Cinta Segi Banyak



Aku punya teman. A dan B dalam satu kos. Eh ternyata si C itu suka sama B, nah anehnya si A malah suka sama si C dan si B malah dukung hubungan mereka. Padahal jika melihat ke belakang, si B pernah jatuh cinta dengan C. Mungkin ini yang dinamakan nggak enak lantaran temennya suka dengan mantan gebetan. Dan yang lebih miris lagi sekarang si B itu udah punya pacar, yaitu si D. Kasihan si C yah. Aku di sini sebagai si Z a.k.a Zok tau.
***
Makrab again. Setiap datang makrab selalu dengan pasangan yang berbeda. Kaos hijau dulu. Bukan masalahku, karena masih baik-baik saja. Menyaksikan kuncup cinta yang mulai mekar dari sepasang manusia. Aku mau saja ini itu berdua, karena tak tau sekarang akan terjadi seperti ini, terjadi sebaliknya. Pulang di selingi cerita kesedihan karena putusnya seseorang. Sakit yang masih mendaging. Sampai pulang nyasar melewati kampus Amikom. Modus?

Makrab kaos biru. Ketika semua menjadi bolak-balik. Kuncup yang kukira mekar dulu gugur, berganti dengan yang lain. Pertukaran yang membuat makan tak bisa ditelan. Dan pamer kemesraan dari berbagai kubu. Setiap ada celah. Aku kalah karena ilegal, tapi aku menang karena saat itu aku mempunyai dua sedang kamu hanya satu. Sepertinya menjelang tiga malah. Sebelum malam-malam lewat celah kamar mandi dengan lampu padam kudengarkan pembicaraan dengan calon mertua tapi gagal. Mungkin. 

Makrab tahun ini dengan kaos putih. Aku membawa yang lainnya. Ilegal dan hanya satu.

***
Acara nyasar sampai hujan satu-satu. Akhirnya bertemu. Bertemu dengan yang lain, kemudian kasak kusuk gosip baru. Jelas aku diam, karena obyek itu adalah aku. 

“Wah, kan kamu dulu udah hampir to. Kamu juga mas. Apa sekarang kalian berdua?”

“Biarin undangannya dilihat, buat referensi.”

Brak! Banting dan marah! Heh pak tua, lagakmu sungguh-sungguh!

Sore sebelum itu menemui tempat romantis baru, sholat berjamaah. Malam-malam seteh mendengarkan curhatan seorang perempuan yang terdampar karena pertarungan dua kubu, kami sholat.

“Eh, kan sholat isya, kok nggak ‘bunyi’ bacaannya.”

Kamu pernah merasakan diimami oleh orang yang mulai mencintaimu (sedang kamu tak tau)?

Aku dulu pernah merasakan senang karena diimami oleh orang yang sangat aku sayangi dan menyayangiku. Tapi itu dulu. Sebelum banyak kejadian menyebalkan. 

Sesungguhnya, lebih baik mana; mencintai atau dicintai? Kalau boleh, aku memilih saling mencintai.
***

“Kamu kenapa ndull?”

“Binggung nih.”

“Kalau aku jadi si N, kemudian menambah opsi A, B, C, D, dan Z. Apakah kamu mau memilihku?"