Perbandingan Tunggu



Hay, bagaimana rasanya menunggu? Menyebalkan bukan? Berapa lama kamu menungguku tadi? Kutaksir tak lebih dari sepuluh menit. Ya, SEPULUH menit. Dan kita berpapasan di jalan. Ternyata batas waktu menunggumu hanya segitu, bandingkan dengan aku. Yang sedari jam tujuh, ya jam TUJUH pagi tadi menunggumu!

Memang (agak) gak sopan. Aku bisa membayangkan kamu yang dengan dandanan seperti biasanya berdiri mematung di depan kosku. Eh ya, pikiranku malah melayang pada beberapa hari lalu juga mengetuk pintu kos mu tetapi kamu tak ada. Mungkin semacam itu.

Nah, apakah kamu kecewa? Aku rasa tidak. Hanya aku saja yang kecewa, mungkin karena aku terlalu banyak berharap, seperti postinganku sebelumnya. 

Kemudian datang lagi. Coba deh cermati baik-baik sebanding tidak semua ini. Hitung dari jam tujuh pagi tadi hingga jam enam sore. Dan kedatanganmu hanya sampai jam setengah tujuh. Setengah jam saja. ya, SETENGAH jam saja. besok deh kubuat film biar ngalahin SATU JAM SAJA itu menjadi SETENGAH JAM SAJA. Laku gak ya? pasti hanya orang gila yang mau menonton.

Yeah, setidaknya aku sudah merasa puas. Puas? Membiarkan seseorang yang harusnya dihormati karena usia di atas kita (aku tidak menyebutnya tua lho ya) menunggu di depan pintu yang membisu. Aku berdosa? Mungkin. Tak apa lah, setidaknya aku puas. Juga puas dengan sore ini. Hey, aku sudah tak lagi tergoda rayuanmu. Tinggal sisa-sisa saja. besok-besok segera beres semuanya. Aku janji deh.

Tahu saat-saat mengheningkan cipta? Ya, sama seperti kedatanganmu sore ini yang hanya diam sibuk dengan hape, kedatanganmu untukku atau untuk hape sebenarnya? 

Kecewa itu saat melihatmu yang sudah kabur dengan motor dan bertemu dipertigaan jalan. Padahal aku sebentar lagi sampai di kos. Alasanmu sih mau bertemu seseorang di kampusku. Whateverlah ya. Kecewa itu karena melihat ketidaksabaran menungguku yang hanya tinggal sebentar. Padahal dulu, duluuuu sekali aku begitu sabar ketika menantimu kembali bicara, kembali membalas smsku, kembali mengangkat telfonku, kembali membalas chatinganku dan sebaliknya. Ternyata usia saja tidak cukup. Banyaknya usia tak menjamin banyaknya kesabaran yang dimiliki.

Eh ya, makasih ya cokelatnya. Enak.

dok. istimewa