By: Nandang Burhanudin
*****
Tidak ada maksud mendewakan Presiden Moursi. Tidak ada pula mengkultuskannya. Anggota IM di Mesir, bahkan tidak ada yang melakukan cap jempol darah. Walau mereka siap mengorbankan nyawa, demi terjaganya Islam dari kejahilan musuhnya. Kebetulan kini yang menjadi episentrumnya adalah Presiden Moursi.
Setelah 6 hari kudeta, warga Mesir yang mendukung kudeta baru menyadari, betapa bernilainya sosok Presiden Moursi.
Setelah 6 hari kudeta, warga Mesir dihadapkan pada pemotongan anggaran untuk kesejahteraan dari 10% di era Mubarak kemudian ditingkatkan di era Moursi menjadi 15%, dan pasca kudeta dikembalikan ke 10%.
Setelah 6 hari kudeta, pabrik-pabrik roti yang memproduksi roti dengan kualitas buruk yang di era Moursi ditutup, kembali dibuka dan diizinkan beroperasi kembali oleh pemerintahan Adli Mansour.
Setelah 6 hari kudeta, proyek mercusuar Kanal Suez yang akan mendatangkan devisa lebih dari 100 milyar dollar dibatalkan. UAE kembali berpesta, karena saingan Port Dubai International tidak jadi dibangun. Israel pun bergembira, karena ancaman Kanal Suez baik secara ekonomi maupun militer tidak terjadi.
Setelah 6 hari kudeta, Moursi benar-benar menjadi tokoh yang menjadi buah bibir di seluruh dunia. Moursi dengan ketawadhuan dan kerendahan hatinya, membuktikan, 1 tahun ia berkuasa ia merelakan diri dicaci maki, dihina dina, dilecehkan, keluarganya dinistakan. Istana Ittihadiyah dilembar kotoran, telur busuk, hingga bom molotov. Media massa tiap hari menjungkirbalikkan fakta. Namun tak satu nyawa pun melayang. Tak satupun media yang ditutup. Tak satupun pelempar bom molotov yang dipenjarakan.
Bandingkan dengan kekuasaan Lentjen As-Sisi. 6 hari berkuasa, ratusan syahid, ribuan terluka, ribuan dipenjarakan, ekonomi morat-marit, bahkan media-media pendukung Moursi dibredel tidak boleh beroperasi.
Mungkin itulah kesalahan Moursi. Terlalu baik kepada orang-orang jahat. Terlalu sabar kepada aparat-aparat laknat. Terlalu membuka diri kepada jiwa-jiwa dengki. Terlalu husnuzhan kepada para pelaknat.
Tapi Moursi tengah mencatatkan diri dalam sejarah. Bukan dengan puluhan buku. Bukan pula dengan jargon-jargon beku. Bukan dengan propaganda semu. Bukan dengan lontaran dalil yang bikin kelu. Tapi dengan pengorbanan: tak pernah menerima gaji, tak menikmati fasilitas negara, tak menerima hak privilage bagi keluarga. Serius bekerja. Ikhlas berkarya. Tulus mengabdi kepada negara.
Selamat DR. Muhammad Moursi Al-Hafizh. Anda akan ditulis sejarah sebagai manusia setengah dewa!
Bandung; 21:01; 10/07/13 [PIYUNGAN]