Misalnya ada sebuah perhatian JANGAN MASUK KE LUBANG BUAYA. Namun malam memilih dengan iklas menceburkan diri? Iku apa arane ya sedulur? B-O-D-O-H! Tapi cinta tidak mengenal kata bodoh lho, sekalipun itu memasuki lubang buaya. Yang setuju angat tangan deh. Eh jangan tinggi-tinggi bau keteksss.
“Aku bukan seperti yang kamu kenal dulu. Aku itu jahat. Aku takut nggak bisa bahagiain kamu, aku takut bikin kamu kecewa. Ini peringatan dari aku. Jangan dekati aku, aku takut nanti aku khilaf.”
“Oh,”
“Jadi bagaimana? Menjauhlah. Aku bukan lelaki baik-baik.”
“Sepertinya aku memilih untuk mendekat.”
Jegler! Terdengar agak bodoh mungkin. Tapi aku menyukaimu. Mau gimana donk, eh ini sudah lewat setengah bulan kita tak komunikasi lagi. Di telan bumi-kah? Tersesat di rimba Alam raya? Yelah, apa kabar kamu?
***
Malam-malam menuju tempat dengand ataran tinggi kemudian meluncur lagi ke bawah. Di seberang jalan ada sebuah tempat yang menyimpan kenangan, tapi bukan kenangan denganmu. Kenapa harus pas sekali pikirku. Haruskah seperti ini? Kamu pasti juga mengingatnya. Itu kebodohan yang aku sesali, tapi mencintaimu tidak sedikitpun aku sesali. Mungkin nanti jika kapan-kapan kita dipertemukan akan menjelaskan semua bahwa kita sudah tidak ada apa-apa. Tidak ada lagi yang perlu diulangi. Apapun itu.
Arrrgggg! Itu tuh, sambil melirik tulisan ‘Anugrah’.