Purnama



 
dok. google
Pernah gak merasakan kaget yang luar biasa? Yang tiba-tiba membuat senyum menjadi terpaksa sambil bertanya-tanya. Siapa ya kira-kira? Nah, siang tadi aku merasakan itu.

“Dia membawa perempuan, tapi kami tak tahu itu siapa.”

Lekas pikiran ini langsung melayang pada sebuah baju dan tiga buah buku. Jika bisa terbang pun akan aku antar langsung ke rumahnya sehingga tak ada lagi apapun yang tersisa. 

“Aku sengaja meninggalkan barang-barang itu?”

Dan yang tak aku lisankan adalah aku meninggalkan bukan hanya separuh hatiku, namun seluruh hatiku. Ah, aku yakin kamu tahu, hanya tak mau tahu. Mungkin seperti itu.

“Kamu pasih ingat purnama bulan lalu? Ketika kita juga sedang berdua, dan malam ini kita kembali berdua. Ah, aku suka sekali purnama.”

“Ya, teriakanmu membuatku kaget. Aku kira ada apa gitu.”

“Kamu tahu Wi, orang yang gonta ganti pacar itu tandanya tidak bersyukur. Dan itu akan terus berulang, karena sering membandingkan kelebihan dan kekurangan yang ada pada pacar sebelumnya.”

“Iya sih.”

“Dan kamu tahu mengapa sepasang kekasih itu disebut belahan jiwa? Karena sebenarnya mereka itu satu. Tak melihat dari kondisi keluarga yang seperti apa, kekurangan juga kelebihan. Nah, makanya juga biasanya mereka itu mirip karena berasal dari otot yang sama.”

“Iya juga sih. Eh, pernah gak ya, dia merasakan sakit seperti yang aku rasakan sekarang ini? Mungkin aku dulu pernah membuat sakit seseorang begini juga. Dan kapan orang yang membuat aku sakit ini akan mendapat pembalasan seperti yang aku rasakan sekarang?”

“Hah, itu aku pernah bertanya. Tapi implisit gitu biar tak ketahuan. Ha ha ha.”

“Eh, kaligrafi itu bacanya apa sih.”

“Kita ngomongin apa sih?”

“Hahhaha, terus gimana?”

“Hidup itu terus berjalan. Yang sudah ya sudah, nyari lagi. kalau ingat tentang kamu, berarti pas senengnya sama kamu, pas kamu yang ngeselin, kalau ingat yang lain ya tentang yang lain itu.”

“Sederhana sekali mengingat pasangan.”

“Mungkin kita juga harus belajar seperti itu.”

Life is never flat kata iklan Chitato,”

“Aduh makin ngawur kamu.”

Dering telefon membuat lupa bacaan kaligrafi di depan sebuah masjid. Aku ingat, dulu pernah membatin ingin sholat di dalamnya. Dan hari ini terlunaskan.

“Besok aku bisa antar, malamnya ada acara lagi sampai larut.”

Dan malam semakin hening. Di langit purnama sudah tak seindah tadi ketika masih di bawah dan sangat besar. Mungkin seperti hubungan kita, yang sudah tak seindah dulu. Sekarang, melihat purnama dari sini yang semakin mengecil. Seperti melihat kadar cinta yang tersisa memang sudah berkurang dan harus diakui. Akan kudamparkan kemana hati ini selanjutnya?