Baskin Robbins, Waralaba Es Krim yang Mendunia

Meskipun Ben & Jerry mungkin terkenal karena menciptakan es krim-es krim terkenal dengan nama-nama seperti Cherry Garcia, Wavy Gravy, dan Chunky Monkey, mereka bukanlah yang pertama membangun sebuah bisnis menyedok suguhan beku eksotis. Tanda kehormatan tersebut menjadi milik duo lain yang juga terkenal, Burt dan Irv – lebih dikenal sebagai Baskin dan Robbins. Ide visioner mereka dengan menawarkan rasa es krim berbeda setiap harinya di setiap bulan, bersama dengan sistem waralaba mereka yang unik, memberikan kelahiran kepada industri es krim modern dan memaku jalan untuk pembuat es krim superpremium yang akan datang seperti Ben & Jerry’s dan Haagen-Dazs.

Lahir di Tacoma, Washington, Irv Robbins mendapatkan pengalaman pertamanya di industri es krim bekerja di toko es krim dan susu ayahnya, dimana ia melihat bahwa orang-orang berkunjung ke tokonya tidak hanya untuk membeli es krim, tetapi juga lepas dari kesibukan dan rutinitas sehari-hari. “Itu tidak seperti mengadakan perjalanan ke apotik atau toko grosir,” Robbins mengingat. “Itu adalah pelayanan kecil, pantas, tetapi juga mengasyikkan.”

Mempercayai bahwa ada sebuah pasar untuk es krim di atas toko es krim ayahnya, Robbins bermain dengan sebuah ide bahwa ia bisa menawarkan makanan favorit bekunya melalui toko grosir dan ritel lainnya. Menyadari bahwa kebanyakan toko ritel tertarik untuk menjual banyak produk, baik apakah itu es krim, roti atau jamur, Robbins memutuskan untuk memberikan es krimnya sebuah pinggiran dengan berjaga di malam hari menyiapkan rasa-rasa yang luar dari kebiasaan dan tanda-tanda penarik perhatian. Tetapi selanjutnya tidak lagi menaruh sebuah tanda di toko grosir karena penjaja lainnya akan datang menurunkannya. Sebagai hasilnya, usaha awal Robbin ke dalam bisnis es krim cukup sukses.

Mimpi es krim Robbins tertahan oleh penghematan dalam militer sepanjang Perang Dunia II. Setelah kembali ke rumah dari perang, Robbins perlu untuk mencari pendana untuk mendukung istri dan anaknya. Selagi di militer, ia mendapatkan kesimpulan bahwa menawarkan produk-produknya melalui toko-toko ritel bukan ide terbaik untuk memasarkan es krimnya. Melainkan, ia memikirkan sebuah ide untuk membuka sebuah toko dimana orang akan datang untuk beristirahat dan menikmati es krim-es krim berasa eksotik, seperti yang mereka dapatkan di toko ayahnya.

Awalnya, ia ingin untuk membuka sebuah toko di kampung halamannya di Tacoma, tetapi tidak menemukan lokasi yang cocok. Sewaktu berlibur ke Los Angeles, selagi melewati jalan-jalan di Glendale, California, ia menemukan sebuah toko yang disewakan dengan setting yang tampaknya ideal untuk menikmati es krim. Maka dengan $3.000 yang ia simpan dari pembayaran militernya dan $3.000 dari sebuah polis asuransi, ia membuka toko pertamanya – Snowbird – pada 7 Desember 1945. Orang bergerombol ke stan kecil untuk menikmati es krim sampel 21 rasa berbeda, dan terdorong oleh kesuksesannya, Robbins dengan cepat menambahkan dua toko lagi.

Selagi Robbins menyiapkan dasar untuk apa yang akan menjadi rantai toko es krim paling dikenali di seluruh dunia, Burton Baskin membangun keahlian es krim sebagai Navy PX Operator di New Hebrides (sekarang Vanuatu, red). Setelah memperoleh sebuahfreezer es krim dari pegawai pesawat udara pengangkut suplai, pria muda Chicago yang giat ini mengaduk suguhan krim yang dibuat dari pulau-pulau Pasifik Selatan dengan berbagai buah tropikal dari sesama mantan rekan kerjanya. Selama masa perang, Baskin menikahi seorang wanita muda yang bernama Shirley, yang juga adalah saudari dari Irv Robbins.

Ketika Baskin kembali dari perang, Robbins ketika itu akan membuka tempat makan es krimnya yang keempat. Melainkan, ia menawarkan kepada saudara iparnya, mengatakan, “Ambillah dan lakukan hal yang sama yang saya lakukan.” Tetapi keduanya tidak bergabung. Itu pun bukan berarti keduanya berlawanan untuk menjadi rekan. Mereka hanya memperhatikan saran dari ayah Irv, Aaron. Tidak ada orang asing yang terlibat dalam bisnis es krim tersebut (ia memiliki sendiri tempat es krimnya selama hampir 20 tahun), Robbins senior memperingatkan: “Jika Anda menjadi rekanan, Anda akan mengkompromikan banyak sekali ide Anda sebagai usaha untuk tetap bersama.”

Saran itu terdengar benar, maka setelah mencoba ide-ide mereka sendiri selama setahun, kedua ipar tersebut siap untuk menjadi rekanan pada 1947. Persatuan itu harmonis dari awalnya karena kedua pria tersebut berbagi filosofi dasar marketing yang sama – untuk tidak menjual apapun kecuali es krim, dan dalam beragam rasa. Kunci dari strategi tersebut adalah menawarkan rasa-rasa eksotik. Pada saat itu, kebanyakan tempat makan es krim menawarkan sedikit pilihan rasa: coklat, vanilla, dan mungkin stroberi. Apa yang membedakan Baskin-Robbins dari kebanyakan adalah besarnya pilihan rasa.

Awalnya, harapan duo tersebut masihlah kecil, sangatlah ironis menyadari kesuksesan besar mereka. “Kami hanya menginginkan untuk membuat $75 per minggu. Dan kami menginginkan untuk menikmati kami melakukannya,” Robbins mengingat. “Tentu saja, ketika kami mencapai tujuan kami, kami meningkatkannya hingga $100, lalu $125 dan seterusnya.”

Pada 1948, mereka menyiapkan toko-toko mereka dengan gol lebih tinggi. Mereka sudah memiliki hampir selusin toko es krim dan ingin untuk membuka lebih banyak lagi di sepanjang Kalifornia Selatan. Hanya ada satu masalah – mereka tidak memiliki modal untuk memulai toko-toko baru tersebut. Makan alih-alih membuka toko mereka sendiri, mereka memutuskan untuk menjual toko-toko tersebut kepada manajer mereka, yang akhirnya menjadi waralaba tempat makan es krim pertama di Negeri tersebut. Di bawah perjanjian waralaba, perusahaan harus menyediakan es krim, perlengkapan merchandise dan iklan, selagi manajer-pemilik mengelola operasi sehari-hari di tokonya.

Dipicu oleh pemasukan kapital yang disediakan oleh rencana waralaba, rantai es krim tersebut meluas dengan cepat, bertumbuh dari 43 toko waralaba hingga akhir 1949. Pada 1953 Baskin dan Robbins datang dengan sebuah ide menawarkan 31 rasa berbeda – satu untuk setiap harinya sepanjang bulan. Sebagai tambahan, Baskin dan Robbins memutar campuran rasa eksotik yang mereka jual kepada waralaba mereka sehingga pilihan mereka dapat terus dirasa menarik oleh pelanggan mereka. Konsep yang didapat Baskin dan Robbins tersebut berlanjut digunakan untuk citra “31 rasa” .

Pada 1967, Baskin dan Robbins menjual kerajaan es krim mereka yang berjuang, dimana termasuk 500 toko, kepada United Fruit (sekarang United Brands,red) untuk sekitar $12 juta. Kurang dari enam bulan setelah perjanjian, Burton Baskin yang berusia 54 tahun meninggal secara tak terduga. Irv Robbins tetap bersama perusahaan hingga masa pensiunnya pada 1978. Sepanjang tahun itu saja, lebih dari 20 juta gallon dari es krimnya terjual pada lebih dari 2000 toko Baskin-Robbins di sepanjang Amerika Serikat, Kanada, Eropa, dan Jepang.

Sekarang, lebih dari setengah abad setelah Burt Baskin dan Irv Robbins datang dengan sebuah ide memiliki satu rasa untuk setiap harinya dalam satu bulan di sebuah satu toko es krim saja, Baskin-Robbins (sekarang sudah disubsidi penuh oleh Allied Domecq PLC) adalah rantai toko es krim terbesar di dunia, berkembang menjadi 4400 toko beroperasi di lebih dari 50 negara.


Sumber artikel: ciputraentrepreneurship.com dan redaksi