PULVIS (laporan resmi)

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASETIKA I



IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Eldesi Medisa I.
Nim : K 100 110 038
Kelas : B
Kelompok : B 4



LABORATORIUM FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011  

PULVIS

       I.            Dasar Teori
-          Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak no. 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk mengandung lemak harus diayak dengan pengayak no. 44. (Anonim, 1979)
-          Serbuk (pulvis) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar karena memiliki luas permukaan yang luas, serbuk mudah terdispersi dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tabet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. (Anonim, 1995)
-          Kelebihan serbuk :
1.      Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si penderita
2.      Lebih stabil terutama untuk obat yang sesuai dengan keadaan penderita
3.      Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna disbanding sediaan padat lainnya
4.      Cocok digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet
5.      Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
-          Kelemahan serbuk :
1.      Tidak tertutupnya rasa tidak enak seperti pahit, sepat, lengket di lidah (bisa di atasi dengan corrigens saporis)
2.      Pada penyimpanan menjadi lembab
-          Cara mencampur serbuk :
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1.      Bentuk kristal/bongkahan digerus halus terlebih dahulu
2.      Obat keras dan jumlahnya sedikit dicampur zat tambahan dalam mortir.
3.      Obat berlainan warna diaduk bersama agar tampak serbuk merata
4.      Obat yang jumlahnya lebih sedikit dimasukkan terlebih dahulu
5.      Obat volume kecil dimasukkan terlebih dahulu. (Anonim, 2007)
-          Serbuk oral tidak terbagi,
Pada serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relative tidak paten seperti laksan, antasida, makanan diet, dan beberapa analgetik tertentu sehingga pasien dapat menakar secara aman dengan sendok the atau penakar lain.
-          Serbuk tabur
Pada umumnya serbuk tabor harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian peka. Talk, kaolin, bahan mineral lainnya yang digunakan untuk serbuk tabor memenuhi syarat bebas bakteri Clostridium tetami, Clostridium welchii, dan Bacillus anthracis.
-          Serbuk dengan champora
Champora sangat mudah menggumpal lagi, untuk mencegahnya dikerjakan dengan eter atau etanol 95% (unuk obat y dikeringkan dengan zat). Cara ini pun harus hati-hati karena terlalu lama menggerus  atau dengan sedikit ditekan waktu menggerus akan menggumpalkan kembali campuran tersebut.
-          Serbuk dengan bahan setengah padat
Biasanya terdapat pada bedak tabur. Yang termasuk bahan setengah padat adalah adeps lanae, cera flava, cera alba, paraffin padat, vaselin kuning, dan vaselin putih. Dalam jumlah besar sebaiknya dilebur dulu di atas tangas air baru dicampur zat tambahan. Dalam jumlah sedikit digerus dengan penambahan aceton dan eter, baru ditambah zat tambahan.
Aturan pembuatan serbuk tabur :
a.      Serbuk tabur tanpa mengandung zat berlemak diayak dengan pengayak no. 60
b.      Serbuk tabur yang mengandung zat berlemak diayak dengan ayakan no. 44.
c.       Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal di ayakan diayak lagi sampai selurihnya terayak.
Bagian zat berlemak dibasahi lagi dengan eterlalu diaduk dengan serbuk yang telah terayak. Juga untuk serbuk yang mengandung ichtyol diakukan seperti tersebut di atas. (Anief, Moh., 1997)

    II.            Resep
Iter 1x
R/
Ichtyol                                    0,5
         
Bolus Alba                            2,5
Talk Venetum ad                 15
m.f.pulv
S.u.e.
Pro: Fajar

 III.            Analisis Resep
1.      Ichtyol (FI III, hal. 303)
Pemerian : cairan kental, hampir hitam, bau khas.
Kelarutan : dapat dicampur dengan air, dengan gliserol P, dengan minyak lemak, dan dengan lemak, larut sebagian dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.
Khasiat : antiseptikum ekstern.
2.      Bolus Alba (FI III, hal. 335)
Pemerian : serbuk ringan, putih, bebas dari butiran kasar, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, licin.
Khasiat : sebagai penyerap.
3.      Talk Venetum (FI III, hal. 591)
Pemerian : serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih, atau putih kelabu.
Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Khasiat : zat tambahan.

 IV.            Penimbangan Bahan
Ichtyol                        = 0,5 g + 10 % = 0,05 + 10 % = 0,55 g
Bolus alba                 = 2,5 g × 10% = 0,25 + 10% = 2,75 g
Talk venetum           = 15  × 10/100 = 1,5
                                    = 15 + 1,5 = 16,5
Talk                            = 16,5 – (0,55 + 2,75)
                                    = 12,14 g

    V.            Cara Kerja
Diletakkan ichtyol pada mortir kemudian diteteskan spiritus fortior
Dikeringkan dengan sebagian talk venetum
Diaduk hingga kering dan homogen
Ditambahkan bolus alba dan sisa talk
Diaduk hingga merata
Diayak dengan pengayak no. 100
Diletakkan ke dalam wadah dan diberi etiket

 VI.            Etiket

VII.            Copy Resep


VIII.            Pembahasan
Dalam resep ini dokter meminta sediaan serbuk tabur yaitu campuran kering dalam obat yang diserbukkan dan tidak dibolehkan digunakan untuk luka yang terbuka.
Dalam resep ini berisis ichtyol, bolus alba, talk venetum. Ichtyol pada mortir ditetesi terlebih dahulu oleh spiritus fortiori kemudian dikeringkan dengan talk venetum sebagian.
Ichtyol berkhasiat sebagai antiseptikum ekstern sedangkan bolus alba berkhasiat sebagai penyerap.
Resep ini diberikan kepada Fajar dan obat ini digunakan untuk pemakaian luar dan diberi etiket berwarna biru.

  IX.            Kesimpulan
1.      Obat ini digunakan sebagai obat gatal
2.      Pemakaian pada aderah kulit yang gatal
3.      Obat ini diberi etiket berwarna biru karena untuk pemakaian untuk obat luar
4.      Dalam resep ditulis iter 1x berarti pasien berhak mengambil resep tersebut sebanya 2 kali.

     X.            Pustaka
Anief, Moh. 1997, Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 2007, Ilmu Resep Jilid I, Depkes RI, Jakarta