Obat Kecewa



Kecewa gak sih, udah preparemau pergi ke Semarang ternyata gak jadi. Eaahhh. Begini kronologinya.
Pulang dari suatu acara yang sudah dinantikan lama, namun eksekusinya agak mengecewakan tapi pake banget. Nah dijalan itu handphone bunyi terus. Mau angkat ya gimna, orang di jalan. Otw mau beli sate soalnya gak sempat makan, atau emang tak menyempatkan diri untuk makan. Ya, seperti itu. Sms masuk, intinya suruh angkat telephon. Udah gitu bla bla bla, intinya jam 8 malam dijemput untuk ikut ke Semarang. Pulanglah.

Buka lemari, siapin tas, baju, alat mandi, sampai pada galau mau bawa laptop atau gak. Tik tok tik tok, di hadapan sudah ada dua tas. Siap dicangklong deh. Jam delapan yang dijanjikan itu sudah setengah jam lalu terlewat. Kemudian setengah jam lagi. puncaknya telephon masuk kembali yang intinya tentang pembatalan. Hahahahha, padahal udah rapi jali gituuuu. Oke, mungkin lain kali. Bukankah lebaran nanti juga akan mengunjungi Semarang? Nah, sampai jumpa di sana lebaran nanti.

Mungkin, kalau jadi pergi, sekarang aku tidak sedang berhadapan dengan pacarku ini. Dan yang jelas baju yang banyak itu berlum tertata rapi di lemari. Juga, gak akan main ke tempat kenangan ketika masa SD. Ya, Kebun binatang Gembira Loka.

Iseng-iseng sih. Habis dari kampus 1 bingung mau apa. Lagi puasa, jadi mau nongkrong ya ngapain. Akhirnya tercetuslah ide buat ke Gembira Loka. Mengunjungi kawan-kawan kata Destiana Rahmawati sepupuku itu. tak perlu banyak rencana, asalkan mau untuk menuju ke sana. Bukankah dulu, dulu sekali tak hanya sekali dua kali merencanakansesuatu namun pada akhirnya tak terlaksana. Itu rasanya SAKIT!
Keliling-keliling mengitari seantero sudut. Ternyata ada embak-embak yang ngasih karcis itu juga ngasih peta. Dan kami yang tak peka. Sehingga peta itu tertutup rapat di dalam tasku. Aku tahu itu peta pas udah sampe rumah dan membukanya. Aduuh parah.

Melihat hewan-hewan dan tak ketinggalan adalah foto-foto. Sebelumnya, foto itu sudah ku unggah.
Ada telephon masuk ketika menyambangi akuarium berisi ikan. Kenapa ya mesti ada air dan ada ikan. Setidaknya janjiku kemarin, pada hari ini aku tepati. Bukan karena tak punya hati, namun ini caranya menetralkan hati.

Sebenarnya aku ini siapa? Kadang bingung juga. Mungkin gini, aku memandangmu itu yang dulu masih menyenangkan. Ketika sudah tidak lagi, aku tak mau mengakui. Sejenis itu, mungkin. 

“Kami itu dulu jatuh cinta telalu labil. Keduanya. Sampai-sampai setiap malam selalu pergi berdua.”

“Hm, gitu ya. kami bukan hanya setiap malam. Tapi selama dua bulan penuh.”

Nah, jika bisa dan semoga bisa. Aku akan mencukupkannya. Karena sungguh malang bagi orang-orang yang ternyata sudah tak dipentingkan di hadapan orang banyak. Malu kah? Silakan jawab sendiri. Jika kehadiranku itu membuat malu, ataupun mengusik, sebaiknya aku tak menampakkan diri. Sebuah kesalahan yang masih menanggapi kedatanganmu. Mementingkanmu di tataran apapun paling atas. Dan masih menganggap teristimewa. 

Malukah dengan diriku yang hanya seperti ini? Sehingga tak sepicing pun matamu memandang. Kamu tahu bagaimana rasanya? Sungguh, ah... sampai-sampai ada sungai di pipiku karena mata yang berkeringat mengingat itu. Sudahlah. Kucukupkan.