PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN METODE IODIMETRI

NAMA  : ELDESI MEDISA I.
NIM       : K 100110038

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN METODE IODIMETRI

                Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel  atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan adsorbs, dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu. Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C.
                Vitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang dapat ditemukan dalam berbagai buah-buahan dan sayuran. Vitamin C berwarna putih, berbentuk kristal senyawa oganik, dan dapat disintesis dari glukosa atau diekstrak dari sumber-sumber alam tertentu seperti jus jeruk. Vitamin pertama kali diisolasi dari air jeruk nipis oleh Gyorgy Szent tahun 1928. Vitamin C bertindak ampuh mengurangi oksigen, nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal. Vitamin C bekerja sinergis dengan tokoferol yang tidak dapat mengikat radikal lipofilik dalam area lipid membrane dan protein. Pengobatan dengan vitamin C dapat memulihkan kadar zat besi dalam tubuh.
                Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C diantaranya adalah metode spektrofotometri UV-Vis dan metode iodimetri. Metode Spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spectrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak digunakan di bidang analisis kimia sedangkan iodimetri merupakan metode yang sederhana dan mudah diterapkan dalam suatu penelitian.
                Titrasi iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi . iodimetri merupakan titrasi terhadap zat-zat reduktor yang dilakukan secara langsung. Titrasi iodimetri ini dapat dilakukan untuk menentukan kadar zat-zat oksidator  secara langsung, seperti kadar yang terdapat dalam serbuk vitamin C. Dalam bidang farmasi metode ini dapat juga digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang mengandung oksidator lainnya. Dari uraian di atas , penulis tertarik untuk membahas mengenai analisis kadar vitamin C dengan metode iodimetri.
Titrasi iodimetri merupakan titrasi redoks. Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan electron antara titran dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir. Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reuksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja.
                Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodide, ion titanium (III), ion besi (II), dan ion vanadium (II). Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri). Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metode penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar.
                Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodide, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titim ekuivalennya. Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari dua yaitu iodimetri metode langsung yaitu bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku iodium. Contohnya pada penetapan kadar asam askorbat yang akan kita bahas nanti. Yang kedua yaitu iodimetri metode residual (titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium  dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit.
Meskipun demikian, penggunaan indicator yang dapat merubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan. Penentuan jumlah vitamin C dapat dilakukan dengan metode titrasi iodimetri bipotentiometrik. Metode ini menghasilkan asam askorbat yang efisien dengan harga yang relative rendah dengan peralatan yang murah. Sedangkan jika analisis menggunakan spektrofotometri, vitamin C yang dihasilkan kurang layak, karena lebih mahal dan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode iodimetri dengan perbedaan yang signifikan dalam akurasinya.
                Prinsip dasar dari metode iodimetri ini adalah penambahan berlebih ion iodide ke dalam larutan kromium yang merupakan oksidator, kemudian ion kromium inilah yang mengoksidasi ion iodide menjadi iod, iod yang bebas kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. Iod selanjutnya akan mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetratiosianat.
                Bahan-bahan yang digunakan dalam titrasi iodimetri ini antara lain Vitamin C, larutan iodium, KI, larutan pati, dan air. Sedangkan alat yang dapat digunakan antara lain Erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, petridish, pipet ukur 100, batang pengaduk, timbangan analitik, buret, corong, pipet volume, statif dan klem, pemanas, stopwatch, dan botol semprot. Langkah-langkah yang dilakukan dalam titrasi iodimetri adalah melarutkan vitamin C dalam 100 mL air di dalam labu takar, kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam enam Erlenmeyer masing-masing sebanyak 5 mL, lalu dipanaskan pada suhu 40 derajat celcius dalam waktu 60 menit. Pemanasan dilakukan dengan suhu yang berbeda untuk setiap Erlenmeyer. Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan pati sebagai indikatornya hingga terbentuk warna biru sebagai tanda titik akhir titrasi. Metode ini dapat diulang dengan suhu dan konsentrasi asam askorbat yang berbeda.
                Metode titrasi langsung iodimetri dengan larutan standar iodium digunakan untuk menentukan vitamin C. Metode ini sangat efektif sebab vitamin C mudah teroksidasi dan iodium mudah berkurang. Untuk megurangi disipasi penguapan, iodium direaksikan dengan KI untuk membentuk ion tri iodide (I3-p). Standarisasi larutan iodium tidak memerlukan air, melainkan menggunakan pati indicator. Jika dalam suatu sampel obat mengandung vitamin C akan teroksidasi, iodium berkurang, dan laruan menjadi berwarna biru. Perubahan ini menjadi dasar terjadinya reaksi dan menunjukkan titik akhir titrasi. Dari titrasi ini, jumlah larutan iodium yang digunakan setara dengan konsentrasi asam askorbat I setiap 60 menit interval sampel.


*sebuah essay untuk memenuhi tugas 800 kata dari salah satu dosen analisis farmasi J