengan para ahli yang lain
Kemudian muncullah teori say yang lebih dikenal dengan hukum say’s yang berbunyi penawaran akan dengan sendirinya akan menciptakan permintaan. Teori ini jelas memperkuat system ekonomi pasar dan penjabaran say atas teorinya lebih mendalam tentang penekanan aspek penawaran dalam pasar. Hal ini yang membuat system persaingan sempurna semakin logis untuk diterapkan Dalam hukum ini jelas kebijakan ekonomi akan lebih condong terhadap aspek penawaran, tetapi hal ini tidak hanya berpengaruh terhadap aspek penawaran saja. Sisi permintaan dari pasar pun akan bertambah saat terjadi kenaikan hasil produksi, karena dengan sisi penawaran yang bertambah akan menambah kesempatan kerja bagi masyarakat. Hukum say ini masih dalam konteks pemikiran adam smith yang meletakkan perdagangan bebas sebagai kekuatan utama dan sisi produksilah yang menjadi malaikat penolong dari pasar bebas. Adam smith sendiri lebih memperhatikan sisi penawaran hal itu dapat dilihat dari teori spesialisasi yang ditawarkan oleh adam smith tetapi pembahasannya tidak semendalam say. Kewirausahaan adalah konsep yang ditawarkan oleh say dalam memperkuat penawaran dalam pasar. Kewirausahaan ini yang menjadi kekuatan utama dalam persaingan sempurna, karena dengan kewirausahaan efisiensi dari pasar tercipta. Tapi tetap saja pandangan dari kaum klsaik dengan adanya konsep kewirausahaau tersebut tidak barubah dan konsep itu hanya dijadikan simbol dari kesenjangan kelas yang ada dari sistem liberal.
Kemudian kita masuk dengan pandangan Malthus dengan teori pertambahan penduduknya, ”penduduk tumbuh berdasarkan dengan deret ukur tapi pertambahan bahan pangan tumbuh berdasarkan deret hitung”. Dengan pandangan ini terjadi kekhawatiran tentang hancurnya system pasar bebas yang di kemukakan oleh adam smith yang disebabkan oleh pertambahan penduduk. Malthus sangat percaya dengan system liberal yang ada dapat membuat pelaku-pelaku ekonomi didalamnya dapat mencapai kemakmuran. Tetapi ini sangat kontras dengan pandangannya tentang pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan menyebabkan kehancuaran. Hal ini merupakan ancaman yang sangat besar untuk system pasar bebas yang menumpukan kekuatannya pada spesialisasi. Dan teori ini sangat kelihatan bertentangan dengan tumpuan kekuatan spesialaisasi pada tenaga kerja(penduduk) untuk dapat menjalankan pasar. Maka sevcara tiba-tiba teori liberalisme yang selalu berpandangan optimis bagi kesejahteraan diubah menjadi ilmu yang suram untuk kesejahteraan. Hal ini yang menyebabkan meningkatnya ketidakpercayaan lagi terhadap spesialisasi yang salah satu unsurnya adalah banyaknya tenaga kerja yang tersedia(jumlah penduduk). Sebenarnya teori ini landasannya rapuh. Dikarenakan walaupun dia menggunakan data-data pertambahan penduduk pada bebrapa Negara yang dari data tersebut menggambarkan pertambahan penduduk seperti loncatan kuantum dan pertambahan bahan pangan hanya tumbuh secara linier, hal ini yang menyebabkan kekhawatiran Malthus terjadi kesenjangan penduduk dan bahan pangan. Tetapi Malthus belum memasukkan unsur yang pada saat itu belum terpikirkan oleh ahli-ahli ekonomi pada masa-masa sebelumnya juga seperti perkembangan tekhnologi, budaya dan lain-lain. Meskipun demikian sampai sekarang teori Malthus masih menjadi momok yang membuat berhati-hatinya beberapa Negara terhadap pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tapi apakah hal ini akan benar-benar terjadi dalam kehidupan manusia? Hal ini merupakan misteri sampai sekarang ini.
Mill merupakan salah satu penyelamat dalam mengangkat kembali keoptimisan system pasar bebas. Dengan system utilitas yang ditawarkan dalam mengukur tingkat kepuasan. Sebenanya konsep utilitas sudah ada dari Jeremy bentham yang percaya bahwa kebahagiaan adalah hal yang terpenting dalam setiap individu, sehingga setiap individu akan selalu mencari kebahagiaan dalam hidupnya dan menghindari penderitaan. Ini sangat identik dengan kesenangan duniawi yang dicari setiap individu (hedonisme). Paham ini yang sangat mempengaruhi pemikiran mill sampai dia dapat mengangkat utilitarianisme menjadi tidak lagi berpusat pada individualitas. Tetapi dia mengakatnya menjadi suatu kebahagiaan yang dapat diterima secara moral sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Hal ini sangat identik dengan konsep pasar yang ditawarkan oleh adam smith. Konsep utilitas ini yang sangat berharga penentuan konsep spesialisasi dalam system pasar yang ditawarkan sejak adam smith. Tetapi teori ini juga membuat aspek subtantif dari ekonomi itu sendiri mengalami penurunan, dimana konsep ini akan berimpliklasi dalam perhitungan kepuasan individu yang hanya akan menyebabkan keoptimisan semu dari kepuasan tersebut. Disamping itu analisis ekonomi juga semakin rapuh saat perhitungannya hanya menggunakan perspektif dari analisis matematis saja.
Kemudian salah satu tokoh klasik yang terkenal adalah david Ricardo, yang mungkin sangat kita kenal dengan teori keungulan komparatifnya dan juga seorang ekonom yang sangat kaya sesudah keynes. Teori david Ricardo ini adalah penyempurnaan dari teori keunggulan absolute yang ditawarkan oleh adam smith. Yang membedakan dengan teori yang ditawarkan oleh adam smith adalah jika adam smith perdagangan hanya dapat dilakukan jika setiap Negara sudah mempunyai spesialisasi mereka sendiri, sehingga menurut smith perdagangan tidak bisa terjadi bila hanya salah satu Negara saja yang mempunyai keunggulan absolut sehingga tidak dimungkinkan terjadinya pertukaran dengan egara yang tidak mempunyai keunggulan absolute. Tetapi david Ricardo menyempurnakannya dia melakukan perhitungan matematis, sehingga dengan pada satu kesimpulan bahwa perdagangan dapat dilakukan tanpa setiap Negara mempunyai keunggulan absolute, tetapi melalui rekayasa pembuatan spesialisasi dalam setiap Negara, sehingga dimungkinkan terjadinya perdagangan tanpa adanya keungulan mutlak dari setiap Negara. Hal ini merupakan wajah baru dari spesialisasi yang menutup teori speislisasi dalam aliran klasik. Tetapi dalam teori ini sebenarnya terdapat berbagai penyimpangan berupa eksploitasi dari Negara yang mempunyai kekuasan yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Sekarang ini juga banyak terjadi hal yang demikian atas barang elektronik dari salah satu Negara maju dengan hasil pertanian dari negara berkembang. Tetapi hal ini menjadi penjajahan gaya baru dalam suatu dunia. Telah kita ketahui bagaimana jika terdapat perbedaan antara nilai dari barang antara elektronik, maupun barang pertanian yang perbedaannya sangat tajam. Tidak dipungkiri lagi dengan perbedaan yang tajam itu menjadi penyebab bagaimana suatumaju dapat memperoleh pendapatan daripada negara berkembang yang haya mengandalkan sektor pertaniaannya dalam memperoleh pendapatannya. Sekarang pertanyaan yang timbul adalah benarkah konsep perdagangan bebas yang ditawarkan klasik akan dapat membuahkan kemakmuaran yang selama ini menjadi tolak ukur dari klasik? Sedangkan perbedaan yang tajam antara negara maju dan negara berkembang sangat besar dalam dominasinya di perekonomian dunia.
Marx adalah penentang abadi dari kaum klasik, dia berbeda pendapat dengan argument bahwa liberal adalah jalan untuk mencapai kemakmuran dalam sebuah Negara. Dalam perkembangannya marx menemukan titik dimana sebenarnya telah banyak terjadi penyelewengan nilai-nilai dari kemakmuran yang selalu dibanggakan dari system liberal itu sendiri yang sering disebut dengan self sustainable, dari hal tersebut marx mengamati bahwa sebenarnya ekonomi liberalis itu bersifat self destructive. Banyak hal yang melatarbelakangi berbagai argumentasi yang dibuat oleh marx untuk melawan berbagai penyimpangan dari pelaksanaan liberalism itu sendiri. Memang benar kaum liberalis selalu membanggakan semua hal tentang keberhasilan semu yang diperoleh dari system bebas tersebut seperti halnya pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan keunggulan dari liberalism itu tersebut. Tetapi marx memandang bahwa semua pencapaian kemapaman ekonomi yang diperoleh system ini harus dibayar dengan kerugian social yang sangat besar. Seperti halnya eksploitasi tenaga kerja yang dilakukan oleh kaum capital yang lahir dari system liberalism dan hal itu tercermin dalam teori upah baja yang diciptakan oleh david Ricardo. Bagaimana system pengupahan ini adalah cerminan dari penindasan kaum kapitalis terhadap buruh yang bekerja dalam sector tersebut. Ini merupakan pukulan yang telak untuk spesialisasi, yang merupakan urat nadi berjalannya ekonomi liberal. Spesialisasi menjadi tidak terpercaya lagi saat dia tidak dapat mendistribusikan berbagai sumberdaya yang ada dalam pasar. Dengan munculnya teori marx ini maka membuat banyak orang menyadari bahwa spesialisasi dan invisible hands yang ditawarkan dari system pasar bebas bukanlah tuhan dari perekonomian. Tetapi system ini mempunyai dua sisi mata pedang yang satu mempunyai wajah sebagai malaikat, sedangkan mata pedang yang satunya seperti malaikat pencabut nyawa yang mempunyai wajah yang bengis terhadap kaum buruh yang menjadi rantai penggerak dalam system liberalis. Banyak juga penyelewengan yang dilakukan dari segi politik pemerintahan, hal ini gara-gara peran capital yang dominan dalam perekonomian, sehingga perkonomian seolah terpusat pada kaum yang mempunyai modasl daripada kaum buruh. Sehingga untuk mendapat keuntungan dari kaum kapitalis, sehingga terjasi perburuan rente dalam pemerintahan dengan cara membuat kebijakan-kebijakan yang hanya menguntungkan pemilik modal, tanpa memperdulikan kaum buruh. Hal ini merupakan hal yang sangat ironis dalam system liberal yang menolak pada campur tangan pemerintah, tetapi pada akhirnya terjadi perselingkuhan didalamnya antara pemerintah dan buah dari system kapitalisme. Tetapi sebernarnya jika kita melihat lebih dalam pada teori marx, sebenarya ada hal yang sangat kontradiktif yaitu tentang penciptaan spesialisasi akibat terpusatnya perekonomian pada pemerintah pusat. Jelas hal ini terlihat jika pusat perekonomian dipegang pemerintah, maka pemerintah akan menentukan dan menetapkan produk apa saja yang harus di roduksi oleh setiap agen ekonomi. Dan hal ini merupakan salah satu dari jenis spesialisasi, sehingga dapat kita lihat bahwa spesialisasi tetap melekat pada berbagai system ekonomi.
C. Menyikapi Perbedaan Pendapat Para Ahli
Sebagai mahasiswa ilmu ekonomi tentu kita sudah tidak asing lagi dengan istilah-istilah seperti marginal utilitas, total utilitas, budget line dan berbagai istilah pengukuran ekonomi. Istilah-istilah tersebut banyak kita temui dalam mikro ekonomi, yang nota bene mempelajari perspektifekonomi dari satu sudut pandang agen ekonomi. Sehingga agen tersebut dapat menetapkan jumlah produksi maupun jumlah pengeluaran dalam perusahaan. Hal ini sangat membantu dalam perhitungan yang akurat tentang keuntungan minimum yang harus diperoleh perusahaan, dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan agar memperoleh keuntungan yang maksimal. Jelas hal ini akan berimplikasi dalam penetapan spesialisasi produk dalam setiap perusahaan. Sangat menarik disini jika kita lihat bagaimana kembali menguatnya konsep spesialisasi ini setelah neoklasik setelah serangan besar dari tori marx. Dapat dilihat juga bagaimana kaum neoklasik menyikapi dengan melakukan pengembangan terhadap teori dasar dalam toei klasik, yaitu konsep spesialisasi. Mereka mengarahkan konsep spesialisasi dalam perhitungan matematisyang logis, sehingga kelemahan dalam spesialisasi dalam kerugian social tidak terlihat lagi. Dan hal inilah yang berbahaya dalam ilmu ekonomi, karena kerugian social disamarkan dengan perhitungan matematis yang logis
Keynes adalah salah satu ekonom yang berpengaruh sampai saat ini. Hal ini akibat peran yang besar dari Keynes dari pelibatan peran pemerintah dari depresi ekonomi besar pada tahun 1930an, akibat dari penerapan system pasar bebas. Keynes berhasil mengatasi krisis tersebut dengan measukkan eran pemerintah dalam perekonomian. Peran pemerintah disini bukan hanya sebagai penyelemat dalam krisis ekonomi, tetapi lebih ditekankan kepada tindakan yang berkesinambungan terhadap kestabilan ekonomi. Hal ini berbeda dengan peran pemerintah yang ditawarkan oleh kaum neoklasik yang hanya diperlukan saat terjadi krisis dalam perekonomian. Tidak memungkiri bahwa Keynes memanfaatkan celah teori yang telah tercipta antara teori marx dan klasik tentang peran pemerintah. Implikasi dari teori Keynes ini pada spesialisasi adalah peran pemerintah yang semakin besar dalam penentuan spesialisasi yang ada dalam pasar. Dan dalam analisisnya Keynes tidak setuju dengan pengutamaan dari sisi penawaran, seperti yang diajukan oleh kaum klasik selam ini. Dia lebih mengutamakan dari sisi permintaannya, sehingga dapat kita lihat kontradiktif yang sangat jelas antara klasik dan Keynes dalam penetapan teorinya.
Veblen mengukapkan teori-teori klasik dan neoklasik mempunyai arti tersendiri, yang mengabaikan peran nonekonomi seperti kelembagaan dan lingkungan. Padahal pengaruh dari luar sangat mempengaruhi perilaku masyarakat. Adapun perilaku masyarakat bisa berubah disesuaikan dengan lingkungan dan keadaan. Keadaan dan lingkungan itu yang disebut “institusi”. Institusi yang terkait dengan nilai, norma, kebiasaan, budaya, semuanya tercemin dalam kegiatan ekonomi. Dalam teori ekonomi Liberal Klasik dan Neoklasik, orang bertindak rasional dalam mengonsumsi. Dengan sejumlah uang yang dimiliki, konsumen akan berusaha memilih alternatif yang dapat memberi kepuasan yang sebesar-besarnya. Perilaku yang tidak wajar ini disebut conspicuous consumption. Perubahan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi ini, dijelaskan di buku The Theory of Leisure Class. Buku tersebut menjelaskan masyarakat yang materialistis, yang menganggap uang adalah segala-galanya. Jika uang sudah terkumpul banyak, mereka akan pamer untuk menunjukan kekayaan dan keberhasilan. Mereka senang dalam mengonsumsi barang-barang mewah dan cara lain untuk menunjukan keberhasilan dengan menghabiskan banyak waktu mereka untuk bersenang-senang. Perilaku ini paling tampak pada golongan orang kaya baru. Veblen mengkritik pikiran utama teori ekonomi Neoklasik, terutama hukum permintaan Marshall yang mengatakan konsumsi lebih ditentukan oleh harga. Makin rendah harga makin banyak orang yang mengonsumsi. Padahal,dalam kenyataan ada sekelompok yanh tidak rasional, yang justru lebih tertarik membeli suatu barang yang mahal. Veblen pun juga menentang asumsi kaum Marginalis tentang kecenderungan ekonomi pada keseimbangan. Veblen mengukapkan keseimbangan itu tidak ada, sebab perekonomian itu selalu berubah. Disini adanya moral hazard,terjadi penyelewengan sosial. Dimana spesialisasi tidak menimbulkan efisiensi dari harga barang dan jasa, tetapi menyebabkan perilaku yang tidak biasa dari individu yang ada dimasyarakat yang pola konsumsinya tidak sejalan dengan hokum permintaan. Tetapi lebih digerakkan oleh merek barang tersebut yang menimbulkan prestise tersendiri dan jelas hal itu adalah pengaruh buruk dari adanya spesialisasi.
D. Bagaimana Perdagangan bebas di Indonesia
Indonesia tengah berusaha meningkatkan kinerja produksi dalam negeri, khususnya meningkatkan kemandirian usaha melalui berbagai kebijakan ekonomi (kredit usaha kecil, PNPM mandiri, kredit Usaha Tani, dan berbagai subsidi pemerintah untuk menumbuhkan ketahanan ekonomi dalam negeri). Upaya tersebut di atas ditujukan untuk melahirkan efisiensi ekonomi dalam negeri, sehingga pengusaha lokal mampu meningkatkan skala ekonomi yang pada akhirnya mampu menyediakan hasil produksi yang dapat diterima masyarakat pada tingkat harga terjangkau (murah).
Upaya di atas didukung pula oleh aksi anti korupsi yang diarahkan untuk mengurangi ekonomi biaya tinggi. Ketika berbagai pungutan liar, serta penyalahgunaan kewenangan anggaran, dan berbagai penggelembungan anggaran telah terkurangi, bahkan dihilangkan, maka efisiensi produksi nasional relatif akan tercapai.
Berbagai usaha di atas tengah dilakukan, efisiensi ekonomi masih merupakan tujuan, hal ini mengandung arti bahwa harga barang dan jasa yang diproduksi perusahaan dalam negeri baik kecil, menengah, maupun besar relatif masih mahal, jika proses produksi menggunakan bahan baku impor maka tentu harga komoditas tersebut semakin mahal, sebab kurs dollar terhadap rupiah masih tinggi.
Kondisi di atas mencerminkan bahwa Indonesia sesungguhnya belum siap melakukan perdagangan bebas dengan negara lain, apalagi dengan negara yang telah mencapai efisiensi ekonomi. Jika kita tetap melakukannya maka produsen dalam negeri akan kehilangan konsumen faktual dan konsumen potensialnya, sebab mereka akan beralih kepada komoditas impor yang lebih murah.
Menyikapi perdagangan bebas ASEAN-China, khususnya Indonesia-China, sesungguhnya merupakan perdagangan bebas yang tidak adil. Kita mengenal sistem ekonomi China belum bisa dikatakan keluar sepenuhnya dari sistem ekonomi terpimpin (Command economic System), berarti komoditas yang dihasilkan China merupakan komoditas nasional, meskipun dihasilkan oleh produsen swasta dapatkah kita menjamin hilangnya keterlibatan Pemerintah China dalam proses produksi (hilangnya subsidi pemerintah, serta bantuan pemerintah lainnya terhadap pengusaha). Pada kondisi seperti ini sesungguhnya produsen swasta Indonesia tengah bersaing dengan negara China sebagai produsen, akan mampukah produsen Indonesia bersaing dengannya ?. Kesulitan bersaing produsen swasta Indonesia dengan produk China terletak pada tingkat efisiensi yang dicapai oleh masing-masing produsen. Tingkat efisiensi produksi produsen swasta Indonesia tentu kalah oleh tingkat efisiensi produksi China, sebab berbagai unsur pendukung tercapainya efisiensi di China sepenuhnya merupakan kebijakan Pemerintah China, sebab negaranya merupakan produsen, dan tingkat ekonomi biaya tinggi di negara China relatif sangat rendah.
Sumbang saran kami untuk mengurangi dampak negatif perdagangan bebas Indonesia-China terhadap Produsen Indonesia adalah :
a. Mempercepat proses pencapaian efisiensi ekonomi melalui pengembangan sarana dan prasarana pasar komoditas lokal (Pengembangan sarana pasar tradisional, menjadi saran pasar tradisional modern).
b. Pengembangan komoditas yang berbasis bahan baku lokal.
c. Meniadakan praktik ekonomi biaya tinggi yang bersumber dari berbagai pungutan liar yang berkenaan dengan perizinan serta faktor-faktor administratif lainnya, korupsi, pembengkakan anggaran (mark up), dan praktir kotor lain yang berkenaan langsung dengan meningkatnya biaya produksi.
d. Menutup impor barang dan jasa yang telah diproduksi di Dalam Negeri.
e. Memperluas jaringan kerjasama usaha di dalam negeri, sehingga produsen dalam negeri memperoleh kemudahan dalam penyediaan bahan baku, sumber dana, serta kemudahan melakukan promosi pada berbagai media massa.
f. Meningkatkan subsidi pemerintah khususnya untuk barang yang diproduksi swasta namun berkaitan dengan hajat hidup rakyat (misalnya komoditas minyak dan gas alam beserta distribusinya, komoditas pangan terutama beras, komoditas pakaian dan derivasinya, jasa komunikasi dan transfortasi, air minum, air bersih, listrik dan komoditas publik lainnya), hal ini dilakukan agar dicapai efisiensi lebih cepat. (ingat kewajiban yang diemban negara dari UUD-45, pasal 33).
Perdagangan bebas antar negara yang memiliki tingkat efisiesi yang seimbang memang menguntungkan, khususnya bagi pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap produk yang tidak diproduksi di dalam negeri, namun jika perdagangan bebas dilakukan antara negara yang telah memperoleh efisiensi karena sistem ekonomi dan keterlibatan negara sangat mendukung dengan negara berkembang yang belum mencapai tingkat efisiensi dalam perekonomiannya, maka yang terjadi adalah ketidak adilan. Jika perdagangan bebas memperdagangkan barang yang telah di produksi di dalam negeri negara yang tidak efisien, maka perdagangan bebas merupakan penghancuran produsen dalam negeri.
Pergaulan ekonomi dunia bukan ajang pemelaratan manusia, namun alat untuk mensejahterakan manusia, jika ternyata perdagangan bebas melahirkan kesengsaraan rakyat Indonesia, sebaiknya Indonesia menunda perdangan bebas sampai dicapai tingkat efisiensi ekonomi nasional dan siap bersaing.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana seluruh keputusan ekonomi dan aksi oleh individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah sukarela, dan oleh karena itu tanpa maling.
Spesialisasi merupakan urat nadi dalam sistem perekonomian bebas, dimana menurut kaum klasik peran swasta sangat dominan sampai saat ini. Spesialisasi sendiri mengalami evolusi dari masa kemasa seperti yang kita lihat dalam berbagai konsep klasik, teori marx sampai kelembagaan. Sebenarnya berbagai konsep ekonomi yang ditawarkan tidak pernah meninggalkan konsep spesialisasi. Bahkan di teori marx yang menentang teori klasikpun sebenarnya tidak pernah melepaskan spesialisasi dalam teorinya. Hal ini dikarenakan sebenarnya kebutuhan dari manusia tidak bisa dipenuhi hanya dengan usaha per individu saja. Sangat diperlukan spesialisasi dalam pemenuhan kebutuhannya. Walaupun berbeda dalam system ekonomi yang dipakai, tetapi konsep spesialisasi sebenarnya tetap ada. Perbedaannya hanya terletak pada pendekatan yang dipakai. Oleh sebab itu spesialisasi masih terus berkembang dan ada dalam berbagai Negara yang menganut sisten liberal maupun system sosialis. Banyak kelebihan dari adanya speialisasi dalam system ekonomi, antara lain tesedianya berbagai kebutuhan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan individu, terjadinya efisiensi dalam produksi dan lain sebagainya. Disamping kelebihan dalam spesialisasi juga terdapat beberapa kelemahan antara lain perilaku konsumsi individu yang dipengaruhi oleh prestise dan hal itu menybabkan moral hazard dalam penentuan harga pada efisiensi yang pola harganya seharusnya semakin menurun, tetapi kenyataannya malah harganya semakin meningkat berdasarkan branded.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Erani Yustika. 2009. Ekonomi Politik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar