Di cintai Sang Maha Pemilik Cinta adalah segalanya.
Memaknai cinta secara luas adalah suatu sikap yang sangat arif dan bijak.
Sudah pasti setiap orang pasti ingin mendapatkan cinta Allah . Namun bagaimanakah cara untuk mendapatkan cinta tersebut? Ibnul Qayyim Rahimahullah menyebutkan beberapa hal untuk menerangkan maksud perkara tersebut dalam kitab beliau Madarijus Salikin , tahap-tahap menuju wahana cinta kepada Sang Maha Pemilik Cinta adalah seperti berikut
Membaca Al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar.
Cara Mendapatkan Cinta Allah | tips meraih cinta allah | cara menjadi wali allah | cinta allah swt | amalan wali allahMembaca Al-Qur’an Itu tidak lain adalah renungan seorang hamba Allah yang hafal dan mampu menjelaskan al-Qur’an agar difahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah SWT. Al-Qur’an merupakan kemuliaan bagi manusia yang tidak boleh ditandingi dengan kemuliaan apapun. Ibnu Sholah mengatakan
“Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas makhluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan seperti itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.
Perkara ini boleh dilakukan umpama seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku. (Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al Qur’an)
Mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunat, setelah mengerjakan ibadah-ibadah wajib.
Tiada cara mendekat (taqarrub) seorang hamba yang lebih Ku-cintai melainkan dengan menunaikan fardhu yang telah Ku-tetapkan. Namun hamba-Ku senantiasa lebih berusaha mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan yang nawafil (sunnah) , sampai Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang dengan itu ia mendengar, penglihatannya yang dengan itu ia melihat, tangannya yang dengan itu ia memukul, kakinya yang dengan itu ia berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku sungguh akan Ku-karuniakan kepadanya, dan jika ia memohon perlindungan-Ku, Aku akan melindunginya. Dan Aku tidak pernah ragu-ragu pada sesuatupun di saat Aku akan melakukannya seperti ragu-Ku untuk mengambil jiwa seorang mukmin yang enggan mati, sedangkan Aku tidak suka mengganggunya.(HQR. Bukhari).
Terus-menerus mengingat Allah (zikir) dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya.
Kadar kecintaan seseorang terhadap Allah bergantung kepada kadar zikirnya kepada-Nya. Zikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:“Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berzikir) kepadaKu”.Ingatlah, kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar dengan keadaan zikir kepada-Nya.
"Allâh Subhana wa Ta'ala berfirman:
Aku sampaikan kepada hamba-Ku yang mengharapkan Aku, Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam hatinya, Aku akan mengingat dia dalam hati-Ku, dan jika dia mengingat Aku dalam suatu majelis, Aku menyebut dia dalam majelis yang lebih baik daripada itu ... " (HQR. Bukhari dan Muslim).
Allâh Yang Maha Tinggi berfirman (Dalam hadits Qudsi): “Aku terserah persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya (memberi rahmat dan membelanya) bila dia menyebut nama-Ku. Bila dia menyebut nama-Ku dalam dirinya, aku menyebut namanya pada diri-Ku. Bila dia menyebut nama-Ku dalam perkumpulan orang banyak, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih banyak dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal (dengan melakukan amal shalih atau berkata baik), maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Bila dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat (lari)”. (HR. Bukhari: 8/171 dan Muslim: 4/2061, lafadz hadits ini dalam shahih Bukhari).
Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri walaupun dikuasai hawa nafsunya.
Melebihkan cinta kepada Allah daripada cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Ertinya ia rela mencintai Allah meskipun berisiko tidak dicintai oleh makhluk dan harus menempuh berbagai kesulitan. Inilah darjat para Nabi, diatas itu darjat para Rasul dan diatasnya lagi darjat para rasul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah darjat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab baginda mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.
Merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah.
Begitu pula hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa mengenal Allah dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Allah. Oleh karena itu, mu’athilah, fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah terputus (kerana mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).
Memerhatikan kebaikan, nikmat dan kurnia Allah yang telah Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir mahupun batin akan mengantarkan kita kepada cinta hakiki kepada-Nya.
Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah SWT. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.
Menghadirkan hati secara keseluruhan (total) semasa melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya inilah yang disebut dengan khusyu’.
Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan solat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan mengantarkan kepada cinta Allah yang hakiki.
Menyendiri dengan Allah di saat Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir.
Di saat itulah Allah SWT turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an) dan solat malam agar mendapatkan cinta Allah. Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.
Bergaul bersama orang-orang yang mencintai Allah dan bersama para siddiqin.
Ambillah perkataan-perkataan mereka yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian dia pun tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahawa dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang lain.
Menjauhi segala sebab yang dapat menghalang komunikasi antara dirinya dan Allah SWT.
Semoga kita sentiasa mendapatkan cinta Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap degup jantung dan setiap nafasnya.
Ibnul Qayyim mengatakan bahawa "kunci untuk mendapatkan itu semua adalah dengan mempersiapkan jiwa (hati) dan membuka mata hati."
Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pengasih selaku seorang hamba ... (QS. Maryam [19]:93).
Semoga Allah memberikan keberkahan, membimbing kita , menolong kita selalu ketaatan, dan menyampaikan kita pada rahmat serta Menambahkan kecintan kita terhadap sang maha Pemilik Cinta hingga meraih cinta sang maha pemilik cinta. aamiin ya Rabb.