Pulang...



Selamat malam, entah lembar ke berapa ini. Mulai lagi revisi. Semangat terus pokoknya...

Salah memilih pasangan buat partner nulis kayaknya. Ternyata kutup kita itu tolak menolak. Ngalor ngidul nggak jelas. Setelah karya kita berada dalam satu buku, inginku tulisan kita berada dalam satu naskah. Ya, ini perjuangan namanya. Semoga jumat nanti kita sudah mendapatkan hasil yang memuaskan. Amiin...

Juga entah lembar ke berapa. Selalu kamu, kamu dan kamu akhir-akhir ini. Melupakan September tahun lalu. Ke Makassar dan hubungan yang tak jelas rimbanya. Malas pakai banget deh. Mending bicara tentang kamu.

Selamat malam, bagaimana tidurmu? 

Pulanglah engkau kekasih/ ke dalam rumah jiwaku/ yang kosong/ pulanglah sebelum malam/ kedua tiba/ pulanglah sebelum jalan sunyi/ aku gelisah menantimu/ mengapa engkau tak muncul di balik pintu/ atau menyelinap dari jendela/ menghapus jejak air di kaca/ sehabis hujan semalam/ tubuhku dingin dirayap sepi/ mengapa engkau biarkan aku sendiri/ kuinginkan nyala api yang membakar jiwa membeku/ kita masuki menyapu kenangan yang pernah singgah/ dan kau tak pernah tahu aku selalu memaafkanmu.

Pulanglah, pintu ini selalu terbuka. Aku yakin kau tak lupa jalan untuk kembali memasukinya. 
Pulanglah kekasih...

NB: Sory Mas, aku njilih puisimu nggo mengungkapkan perasaan ke orang lain