Alhamdulilah. Itu deh kata pertama yang mesti diucapkan. Setelah kesana kemari (kayak lagunya Ayu Ting Ting) ikut lomba, akhirnya ini menang dan diantologikan. Memang, lingkup kampus. Ada juga yang memprotes, “Mbok jangan kamu, kasihan yang lain, beri mereka ruang”. Gitu katanya. Kemudian jawabku, “Solanya kalau ikut lomba di luar aku gak pernah menang mbak.” Hahahah dan yang paling penting, angkatan setelahku ini aku belum melihat geliat pensastra! Miris ah!
Tujuan utamaku ikut lomba ini bukan untuk mencari juara, bahkan uang. Cuma biar tulisanku ada dalam buku. Itu aja. Kan sebagai modal juga nantinya. Ini lho bukuku, buku kenangan.
Terima kasih Allah, kedua orang tua, bulan Juni yang penuh kejutan dari awal bulan-pertengahan-hingga akhir bulan ini, keluarga Kreskit PBSI, untuk Al (si tokoh Cinta Pertama-juga dalam kenyataannya-), Ayyu, Gyta, Rio, Puput dan Lelaki(ku). Hey, tulisan kita ada dalam buku yang sama. Tak lupa juga terima kasih banyak buat koordinator lahirnya buku antologi cerpen Gadis Beraroma Kopi (Harsiwi Sugiyono dan kawan-kawan), untuk cinauku Widya Prana Rini, sketsanya yang sungguh luar biasa. Aku suka sekali.
Kalau saja kamu itu ditakdirkan sebagai laki-laki, pasti sudah ku pacari deh. Masuk dalam duniamu yang kadang diam karena asik dengan imajinasi dalam goresan kuas, kanvas. Hahahha khayalan yang menakutkan!
Selamat, selamat untuk yang membangun cinta dalam satu rumah, dalam satu atap. Selamat. Bagaimana rasanya? Setelah mengolok-olok kemudian berbalik arah? Hahhaha aku sudah pernah mengecap itu. aku tak cemburu, jangan sungkan denganku dan jangan melihatku seperti itu.
Hey, Lelaki(ku) berapa banyak lagi Wanita yang akan kau masukan dalam aliran pesona yang kau tebarkan?
Dan tak pernah terlupa, kamu yang ada di sudut tangga. Yang entah berbincang apa, yang mengajak berbicara masa lalu berkerudung merah, juga pulang tanpa pamit. Begitu kah caramu setelh setengah jam tadi berbuat seperti itu?
“Di jalan menuju kosmu tadi aku bertemu ****y.”
Apa perduliku?
Memang, ketika kamu bicara aku harus mendengar, ketika aku bicara kamu lebih terfokus dengan hape. Selanjutnya apa yang terjadi? Ah menyebalkan. Ya, kamu itu!
Temu kangen lagi dengan mereka, dengan kamu yang diam-diam mengunjungi dan membaca tulisanku, dengan kaca mata itu dan teman-teman biasanya. Ah, aku sudah mengirim radar cinta, aku tahu kamu merasa, hanya saja mungkin kau abaikan. Lelahkah dengan konsep kenalan-penjajajan-jadian-kelalkan pada orang tua- dan langkah langkah selanjutnya? Mungkin saja iya.
Hey, tokoh utama dalam cerita malam ini kamu lho Al. Kamu yang baik di dunia maya, yang baik di sms, yang baik saat bertemu (walau hanya sebentar), yang tetap tampan seperti dulu.
Mampukah kamu menunggu hingga lima belas tahun seperti De Javu-ku?
Antologi Cerpen Gadis Beraroma Kopi |