MAKALAH Pengembangan Media Pendidikan


Pengembangan Media Pendidikan
Pengantar

            Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan-permintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas. Selain itu,dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula.
            Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang disebut orang. AECT (Associationfor Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:
  1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran.
  2. Orang; didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya.
  3. Bahan;merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran,seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency), program slide,alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software).
  4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware) untuk menyajikan bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan sebagainya.
  5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam membeikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah,permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya.
  6. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, dan sebagainya.

 

Teknologi Pendidikan dalam Keberhasilan Sistem Pembelajaran

Begitu susahnya mengajar dan membuat siswa semangat belajar, atau jika menggunakan perspektif siswa sendiri, betapa sulitnya menumbuhkan semangat belajar dalam diri, karena proses panjang dalam pembelajaran akan memunculkan berbagai macam masalah yang dapat menghalangi dan merintangi tercapainya tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Proses pembelajaran yang tidak singkat itu membutuhkan bermacam cara dan inovasi yang dapat menumbuh kembangkan semangat dan kreatifitas pelajar maupun pengajar.
Sebuah cara dengan memanfaatkan teknologi, baik dari segi fisiknya maupun ide-ide yang ada di dalamnya adalah satu jalan yang baik untuk digunakan dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam sebuah sistem pembelajaran. Teknologi secara`eksoteris yang nampak sebagai wujud fisik peradaban modern maupun secara esoteris sebagai cara-cara non fisik yang menjadi bagian keseharian hidup manusia modern adalah bagian penting dalam pembentukan karakter semangat belajar civitas pendidikan dan pencapaian tujuan sistem pembelajaran yang ingin didapatkan. Dengan catatan bahwa cara dan menggunakan teknologi dengan tepat juga merupakan bagain vital yang ada dalam teknologi pendidikan.
Arti penting teknologi pendidikan akan terlihat di situ sebagai sebuah cara yang menjadikan pembelajaran akan tetap terus dinamis membentuk dirinya. Dinamis dalam keteraturan dan semakin terbukanya peluang bagi sebuah sistem pendidikan untuk mencapai tujuannya. Teknologi pendidikan adalah instrumen penting dalam sistem pembelajaran dalam dunia modern bahkan paska modern. Karena semakin modern satu masyarakat, semakin sistematis pula cara hidupnya. Teknologipun baik yang diterapkan dalam sistem pendidikan maupun di luar itu adalah bagian sistematisasi cara hidup manusia modern yang diteruskan manusia postmodern.
Selain itu, pemanfaatan teknologi dengan tepat berarti mengarahkan satu bagian sejarah ke jalan yang baik dan benar. Teknologi kian lama kian membawa manusia dalam labirin dehumanisasi yang mencoba menghilangkan manusia dari kebermanusiaannya. Manusia yang menggunakan teknologi dengan tanpa tepat guna akan segera menghilang dalam sistem yang dibuat oleh mereka sendiri yang dikendalikan oleh teknologi yang dibuatnya. Terjadilah proses pelapukan manusia di dalam peradaban teknologi yang dibuatnya. Teknologipun akhirnya ada tanpa makna bagi manusia, menjadi candu yang menghilangkan kesadaran manusia sebagai manusia. Menerapkan teknologi dalam sebuah sistem pembelajaran berarti menggunakan teknologi dengan tepat guna.













Pengertian Teknologi dan Media Pendidikan
Secara epistemologis, teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu techne dan logos. Techne secara harfiah dapat diartikan sebagai cara, pengetahuan, keahlian, ketrampilan. Dan logos sendiri adalah ilmu. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan sebagai ilmu untuk menggunakan keahlian. Dan kemudian jika teknologi yang biasanya identik dengan bagian-bagian natural scientis, digunakan sebagai bagian dalam pendidikan yang bertujuan menghidupkan kreatifitas anak didik dan pengajarnya, teknologi pendidikan adalah sebuah cara untuk meraih tujuan pendidikan dengan menggunakan media-media teknologi yang dihasilkan manusia untuk membantu menumbuhkembangkan kreatifitas berfikir siswa dalam sebuah sistem pendidikan.
Ada beberapa pendapat yang agak berbeda satu sama lain tentang teknologi pendidikan. Pertama, teknologi pendidikan diartikan sebagai sekedar hardware yang dapat menunjang kegiatan dalam sistem pembelajaran. Hardware sendiri adalah komponen-komponen media teknologi yang dapat digunakan sebagai sarana yang menunjang kemajuan sebuah sistem pengajaran. Media-media tersebut, dapat berupa televisi, radio, internet, komputer, dan bermacam media lainnya.
Kedua, teknologi diartikan sebagai keseluruhan komponen yang ada dalam sebuah sistem pendidikan, baik peralatan-peralatan media teknologi maupun tehnik-tehnik pengembangan yang selalu progres menuju sebuah proses pelajaran yang dinamis sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sesuai dengan apa yang dinyatakan Prof. Dr. Nasution, teknologi pendidikan adalah perpaduan software dan hardware sistem pendidikan, dengan melihat bahwa mengajar dan belajar adalah masalah yang harus dapat diselesaikan dan dihadapi secara rasional dan alamiah. (Teknologi Pendidikan, 2005).
Sejalan dengan pengertian kedua, teknologi pendidikan melihat bahwa komponen-komponen physically di dalamnya hanyalah sebuah alat peraga yang dapat bermanfaat saat itu dikaitkan dengan sistem pendidikan atau program pendidikan. Atau dengan kata lain, komponen-komponen fisik (hardware) itu baru nampak perannya bila diterapkan sesuai dengan program-program dalam sebuah sistem pendidikan (software).
Sedangkan untuk media pendidikan bila dilihat seksama dengan memperbandingkannya dengan teknologi pendidikan, maka akan nampaklah kesamaan media pendidikan dengan teknologi pendidikan. Dengan catatan, jika itu mengacu pada pengertian teknologi pendidikan yang pertama. Yaitu yang menyatakan bahwa media pendidikan adalah berbagai jenis komponen yang ada dalam lingkungan sistem pengajaran diterapkan untuk merangsang minat pembelajaran atau untuk men-supportkegiatan belajar mengajar agar lebih baik dalam pelaksanaanya. Jadi media pendidikan adalah hardware yang biasa digunakan dalam sistem pembelajaran. Meskipun secara harfiah antara teknologi pendidikan dan media pendidikan memiliki arti yang berbeda. Jika tadi di atas disebutkan bahwa secara harfiah teknologi pendidikan diartikan pengetahuan atau cara-cara yang digunakan dalam sistem pendidikan, maka media pendidikan adalah penghantar yang dapat membantu siswa menerima pengetahuan yang diajarkan oleh sebuah sistem pembelajaran. Sesuai dengan kata epistemologinya yang menyatakan bahwa media yang berasal dari bahasa Latin itu berarti sebagai sebuah penghantar, atau perantara.
Meskipun ada perbedaan signifikan ketika melihat perbedaan kedua istilah ini, ketika media dan teknologi pendidikan diartikan secara harfiah, namun jika membaca pengertian media pendidikan yang diberikan oleh Briggs maka kita akan memiliki kesimpulan bahwa keduanya adalah sama. Briggs sendiri menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat fisik yang dapat menyajikan pesan-pesan serta merangsang siswa untuk belajar. (Media Pendidikan:1984). Jadi melihat pengertian ini, saya menyimpulkan bahwa antara keduanya tidaklah ada perbedaan secara menyeluruh, baik dengan menggunakan pengertian yang pertama maupun yang kedua. Jika menggunkan pengertian yang kedua, untuk menyimpulkan bahwa keduanya tidak memiliki perbedaan signifikan saya sekedar menambahkan pernyataan bahwa media pendidikan adalah hardware yang digunakan dalam sebuah sistem teknologi pendidikan. Dengan begitu media pendidikan merupakan bagian dari teknologi pendidikan yang ada, jadi ketika melihat hal ini demikian maka tidaklah relevan jika membedakan keduanya secara jelas. Dengan menggunakan pengertian yang pertama kita sama sekali tidak akan mampu membedakannya karena keduanya identik satu sama lain, bahkan memang keduanya entitas yang sama. Dan jika menggunakan pengertian yang kedua maka media pendidikan bukanlah padanan yang tepat bila hendak dibedakan dengan teknologi pendidikan. Sebagai sebuah bagian yang independen mungkin media pendidikan dapat dibedakan dengan teknologi pendidikan. Namun jika sebagai sebuah sistem yang utuh telah menyatu, maka layaknya air dengan jernihnya, keduanya tidak dapat dikatakan sebagai dua entitas yang beda, keduanya sama.
Tujuan Pendidikan
Dalam bukunya yang sempat disinggung dalam definisi di atas, Dr Nasution membedakan tujuan pendidikan menjadi dua, tujuan umum dan khusus. Tetapi jika melihat uraian yang diberikan Dr Nasution lebih lanjut tentang tujuan pendidikan maka antara tujuan umum dan khusus pada dasarnya tidak dapat dibedakan, karena bisa saja dalam satu waktu yang bersamaan, satu hal yang dijadikan tujuan bisa bersifat umum dan bisa pula bersifat khusus, tergantung bagaimana kita hendak merinci tujuan pendidikan yang hendak diraih. Jadi dalam menentukan tujuan pendidikan, kerelatifan dalam menentukannya sebagai hal yang umum atau khusus akan selalu ada.
Meski demikian pada dasarnya, yang namanya tujuan khusus dan umum tetap harus ada dalam sebuah sistem pendidikan. Hal ini akan membantu menerangi jalan yang hendak digunakan, dan upaya apa yang harus dilakukan dalam menjalankan roda sistem pendidikan itu. Tujuan pendidikan relatif karena, bila kita merusmuskan satu tujuan maka tujuan yang kita rumuskan tadi pada umumnya akan terus dapat bercabang, menjadi bagian yang lebih kecil dan kecil lagi. Dan yang menjadi catatan penting di sini, semakin umum satu tujuan pendidikan maka akan semakin komplek cara atau metode yang harus digunakan. Ketika menyatakan bahwa tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa misal, dari penyebutan tujuan saja akan banyak menimbulkan permasalahan. “Mencerdaskan kehidupan bangsa.” Kata sakral yang nampak indah dan enak didengar namun, banyak sekali menimbulkan penafsiran. Ketika baru menyebutkan tujuannya saja sudah memunculkan masalah, apalagi kalau ini hendak diterapkan, masalah pasti semakin bertambah. Maka dari itu satu sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang memiliki kedua unsur tadi, khusus dan umum. Tidak terlalu umum atau terlalu khusus. Tujuan pendidikan yang terlalu umum akan menimbulkan berbagai problem seperti yang disebutkan sebelumnya. Sedangkan tujuan yang terlalu khusus, menjadikan siswa dapat berhitung misal, tentu menjadikan anak didik hanya akan terpaku pada satu hal kecil saja sesuai besar-kecilnya tujuan khusus itu. Semakin kecil tujuan pendidikan yang hendak dicapai, maka semakin tidak beragamlah pengetahuan yang didapat peserta didik. Jadi tujuan pendidikan akan menemukan bentuk idealnya ketika konseptor pendidikan menemukan tujuan pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan yang ada di antara keduanya.
Meskipun masih bersifat umum, tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer (1860) berikut ini sudah cukup bagus bila digunakan sebagai salah satu motor penggerak jalannya sebuah sistem pendidikan. Dia membagi tujuan pendidikan menjadi lima bagian.
  1. Kegiatan demi kelangsungan hidup
  2. Usaha untuk mencari nafkah
  3. Pendidikan anak
  4. Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara
  5. Penggunaan waktu senggang
Selain ini, masih banyak sekali tujuan yang lebih khusus dijabarkan dari sebuah sistem pendidikan, dari SD hinga perguruan tinggi. Dari yang rinci sampai yang paling rinci.
Klasifikasi Media Teknologi Untuk Pendidikan
Ada beberapa pengklasifikasian media teknologi yang biasanya digunakan dalam sistem pendidikan. Dan banyak sekali tokoh yang telah melakukan itu di antaranya Rudy Brezt, Duncan, Briggs, dan Gagne. Rudy Brezt misalnya mengklasifikasikan media teknologi untuk pendidikan menjadi tiga unsur; visual, suara, dan gerak. Briggs mengklasifikasikan media menjadi tiga belas macam; objek, model, suara langsung, rekaman, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar. Sedangkan Gagne, mengklasifikasikannya menjadi tujuh media; pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukalihkan ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik.
Dari tiga pendapat di atas saya melihat bahwa esensi yang mereka kemukakan adalah sama. Klasifikasi yang dilakukan Briggs dan Gagne adalah apa yang diberikan oleh Rudy Brezt. Kedua klasifikasi itu memuat tiga hal yang disampaikan Brezt, bahwa media pendidikan pada dasarnya terdiri dari visual, gerak dan suara.
Arti Penting Teknologi Pendidikan dalam Sistem Pembelajaran
Teknologi pendidikan jelas memiliki arti yang begitu penting, apalagi untuk manusia modern dan manusia postmodern saat ini. Dengan masalah hidup yang semakin kompleks dan berbagai tantangan hidup yang begitu banyak, dunia pendidikan sebagai salah satu tempat yang paling efektif membentuk pribadi dan kematangan manusia tentu semakin memerlukan sebuah metode atau tehnik yang compatibledengan zamannya. Teknologi pendidikan secara keseluruhan dalam sistem pendidikan adalah miniatur cara memandang dan menyikapi manusia untuk dapat terjun hidup sebagai anggota masyarakat. Melalui ini dalam sistem pendidikan manusia ditempa untuk menjadi manusia yang juga dapat menyesuaiakan diri dengan baik dalam lingkungannya.
Kemudian secara khususpun media pendidikan juga memiliki arti penting sama halnya teknologi pendidikan secara umum. Di era Abasiyyah di Madrasah Nizamiyah misalnya. Kita dapat melihat bagaimana perpustakaan sebagai media pendidikan memiliki peran penting dalam progresifitas pendidikan pada masa itu. Tidak dipungkiri bahwa bahan bacaan adalah faktor yang menjadikan siswa menemukan khazanah keilmuan yang dapat mengisi khazanah pengetahuan dalam diri mereka selain dari apa yang disampaikan gurunya. Kalau di zaman sekarang, peran penting media pendidikan dengan menggunakan media teknologi seperti komputer, rekaman audio, atau juga film tentu amat sangat memiliki arti penting. Apalagi jika sistem pendidikan yang bersangkutan memiliki orientasi pada siswa untuk dicetak sebagai tenaga kerja, akan lebih lagi nilai penting media semacam itu dalam penemuan khazanah pengetahuan yang ingin didapat peserta didik. Meski demikian tetap saja harus ada penyesuaian di sana-sini agar media pendidikan yang digunakan tepat guna. Dan di sinilah software teknologi pendidikan diperlukan, bagaimana mengupayakan agar media pendidikan dengan menggunakan media teknologi bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Kita dapat melihat mekanisme teknologi pendidikan dengan menggunakan sample pola hubungan media pendidikan yang menggunakan gambar dengan software dalam teknologi pendidikan. Gambar atau foto adalah salah satu media teknologi yang cukup bagus digunakan sebagai media dalam praktek pendidikan. Hal itu karena gambar atau foto memiliki kelebihan seperti sifatnya konkrit, gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu, dapat memperjelas satu masalah, dan mudah didapatkan. Namun sayangnya gambar juga memiliki kelemahan, di antaranya gambar hanya menekankan persepsi indera penglihatan, gambar yang terlalu komplek tidak efektif ketika digunakan dalam dalam sistem pembelajaran, ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Untuk itu maka harus ada filterisasi di situ, dan tentu mekanisme software teknologi pendidikan diperlukan untuk mengoptimalkan guna gambar atau foto yang digunakan. Software menyaring gambar atau foto yang akan digunakan. Dengan menetapkan syarat-syarat berikut misalnya, software dalam teknologi pendidikan berperan; dengan mengklasifikasikan bahwa gambar yang dapat digunakan sebagai media pendidikan adalah yang autentik. Gambar yang menceritakan apa adanya satu peristiwa. Kemudian juga, gambar itu harus sederhana, apalagi jika siswa yang diajar masih dalam tingkatan bawah seperti siswa SD atau Taman kanak-kanak. Dengan komposisi sederhana yang cukup jelas menampilkan poin-poin yang ingin diajarkan. Mungkin itu sedikit pembahasan yang menggambarkan nilai penting media pendidikan dalam teknologi pendidikan.











KESIMULAN
Ada satu hal penting yang tetap harus diperhatikan dalam pengaplikasian sebuah teknologi pendidikan dalam sebuah sistem pendidikan, bahwa teknologi pendidikan yang digunakan haruslah compatible dengan kondisi yang ada. Saya melihat bahwa kegagalan sistem pendidikan Indonesia disebabkan pengaplikasian metode yang digunakan dengan cara yang sama pada objek yang berbeda. Sistem pendidikan yang bagus harusnya adalah sistem pendidikan yang menggunakan teknologi pendidikan yang mampu menyesuaikan dengan objek pengajaran, yaitu siswa. Apa yang terjadi selama ini adalah keegoisan para pembuat kebijakan dunia pendidikan saat membuat kurikulum misal, dengan tanpa memperhatikan siswa sebagai bagian dari sistem teknologi pendidikan. Bahwa setiap individu yang menjadi peserta didik itu adalah berbeda-beda dengan kecenderungan dan kemampuan yang juga berbeda.
Dari sini kemudian saya berkesimpulan bahwa, memang semua perangkat dalam sistem pendidikan memiliki peran dan menjadi faktor yang begitu berpengaruh dalam keberhasilan sistem pendidikan. Dari para pembuat kebijakan, guru, murid, kurikulum, semuanya memiliki peran penting. Dan semuanya itu dihubungkan oleh sebuah sistem yang bernama teknologi pendidikan.








DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Raja Grafindo Persada, 2001
Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosda, 1990
Dr. Arif S. Sadiman, DKK, Media Pendidikan, Jakarta: Pustekkom Dikbud, 1984
Prof. Dr. Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005


asS � o o �c H \ e='text-align:justify'> 

2.4. Tanda Paragraf
Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama agak menjorok ke dalam, kira-kira lima ketukan mesin ketik atau kira-kira dua sentirneter. Dengan demikian, para pembaca mudah dapat melihat permulaan tiap paragraf sebab awal paragraf ditandai oleh kalimat permulaannya yang tidak ditulis sejajar dengan garis margin atau garis pias kiri. Selain itu, penulis dapat pula menambahkan tanda sebuah paragraf itu dengan memberikan jarak agak renggang dari paragraf sebelumnya.

2.5. Rangka atau Struktur Sebuah Paragraf
Rangka atau struktur sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik. Kalimat-kalimar di dalam paragraf itu harus saling mendukung, saling menunjang, kait-berkait satu
dengan yang lainnya.
Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibiearakan pengarang. Pengarang meletakkan inti maksud pembicaraannya pada kalimat topik.
Karena topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraf itu. Karena setiap paragraf hanya mempunyai sebuah topik, paragraf itu tentu hanya mempunyai satu kalimat utama.
Kalimat utama bersifat umum. Ukuran keumuman sebuah kalimat terbatas pada paragraf itu saja. Adakalanya sebuah kalimat yang kita anggap umum akan berubah menjadi kalimat yang khusus apabila paragraf itu diperluas.
Perhatikan paragraf berikut
Penduduk Tegal, umpamanya, merasa tidak dapat hidup di daerahnya lagi karena bahan makanan yang akan dimakan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan oleh ledakan penduduk Tegal terlalu besar sehingga daerah pertanian yang relatif tidak bertambah hasilnya itu tidak dapat menampung perkembangan penduduk. Pertumbuhan penduduk Tegal jauh lebih besar daripada perkembangan daerah pertanian yang ada di situ.
Kalau kita lihat paragraf di atas, kalimat yang paling umum’ sifatnya ialah kalimat pertama, yaitu “Penduduk Tegal, umpamanya, merasa tidak dapat hidup di daerahnya lagi karena bahan makanan yang akan dimakan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan penduduk.” Kalimat-kalimat selanjutnya adalah kalimat-kalimat penjelas yang fungsinya menjelaskan gagasan utama yang terletak pada kalimat pertama.
Kalau kalimat dalam paragraf itu ditambah dengan sebuah kalimat lagi, sifat keumuman kalimat pertama itu berubah menjadi khusus. Kalimat yang ditambahkan itu berbunyi
”tidak dapat dimungkiri bahwa pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan produksi dapat menyebabkan tingkat kemakmuran berkurang.”
Kalimat yang terakhir ini bersifat lebih umum daripada kalimat pertama. Kalau kalimat terakhir ini ditambahkan pada paragraf itu, kalimat terkahir ini akan menjadi kalimat utama.
Kalau kita melihat perkembangan paragraf yang kita perbincangkan ini, dapat dikatakan bahwa sebelum kalimat itu ditambahkan pada paragraf itu, kalimat utama paragraf itu berada di awal paragraf, sedangkan setelah ditambahkan, kalimat utama (kalimat topik) terletak di akhir paragraf.

2.6 Paragraf Deduktif Dan Induktif
Paragraf adalah susuna dari beberapa kalimat yang terjalin utuh, mengandung sebuah makna, dan didalamnya terdapat gagasan utama.
Paragaraf deduktif dan Induktif adalah salah satu contoh paragraph yang dilihat dari letak gagasan utamanya.
1.Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragaraf dan dilengkapi dengan kalimat penjelas sebagai pelengkapnya. Paragraf ini diawali dengan pernyataan umum dan disusul dengan penjelasan umum.
Contoh:
Pada tahun 2008 kualitas masyarakat Indonesia semakin rendah. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.Yang tahun sebelumnya hanya 30%, prosentase angka pengangguran dan tahun ini bertambah menjadi 40%. Angka kriminalitas di Indonesia juga semakin membeludak.Dan yang paling parah banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengikuti program pemerintah 9 tahun. Dilihat dari dua realita ini kita suda bisa mengukur SDM masyarakat Indonesia
2.Paragraf Induktif
Pargaragraf Induktif adalah Paragraf yang kalimat utamanya terletak diakhir kalimat dan kalimat penjelasnya terletak di awal paragraph. Paragraf ini diawali dengan urutan pernyataan khusus dan disusul dengan pernyataan umum.
Contoh:
Setiap hari Abo selalu pulang malam. Sekitar jam 20.00. Sangat tak masuk akal jika seorang pelajar pulang malam. Diapun tak pernah belajar. Hidupnya selalu di penuhi dengan gemerlapnya dunia. Tak ada kata susah didalam pikirannya. Maka dari itu sangart wajar sekali jika Abo tidak naik kelas.

2.7 Pengembangan paragraf
Pengembangan paragraf mencakup dua hal:
Kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan;
Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
Argumentasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat
Contoh-contoh tulisan eksposisi adalah berita di koran dan petunjuk penggunaan
Narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan dimana rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir.
Narasi:
Kubuka peralatan kerjaku di bagian sortir, dan mulailah aku bekerja hingga istirahat pukul 12.00. Lima jam bekerja membuat pinggangku selalu terasa pegal. Satu jam istirahat aku gunakan untuk makan, salat, dan berbaring sejenak. Pukul empat, aku menyudahi pekerjaanku untuk memburu bus yang akan membawaku pulang.
Eksposisi:
Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan di balik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata.
Argumentasi
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.






















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Karangan yang pendek / singkat yang berisi sebuah pikiran dan didukung himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk satu gagasan disebut paragraph / alinea. Untuk dapat membuat suatu paragraph yang baik harus memiliki dua ketentuan yakni kesatuan paragraph dan kepaduan paragraph.
Pengembangan paragraf mencakup dua hal:
a.       Kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan;
b.      Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.

Saran
Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia.Karena dengan itu dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam pembuatan suatu paragraf, kita tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut suatu paragraf.












DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S.Amran. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta: Akademi Pressindo.
pportL� X,] < H \ �^ le='font-size:12.0pt;font-family:"Times New Roman","serif";mso-fareast-font-family: "Times New Roman"'>7)      Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
8)      Menemukan suatu kelompok yang serasi.




































DAFTAR PUSTAKA


Resume Buku Dr. Iskandar, M. Pd Psikologi Pendidikan