Rumah yang dulu



Aku dulu pernah bercerita tentang sebuah rumah. Masih ingat? Mungkin sekitar bulan Februari. Rumah yang awalnya kulihat sangat sempurna dan ketika sudah benar masuk di dalamnya aku merasa biasa saja. Kini setelah aku meninggalkan rumah itu, atau lebih tepatnya terpaksa keluar dari rumah itu, kutengok kembali ia lebih sempurna. Mengapa?

Mungkin, memang tidak pada tempatnya aku memasuki rumah itu, menjadi bagian di dalamnya.

Mungkin, memang sepantasnya aku hanya berada pada ambang pintu, tak sekalipun menginjakkan kaki ini.
Mungkin meninggalkan rumah itu kini adalah pilihan terbaik.

Mungkin kesimpulan ketiga tadi terbaik buat kamu dan sedikit terbaik buat aku. Karena sejujurnya aku belum ingin.

Walaupun tak kurasakan sempurna seperti ketika di luar, namun aku menemukan banyak di dalam rumah itu. Kesimpulannya, rumah ya tetap rumah. Sebuah bangunan yang mempunyai kekurangan ketika aku berada di dalamnya.

Semakin menilik, semakin jauh rasanya. Ya, jauh sekali. Meski hati ini ingin melihat-lihat emperannya saja. 

Hey rumah, apakah kamu sudah menemukan pengganti penghuni yang baru?