Jogja Punya Pasar Kangen



Seperti sebuah rutinitas, menyeret siapa saja yang mau (dengan terpaksa atau tidak) memasuki dunia yang kuingini. Sama hanya dengan menginjakkan kaki di pelataran yang sangat akrab dengan kenangan. Juga masa lalu, ah mengapa harus kembali ke masa lalu? Mengapa harus menuliskannya kembali? Memaksa lapisan otak menengoknya!

Jogja punya pasar kangen. Sama seperti kangenku mengingat setahun lalu di tempat yang sama, bedanya aku datang dengan orang baru dan dia perempuan. Halaman lengang, tak ada patung raksasa gajah putih berteman banyak sekali kelapa. Tak lupa bangunan kokoh belakang yang disulap penuh bambu bambu menjulang. Alunan musik tak ada lagi, juga tanganmu yang menggenggam tanganku untuk pertama kali.

Ternyata malam itu kita berada di tempat yang sama, hanya saja berbeda lokasi. Mungkin saja, Tuhan sengaja tak mempertemukan kita. Aku hanya bertemu dengan foto-foto hantu yang dipajang, barang-barang antik masa kecil, beberapa gantungan kunci dan asesoris lainnya, pulihan lukisan, puluhan kain batik, puluhan penjual makanan jaman dahulu, mungkin sekitar ratusan orang lalu lalang, pementasan ketoprak dan patung-patung. Patung, sepertimu, atau malah sepertiku. Yang hanya berdiam diri itu aku, dan yang tak punya hati, itu kamu. Sepakat?

Ini pasar kangen. Hey, apa kah kamu kangen sama aku?
apa kabar lukisan di belakang?

hiraukan manusianya, tatap bulan di atasnya.

cool mamen!

kasihan patungnya jadi korban

cantik ya, lukisan, Indonesia, dan perempuan

saranghae

crooot...