BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wartawan adalah orang-orang yang pekerjaannya mencari berita. Berita-berita yang dicari dan ditulis oleh wartawan selanjutnya dikirmkan ke meja redaksi media atau pers untuk dipublikasikan.
Kegiatan mencari berita, mengolah berita, menulis berita dan menyusun berita tersebut akhirnya menjelma atau menjadi sebuah profesi. Nah. Jadi orang yang menjalankan profesi itulah yang disebut sebagai "wartawan"
Journalism atau jurnalisme tersebut mengandung beberapa unsur diantaranya adalah pemberitaan yaitu segala sesuatu yang erat kaitannya dengan cara memperoleh bahan berita yang faktual dari suatu kejadian aktual dan dituangkan dalam bentuk tulisan.
Wartawan olahraga mengolah sebagian besar informasinya dari hasil pengamatan langsung serta menggunakan sumber-sumber berita lain, misalnya peserta pertandingan, ofisial olahraga, pejabat-pejabat humas, catatan-catatan resmi, sumber-sumber latar belakang, dan bahkan penonton
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Wartawan Olahraga
Jurnalistik olahraga tidak pernah terlepas dari kegiatan menulis berita olahraga dalam surat kabar atau laporan seputar olahraga yang dibuat oleh media televisi. Olahraga merupakan sebuah bahan yang memiliki celah untuk dibuat tulisan dan liputan jurnalistiknya (www.anneahira.com/jurnalistik-olahraga.htm diakses Rabu 26 Oktober 2011).
Hampir setiap surat kabar mempunyai halaman olahraga. Sekarang bahkan pertandingan-pertandingan olahraga sepak bola dapat dipastikan mendapatkan tempat khusus di semua media massa (Kusumaningrat, 2005:207).
Wartawan sering dalam pemberitaannya memberikan tekanan konten berita olahraga di berbagai platform media, dari koran, televisi dan internet. Institusi media di mana para wartawan berita olahraga bekerja sangat penting karena semakin besar institusi media itu beroperasi maka institusi tersebut memainkan peran kunci dalam membentuk skala dan ruang lingkup jurnalisme yang muncul di cetak, di televisi atau di web (Boyle, 2010:1)
Wartawan olahraga mengolah sebagian besar informasinya dari hasil pengamatan langsung serta menggunakan sumber-sumber berita lain, misalnya peserta pertandingan, ofisial olahraga, pejabat-pejabat humas, catatan-catatan resmi, sumber-sumber latar belakang, dan bahkan penonton (Kusumaningrat, 2005:209)
Wartawan olahraga memiliki ruang gerak yang luas dibandingkan dengan kebanyakan wartawan lain untuk menerapkan teknik-teknik reportase interpretatif dan kritis, semacam argumentasi. Ia harus mengetahui bagaimana caranya mengisi boks hasil-hasil pertandingan (skor) atau data statistik yang biasanya disajikan oleh surat kabar dalam meliput pertandingan (Kusumaningrat, 2005:211).
2.2. Tugas Wartawan Olahraga
Wartawan adalah orang yang bertugas mencari berita, tentunya setiap category yang ada dalam organisasi sigma, ini, saling berhubungan satu sama lainnya, seperti hubungan antara writer dengan editor, maka reporter juga erat hubungannya dengan editor.
Tugas wartawan memang setelah mencari berita, juga harus menulis berita tersebut. Bedanya dengan writer dalam struktus sigma, writer di sini berperan secara umum, menulis berita, menulis buku, juga menulis cerita. Sedangkan reporter di khususkan hanya untuk menulis berita yang ia liput. Kalau writer mempelajari seputar karya tulis secara umum, maka reporter mempelajari seputar pembuatan berita. Reporter harus menguasai bahasan pembuatan berita secara mendetail. Biasanya yang reporter lakukan di awali dengan mendeskripsikan apa yang di liput, mewawancarai sumber terkait, mencari informasi tambahan seputar apa yang di liput. Kemudian di ragkai dalam bentuk karangan.
Wawancara, ini yang sudah pasti di lakukan oleh seorang reporter, dalam melakukan wawancara ada beberapa tahapan dan trik tersendiri, yang nantinya akan sigma bahas dalam pertemuan sigma. Karena pembahasan reporter cukup panjang. Salah satunya saya ambil contoh, tehnik wawancara, ada beberapa tahap, tahap penyusunan, tahap adaptasi, tahap penyampaian, dan tahap pengolahan. Satu yang saya ambil, misal tahap penyampaian pertanyaan. Dalam menyampaikan pertanyaan, harus memiliki struktur 5W, 1H. yaitu what, why, where, when, whom dan How. Kenapa harus demikian..? karena jika dalam wawancara sudah termuat 6 elemen tersebut, maka berita itu sudah terbilang cukup lengkap. Namun harus lebih akurat dengan cara mencari informasi tambahan. Agar fakta, sesuai dengan apa yang di ucapkan atau hasil wawancara. Kurang lebih seperti itu, dan secara lengkapnya akan di bahas dalam pertemuan sigma.
Pada intinya tugas reporter adalah memburu berita, yang harus di miliki oleh seorang reporter adalah semangat, kemampuan adaptasi, ketelitian, dan yang paling penting adalah memiliki jiwa kritis, agar mampu memberikan pertanyaan yang bisa mengungkap dan mengangkat suatu permasalahan menjadi berita yang bermutu.
Secara umum persyaratan menjadi reporter atau wartawan adalah sama, tetapi menjadi reporter olahraga diperlukan persyaratan khusus, terlebih lagi teknologi yang digunakan untuk setiap jenis media massa yang berbeda. Untuk reporter olehraga televisi, berikut persyaratan khususnya:
1. Mempunyai minat khusus di bidang olahraga
2. Berpenampilan bagus (Good Appearance)
3. Mempunyai suara khas reporter olahraga
4. Mampu mengontrol volume suara
5. Mampu mengucapkan kata-kata secara tepat, smooth, dan dengan intonasi yang tepat dan menarik.
6. Mampu mengatur irama berbicara sehingga kedengarannya meyakinkan.
Seorang reporter olahraga televisi harus memiliki antusiasme tinggi terhadap olahraga agar tidak tersiksa dengan kondisi panas di lapangan. Juga harus selalu berhati dingin walaupun menghadapi suasana persaingan dalam pertandingan. Seorang reporter olahraga juga dituntut untuk selalu berpakaian rapi, tidak sembrono, wajar dan tidak terkesan dibuat-buat, serta memiliki paras yang simpatik sehingga pantas untuk tampil di layar televisi.
2.3. Bahasa Wartawan Olahraga
Setiap hari atau bahkan setiap saat kita berhadapan dengan laporan wartawan dari mana-mana. Berkat kemajuan teknologi, segala informasi dengan cepat bisa kita peroleh. Dan di ujung alat-alat teknologi yang canggih itu, ada orang-orang yang sangat berjasa, yakni wartawan atau reporter.
Dalam bekerja, para wartawan ini memiliki standar kepenulisan tersendiri. Bahasa mereka harus jelas, lugas dan komunikatif. Apa yang dimaksud sang penulis atau wartawan dalam tulisannya, harus seperti itu yang ditangkap pembaca. Jika berbeda, bisa dipastikan ada yang tak beres, mungkin pada penulis melalui tulisannya atau pada pembaca.
Sumber masalahnya bisa begini: Sang wartawan berdasarkan karakter medianya menyampaikan informasi tertentu menggunakan standard bahasa tertentu, sementara kadar kemampuan pembaca belum setara dengan itu atau sebaliknya. Dengan kata lain, sang pembaca salah memilih bacaan.
Untuk mengantisipasi “kesenjangan” ini, ada yang disebut dengan segmen pembaca. Sebuah media ditujukan untuk pembaca tertentu pembaca Kompas berbeda dengan segmen pembaca Koran Jakarta atau Suara Pembaruan, Tempo (majalah dan koran) dan lain-lain. Masing-masing media memiliki pembaca sasaran masing-masing. Kalau tingkat pemahaman atau pendidikan pembaca tepat dengan standard media yang bersangkutan, maka tak ada masalah di sana.
Agar maksud yang hendak disampaikan sang wartawan atau penulis tepat sasaran atau berguna—karena persis inilah kebanggaan seorang penulis, di mana tulisannya dibaca dan memberi manfaat—maka sang wartawan atau penulis harus menulis secara jelas, lugas dan komunikatif.
Ketika berbicara dalam Penyuluhan Bahasa Redaktur dan Editor Media Massa di Jakarta pada 22 September 2012 lalu, Dendy Sugondo, Peneliti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia menjelaskan, dalam makalahnya yang berjudul Bahasa Indonesia dalam Media Massa Indonesia,mengatakan, untuk kejelasan informasi yang disampaikan sang wartawan, maka bahasa yang digunakan dalam penulisan berita dan sebagainya harus memperlihatkan unsur-unsur kalimat secara gamblang. Pada tataran kalimat harus terlihat secara tegas bagian mana sebagai predikat, subyek, obyek, pelengkap dan bagian mana sebagai keterangan.
Bahasa yang digunakan lanjut Dendy harus lugas. Artinya, pernyataan-pernyataan dalam penulisan untuk media massa tidak menimbulkan interpretasi ganda. Untuk itu, bentuk kata, pilihan kata, susunan kalimat, dan tanda baca hanya memiliki satu makna. Penggunaan bahasa kiasan atau bentuk-bentuk metamorphosis (kecuali dalam ranah sastra) harus dhindari karena bahasa media massa harus langsung menunjukkan persoalan yang hendak diungkapkan.
Sedangkan komunikatif, masih Dendy, berarti , apa yang diungkapkan penulis dalam tulisannya harus sama dengan yang dipahami pembaca. Pemahaman pembaca akan sama dengan maksud penulis apabila pengungkapan penulis itu dilakukan secara logis dan bersistem. Kelogisan dilihat pada hubungan paragraf dalam wacana, hubungan antarkalimat dalam paragraf dan hubungan antarbagian dalam kalimat.
Dengan kata lain, wacana, paragraf dan kalimat memiliki koherensi yang masuk akal. Penyajian sebuah tulisan harus sistematis, artinya, uraian yang disampaikan memiliki urutan hubungan yang teratur seperti hubungan kronologis, hubungan ruang, hubungan prioritas (dari sederhana ke kompleks, dari dekat ke jauh, dari kecil ke besar, dari mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak. Di sini harus cermat pula menggunakan kata-kata penghubung.
Satu hal lagi, seorang wartawan harus jujur dalam menyampaikan fakta. Ia tidak boleh mamfaktakan yang fiktif atau malah memfiktifkan yang fakta. Fakta adalah suci! Mari kita menyimak setiap berita yang kita baca, memenuhi syarat-syarat di atas atau tidak? Dari situ kita bisa mengukur kualitas wartawan dan medianya
2.4. Menulis Berita Olahraga
Menulis Berita sebenarnya merupakan kegiatan profesional. Langkah-langkah yang terlibat dalam menulis artikel berita yang agak sangat mudah diikuti tetapi mereka tidak benar-benar menjamin bahwa pada akhirnya siaran yang baik akan diproduksi. Pentingnya untuk menghasilkan artikel berita layak tidak dapat ditekankan lebih daripada yang sekarang. Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari siaran yang baik.
Sebuah artikel yang baik harus lurus ke depan dan relevan dengan cerita – langsung ke titik sebagai langsung mungkin tanpa berbelit-penulisan berita. Baik layak juga harus objektif dari kata pertama sampai terakhir – obyektivitas dalam arti bahwa apa pun berita dilakukan secara tertulis yang dapat diverifikasi
Siaran harus mudah untuk memahami – bahasa mudah dan normal harus digunakan idiom dan metafora kecuali dari kutipan harus dihindari sebisa mungkin
Sebuah PR yang baik harus memberikan pesan yang kuat – fokus dari artikel dari awal sampai akhir harus untuk mendapatkan pesan keluar sekuat mungkin.
2.4.1. Cara Menulis berita yang baik
1. Mulai sangat – sangat penting untuk memastikan agar Anda mulai dengan pesan Anda. Perhatian pembaca harus bisa diraih oleh apa pun pesan yang rilis berita adalah memberi. Anda dapat melakukan ini dengan menempatkan pesan di judul. Sebagai contoh jika Anda melaporkan berita tentang olahraga Indonesia seharusnya anda harus memperhatikan judul yang baik.
2. Jadilah tepat – Anda harus mendapatkan berita Anda dengan jelas tanpa kontradiksi. Setiap laporan yang bertentangan terbaik ditinggalkan sampai mereka dapat diverifikasi secara independen atau dikonfirmasi.
3. Gunakan bahasa yang mudah untuk dipahami, alasan mengapa Anda menulis press release adalah karena Anda ingin berita untuk mencapai orang-orang tertentu. Itu akan memotivasi Anda untuk memastikan bahwa bahasa adalah sebagai mudah dipahami mungkin.
4. Tetap fokus pada fakta-fakta dari situasi – tujuan dari artikel berita adalah untuk melaporkan. Dalam hal ini Anda harus mencakup semua fakta yang relevan dengan berita Anda. Membuat sentimen pribadi dalam pembebasan Anda mungkin penyok kredibilitasnya cukup.
5. Menulis dengan format yang tepat – Berita format rilis ini penting karena mereka akan memungkinkan pembaca yang dimaksudkan untuk mengetahui bahwa ini adalah berita saat yang mereka lihat artikel berita.
6. Membuat berita tulisan Anda layak – membuat artikel berita berita layak hanya berarti bahwa cakupan Anda harus didasarkan pada kejadian saat ini dan tidak historis.
2.4.2. Langkah-langkah Menulis Berita
Setelah menentukan LEAD, kita perlu menginterventarisasi jenis-jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu JALAN CERITA dari PERISTIWA yang hendak Anda laporkan. Hasil investarisasi inilah yang perlu dibongkar pasang sampai terasa pas dengan JALAN CERITA yang ditemukan.
Itulah pula yang jadi sub judul dari berita. Setelah merumuskan LEAD, mulailah kita menata BADAN BERITA. Satu hal yang perlu diingat ialah tempatkanlah hasil inventarisasi yang kurang penting di bagian belakang berita. Semakin kurang penting unsur inventarisasi, semakin ke belakang tempatnya dalam berita. Inilah yang disebut dikenal dengan cara PIRAMIDA TERBALIK.
Singkatnya, ada resep yang bisa Anda tuliskan sebagai berikut:
- Tulislah lead yang “bicara”, yang “bercakap”. Tulislah berita seperti layaknya Anda mengisahkannya secara lisan,
- Tulislah lead pendek, paling banter 30 kata, atau tiga baris ketikan,
- Bila pikiran mulai agak kacau ketika menulis, pilah-pilah lead Anda yang rumit itu dalam dua/tiga kalimat,
- Sebisa mungkin gunakanlah kalimat pernyataan yang sederhana. Usahakan tak lebih dari 20 kata.
- Gunakan kata-kata sederhana, bukan yang berkabut.
- Hindarkan kata-kata teknis, atau istilah asing yang kurang perlu,
- Usahakan kata-kata konkret, “Jangan katakan, tapi tunjukkan”,
- Sebanyak mungkin pakai kata kerja yang aktif, yang menggembarkan tindakan, gerak. Sebisa mungkin hindari kata-kata sifat.
- Berkisahlah untuk pembaca, dan
- Berkisahlah seperti melukis.
2.4.3. Yang harus diperhatikan dalam menulis Berita
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan berita, hal tersebut biasa dikenal dengan istilah 5W1H (What, When, Who, Where, Why, How).
1. What. Anda harus menuliskan objek berita dan jenis berita, misalnya apakah berita tersebut termasuk dalam kategori kriminal, bisnis, politik atau olah raga.
2. When . Anda harus mencantumkan waktu yang jelas mengenai kapan peristiwa yang akan diberitakan tersebut terjadi, misalnya Senin (15/10) pukul 15.45, terjadinya kericuhan di Stadion Gelora Bung Karno di....... keterangan waktu (Senin (15/10) pukul 15.45) harus tercantum dalam berita.
3. Who . Dalam hal adalah pelaku berita, misalnya pemain sepak bola, Direktur Olahraga, dan lain-lain.
4. Where . Anda harus mencantumkan lokasi kejadian dalam berita, misalnya di lapangan, di kantor olahraga.
5. Why . Ada sebuah peribahasa tidak ada asap kalau tidak ada api. Kalau ada sebuah kasus pasti ada penyebabnya, penyebab inilah yang harus dimasukkan ke dalam berita.
6. How Ini menyangkut dampak dari berita, bagaimana dampak berita setelah diekspose.
2.4.4. Contoh Berita Olahraga
SHANGHAI, Kompas.com - Superstar Swiss, Roger Federer, melewati rintangan berat di babak ketiga turnamen Shanghai Masters, Kamis (11/10/2012), ketika melawan kompatriotnya, Stanislas Wawrinka. Sempat kalah di set pembuka, peraih 17 gelar grand slam ini akhirnya menaklukkan pasangannya ketika meraih emas ganda putra Olimpiade Beijing 2008 tersebut dengan 4-6, 7-6 (7/4), 6-0.
Dengan demikian, Federer menambah panjang rekor kemenangannya atas Wawrinka menjadi 12-1. Hasil ini pun memastikan Federer bertahan di peringkat satu dunia, sehingga dia mencatat rekor menempati posisi teratas ATP itu selama 300 pekan.
Ya, Federer hanya perlu mencapai perempat final untuk mengamankan posisinya tersebut dari ancaman rivalnya dari Serbia, Novak Djokovic, yang juga lolos ke perempat final. Jika gagal lolos dan Djokovic menjadi juara di event ini, maka Federer dipastikan lengser.
Lolosnya petenis berusia 31 tahun ini membuat para pemain unggulan berhasil mencapai babak delapan besar. Sebelumnya, Djokovic dengan mudah melibas pemain Spanyol, Feliciano Lopez, dengan straight set 6-3, 6-3, begitu juga dengan unggulan ketiga yang berstatus juara bertahan, Andy Murray, menang 6-2, 6-2 atas pemain Ukraina, Alexandr Dolgopolov.
Unggulan keempat, Tomas Berdych, serta unggulan kelima Jo-Wilfried Tsonga, juga berhasil meraih tiket perempat final. Kemenangan tersebut membuat mereka terus memelihara peluang meraih tiket menuju turnamen akhir tahun, ATP World Tour Finals, yang mempertemukan delapan petenis terbaik di dunia.
Empat tempat menuju event yang akan berlangsung bulan depan di London itu sudah terisi. Empat petenis teratas, Federer, Djokovic, Murray, serta Rafael Nadal, sudah memastikan diri tampil di sana.
Sumber :AFP
Editor :Aloysius Gonsaga Angi Ebo
JAKARTA, KOMPAS.com — Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) merilis daftar 32 klub terhukum, Kamis (11/10/2012). Ke-32 klub itu terdiri dari 14 klub Indonesia Super League (ISL) dan 18 klub Divisi Utama.
Salah satu klub itu adalah Pelita Jaya yang diperkuat bomber tim nasional Malaysia, Safee Sali.
"PSSI mengirim surat semata-mata untuk membalas surat mereka. Sebelumnya, FAM (Federasi Sepak Bola Malaysia) telah berkirim surat kepada Pelita Jaya, dan kami mendapat tembusan. Mereka menanyakan status Safee Sali di Pelita Jaya," jelas Sekjen PSSI, Halim Mahfudz, di Kantor PSSI.
Halim menambahkan PSSI sebagai federasi yang sah menjelaskan kepada FAM bahwa Pelita Jaya merupakan klub yang sedang dihukum karena bermain di Indonesia Super League (ISL) yang dinilai ilegal oleh PSSI.
"Hal itu sudah ditegaskan dalam Kongres PSSI di Palangkaraya. Kongres PSSI di Palangkaraya menyebut ISL merupakan liga ilegal dan klub-klub yang bermain di ISL berada dalam status yang suspended," bebernya.
"Kalau mengacu pada MoU, itu jelas berbeda. MoU adalah acuan untuk kedua belah pihak sebagai proses unifikasi liga. Keputusan mengenai status suspended dari klub-klub yang ada di ISL akan diputuskan pada kongres selanjutnya karena keputusan kongres di Palangkaraya akan selesai di kongres berikutnya bukan berdasarkan MoU," lanjutnya.
Berikut daftar 32 klub ISL yang dianggap ilegal PSSI.
Persipura Jayapura, Persiwa Wamena, PSPS Pekanbaru, Persisam Samarinda, Persib Bandung, Pelita Jaya, Sriwijaya FC, Persela Lamongan, Deltras Sidoarjo, Mitra Kukar, Persiba Balikpapan, Persiram Raja Ampat, Persidafon Dafonsoro, PSAP Sigli Divisi Utama: PSGL Guyo Lues. Persih Tembilahan, Persita Tangerang, Persip Pekalongan, Persitema Temanggung, Persiku Kudus, PSIM Yogyakarta, PSMP Mojokerto, PSBK Blitar, Persekam Metro Malang, Persid Jember, Persepam Pamekasan, PS Sumbawa Barat, Barito Putra, Persigo Gorontalo, Persin Sinjai, PSBS Biak, dan Perseru Serui.
Editor : Ervan Hardoko
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Wartawan Olahraga seperti yang sudah di bahas diatas berarti seorang yang meliput berita atau yang menulis berita tentang olahraga. Dalam penulisan berita wartawan kebanyakan menggunakan metode mekanisme piramida terbalik yang lebih mengutamakan hal yang terpenting dibandingkan hal yang umum. Wartawan Olahraga sangat disiplin bahasa dan juga tugas yang di lakukan nya mereka mengutamakan suatu kedisiplinan waktu, keterampilan, serta kesigapan dalam bekerja yang diterapakan pada para karyawannya.
Melakukan peliputan berita-berita tentang olahraga baik dalam maupun luar negeri. Untuk luar negeri, berita yang didapatkan dari AFP (kantor berita luar negeri), langsug diterjemahkan dan dibuat beritanya oleh wartawan. Kegiatan rutin adalah kegiatan yang sering dilakukan penulis selama menjadi wartawan, sedangkan kegiatan insidental adalah kegiatan yang sifatnya kadang-kadang atau sewaktu-waktu yang dilakukan penulis.
3.2. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dijabarkan, maka penulis ingin memberikan beberapa saran untuk perusahaan peliput berita. Guna untuk mewujudkan perkembangan juralistik masa kini, serta meningkatkan kinerja para wartawan untuk terus memperahankan citra HU Pikiran Rakyat di kalangan masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
H Rosihan Anwar. 1979. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi.Jakarta: Departemen Penerangan RI.
Parakitri T Simbolon. 1997. Vademekum Wartawan: Reportase Dasar.Jakarta: KPG.
Suroso. 2001. Menuju Pers Demokratis: Kritik atas Profesionalisme Wartawan. Yogyakarta: LSIP.
Asa, Syubah. 1979. Misalkan Anda Seorang Wartawan Tempo. Jakarta: Biro Pendidikan Majalah Berita Mingguan Tempo.
Basuki, Haryono. 1983. Teknik Mencari dan Menulis Berita. Jakarta: Fakultas Publisistik – Universitas Moestopo (Beragama),.
Hakim, M. Arief. 2003. Kiat Menulis Artikel di Media Dari Pemula Sampai Mahir. Jakarta: Nuansa, (?)
Kurnia, Septiawan Santana. Jurnalisme Investigasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
S. Tartono, St. 2005. Menulis di Media Massa Gampang. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, (?)
Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature: Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Sembiosa Rokatama Media,