Hari 1 #P2KUAD2013



Selamat datang bulan September, selamat datang rejeki yang tak terduga, selamat datang (mungkin) jodoh yang segera...

Hari pertama di #P2KUAD2013

Rasanya gak nyangka banget ditunjuk menjadi salah satu reporter untuk buletin tahunan kegiatan P2K (Program Pengenalan Kampus) atau lebih gampangnya adalah Ospek. Merasakan aura orange yang ngejreng memenuhi gedung Sasana Among Raga itu senang sekali. Seperti de javu dua tahun lalu ketika jadi panitia juga. 

Jepret sana-jepret sini. Yang akhirnya pegang kamera DSLR yang aku idam-idamkan. Bolehlah hari ini pegang kamera orang, nanti giliran pegang kamera sendiri. Amiin...

Kegiatan langsung menfoto Prof.Dr.H. Amien Rais yang diwawancarai sama mas Iqbal H Saputra. Baru tahu kalau Mas Iqbal ini juga gugupan orangnya. Apa lgi aku ya? hohoho... setelah itu nyari sesuatu yang unik dan aneh, wawancara, buat berita dan akhirnya mendarat di layout. Intinya hari ini menyenangkan. Seperti istilah naik jabatan dari reporter kelas prodi menjadi reporter kelas kampus. Terima kasih yaa Allah untuk semuanya ini.

Dan, ketika dengan diam-diam menyempatkan berkencan dengan my-Es. Ada sms dari adik kelas yang memberikan kabar gembira yang dinantikan seantero mahasiswa UAD. Hahah lebay pakai banget... Ya, pengumuman beasiswa. Langsung saja, sore itu my-Es menjadi tak menarik. Ingin segera menuntaskan dan menuju ATM terdekat. Cek saldo apakah bertambah. Dan hasilnya alhamdulilah...

“Kalau dapat nanti aku ditraktir es teh ya dek.”

“Siap mas.”

Jadi kapan mas kita minum es teh? Hahhaha, dan romansa naik motor pitung yang akan kami lalui seminggu ini. Ah, mengingatkan aku dengan pahlawanku di rumah sana yang juga menggunakan pitung, warna merah juga. Bapak, anakmu ini dapat beasiswa. Tak perlu khawatir lagi biaya wisuda. Allah telah memberi jalan. Terima kasih untuk doa-doany.

“Kamu lebih memilih jeruk atau alpukat?”

Aku lupa bagaimana persisnya ucapan tentang filosofi siang tadi. Intinya kau masih memilih jeruk, berarti aku lebih memilih untuk disakiti? Hahhaha... kecut!

“Semua itu pilihan, seperti aku yang selalu memaafkan kamu dan kamu di dalam hidupku. Aku tak pernah perduli tentang kesakitan apa yang kamu rajamkan di sini. Yang jelas, aku selalu memaafkanmu, selalu menerimamu kembali. Aku tak akan lelah.”

“Dan, untuk kamu dan kamu yang sama saja sering datang dan pergi.”