Konfirmasi (yang) Tak Penting



Aku bekum sempat menceritakan kejadian rasulan kemarin hari jumat. Nantilah kapan-kapan, bukan sekarang. Kondisi badan lagi gak mendukung banget. Yang jelas ada kesalah pahaman. Kenapa? Aku dapat bocoran sih. Kurang lebih seperti ini percakapannya.

“Tulis di google namaku, nanti bakalan masuk ke blognya tiwi.”

“Iya, kayaknya dia cinta mampus deh sama kamu **** (nama seseorang).”

Selanjutnya ada jalanan penuh pohon jati tinggi. Aku membayangkanmu. Ketika kita meramu rindu. Meneguknya lewat bibir. Hahahaha, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Sudah berapa lama?

Siangnya dalam lelap kamu mengunjungi. Membagi rindu yang kukatakan tadi telah kita ramu sejak lama. Aku terjaga, kecewa ternyata tak ada siapa-siapa.

Itu postinganku. Hey, kamu yang mungkin juga sedang membaca, tulisan yang atas memang buat kamu (yang di postingan ini tidak aku cantumkan). Tapi tulisan itu tadi (yang warna merah) bukan buat kamu... hadeh! Pait pait...

Juga postingan ini 

Tuinggg, ada sms masuk. Aku membaca pengirimnya saja sudah berdebar. Ada apa? Katamu kamis berkunjung dan kembali hanya menemukan sebuah pintu. Aku masih di rumah. Mungkin ini caraku mengulur waktu untuk melepaskan. Tiga hari lagi, ya tiga hari lagi. aku menuliskan ini dengan bergetar. Tak tahu bagaimana perasaan hatiku.

Aku mencintaimu, kamu pasti tahu. Belum genap setahun akankah aku merasakan sakit itu lagi. namun ini sedikit berbeda dulu aku rela melepas, sedang sekarang aku masih gamang. Aku sungguh tak tahu. Pernah ingin melepaskan, namun ternyata kamu tetap bersemayam di hatiku. Aku tak muluk, walau ada yang berkata mungkin ada Miracle, aku tetap kukuh itu Imposible.

Mungkin, memang bukan kamu
Mungkin ada orang lain lagi
Mungkin hanya sampai di sini
Mungkin aku mulai menangis

Bukankah hidup itu mencari, itu kataku dulu. Tapi aku sekarang sedang enggan mencari. Aku berkukuh bahwa aku telah menemukan namun jika melepaskan adalah hak terbaik. Ya, mungkin saja. Mungkin.
Mengulur waktu, tak mau hari itu datang, aku memang tak terlalu nyaman, aku tak mau hari itu datang, aku tak mau...

Juga bukan buat kamu ya Al.

Hm, malah meh mewek meneh. Ternyata patah hati itu mempengaruhi kekuatan dalam kata-kata? Percaya? Buktinya dari kebanyakan lagu jatuh cinta, lebih laris manis lagu patah hati. Ha ha ha so? Aku sedang menata hati. Menyusunnya menjadi tembok yang kokoh. Walau kamu (bukan Al) tiba-tiba datang dan pergi lagi aku sudah tak banyak perduli. Salam teman kakak yang masih memperlakukan spesial? Kapan kita akan berhenti? Ataukah kita yang sama masih menikmati? Hey, apakah kamu juga salah satu yang membaca tulisanku ini?

Ora urusan!