Minggu pagi yang tak biasanya. Datang lagi naik ke lantai empat itu untuk ikut pelatihan jurnalistik. Seneng banget rasanya... ketemu temen-temen lama dan pembicara dalam acara itu juga bagus. Eh, kerja sama sih, jadi enak gitu bayarnya bisa patungan.
“PHP itu sebenarnya terletak pada diri kita sendiri, bukan ‘orang lain’ yang kita sebut memberi harapan, jadi jangan banyak berharap deh.”
“Banyaknya kadar berharap itu berbanding lurus dengan banyaknya mengunduh kekecewaan.”
Sepertinya harus mengusung episode cinta yang baru. Tidak melulu itu itu saja.
Seperti halnya pagi ini, beharap menemukan sebuah tangan untuk bersalaman dengan mesra. Kemudian cerita ini itu banyak hal. Kemudian kecewakah? Tidak juga. Ada si anu dan di itu. ngobrol ngalor-ngidul sama beberapa orang.
Melihat tiga orang dengan kacamata. Kacamata yang satu, hahahhaha teringat kegilaan masa dulu yang aduhai itu. Sekarang wajahmu terlihat menua teman, apakah ‘hidup’ yang sebenarnya itu amatlah berat? Tapi kenakalan yang masih sama. Dengan watak yang sama juga. Duh, memang, tak bisa hidupku ini disandingkan dengan pemikiranmu yang aku pun tak telalu suka. Mulai tadi aku juga baru sadar, agak bodoh untuk mencintaimu.
“Kapan nikah?”
“Nunggu kamu”
Langsung deh pengen baca ayat kursi, kalau nggak mempan banting sekalian kursi di samping ini!
Kacamata yang satu ini kenapa foto mepet-mepet coba? Kenapa membicarakan jodoh seolah pasanganmu sekarang ‘masa aktifnya’ hanya sementara. Duh kasihan sekali ya. dan teka-teki omongan kalian berdua bikin aku pusing tau. Mungkin karena kalian sudah kerja dan saya masih santai-santai saja gitu. Sepertinya teman di sampingmu itu sudah terlalu banyak mendengar cerita tentang kita berdua yang ‘usai tak termulai’ itu deh.
“Orang Gunung Kidul nyari suami jangan dari tempat yang sama. Biar kalau nggak ada air nanti bisa ngambil dari daerah suaminya. Ha ha ha.”
Mungkin orang itu KAMU!
Kacamata satu lagi. Duh, kenapa kamu itu brondong? Em, mungkin episode cinta selanjutnya mencari seseorang yang ‘wangun’ seperti kamu itu. Walau itu bukan kamu ya. Soalnya tadi habis ngomong sama temenku, dia suka sama kamu. Kayak orang begok, ngobrolin cowok yang disuka tapi barengan. Arrgggghh!
Tidur, mimpi! Banyak banget mimpi aneh. Ujian pendadaran yang nggka bisa jawab pertanyaan. Yang ujian tapi ruangannya rame banget, yang jawab soal pendadaran masuk akal banget dan ada dua orang tak terduga yang datang dalam ujian itu. Siapa ya? kok yang satu lupa. Harus ya, tidur lagi buat mengulang mimpi. Emang bisa? Nggak kan?
“Kok dia nggak datang.”
“Ke Jakarta, kerja dia.”
Kenapa ya, om itu nggak tanya langsung sama aku. Secara tidak langsung aku mendengar sih, ternyata orang itu belum pulang. Kecewa? Nggak sih, tapi kecewa banget! Ha ha ha...
Bertemu dengan orang-orang yang ‘aduh’. Ketika lirikan mata itu, dan ketahuan orang yang nyelebin banget! Atau hari ini aku yang terlalu membenci. Menganggap sebuah gurauan semacam injakan harga diri?
Sebenarnya siapa yang bersikap seperti anak kecil He? Belum lagi tanggungan cerita yang menggantung dan akhirnya tak selesai. Deadline BESOK woi! Aku males sama kamu!
“Dia udah ngajar, kok sekarang terlihat tua ya.”
Yelah, kenapa setiap sudut orang-orang udah pada kerja sih? Aku kan belum!
Yang jelas, untunglah jika kita sekarang hanya terpisah pada jarak. Setidaknya kita masih dalam tanah yang sama, pulau yang sama hanya saja kota yang berbeda. Ataukah memang sudah kau urungkan niatan untuk kembali ke tanah seberang lautan sana? Ataukah itu hanya alasan untuk saling melepaskan?