MODUL V LARUTAN ELEKTROLIT - LAPORAN RESMI FTS STERIL


MODUL V
LARUTAN ELEKTROLIT

I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

II.                DASAR TEORI
Larutan injeksi dan infuse ( intravena, subkutan, intramuskular ) dan larutan bahan obat yang ditetapkan penggunaannya pada mata, sebaiknya memiliki sifat yang dapat diterima dengan baik, yang jika dibandingkan dengan cairan darah, cairan jaringan atau cairan air mata harus sesuai yakni diisotonisasikan, artinya turunnya titik beku terhadap air murni dibuat sama (Voight, R, 1971).
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit (Anonim, 1979).
       Miliekivalen adalah satuan kimia yang digunakan hampir secara khusus di Amerika Serikat untuk menyatakan konsentrasi elektrolit dalam larutan. Bobot miliekivalen suatu zat dapat ditentukan dengan membagi bobot molekulnya dengan valensinya. Bobot miliekivalen ini kemudian dapat digunakan sebagai konversi antara miligram dan miliejivalen senagai berikut:
               Mg = mEq x bobot molekul
                              Valensi
                  mEq = mg x        valensi
                              bobot molekul
                                                                              ( Ansel, Howard C, 1989 )
           Berikut adalah tanda-tanda dan gejala-gejala yang digunakan untuk menentukan keseimbangan cairan : haus, turgor kulit, denyut nadi, perubahan berat badan, daftar cairan masuk dan cairan keluar, osmolitas serum, volume urine, tekanan vena juguler dan tekanan vena sentral (Anonim, 2003).
III.             ALAT DAN BAHAN
LARUTAN RINGER LAKTAT
Alat :
1.      Penangas air
2.      Glassware
3.      Botol bening
4.      Timbangan
Bahan :
1.      Natrium laktat
2.      NaCl
3.      KCl
4.      CaCl2.2H2O
5.      Aqua p.i.
6.      Karbo adsorben
7.      HCl 0,1 N – NaOH 0,1 N
MULTIPLE ELEKTROLIT
Alat :
1.      Penangas air
2.      Glassware
3.      Botol bening
4.      Timbangan
Bahan :
1.      Natrium laktat
2.      NaCl
3.      KCl
4.      CaCl2.2H2O
5.      Aqua p.i.
6.      Karbo adsorben
7.      HCl 0,1 N – NaOH 0,1 N

IV.             FORMULA
LARUTAN RINGER LAKTAT
R/              Natrium laktat                         0,31
                  NaCl                                        0,6
                  KCl                                         0,03
                  CaCl2.2H2O                            0,01
                  Aqua p.i. ad                            100 mL

MULTIPLE ELEKTROLIT
R/              Natrium acetate                       0,36
                  NaCl                                        0,52
                  KCl                                         0,03
                  Na Gluconate                          0,50
                  MgCl hexahidrate                   0,03
                  Na Citrate dehydrate              0,17
                  Aqua p.i. ad                            100 mL

V.                CARA KERJA
LARUTAN RINGER LAKTAT

Dicek apakah larutan isotonis atau tidak isotonis.
Dididihkan aquadest.
Dilarutkan semua bahan ke dalam aquadest panas.
Dicek pH larutan antara 5-7, jika kurang asam ditambah HCl 0,1 N, sedangkan bila kurang basa ditambahkan NaOH 0,1 N.
Ditambahkan sisa aquanya.
Digojok larutan dengan karbo adsorben 0,1 %, didiamkan, kemudian disaring hingga jernih.
Dimasukkan larutan dalam wadah yang sesuai dengan tutup.
Disterilisasi dengan uap mengalir (dikukus) 1000C selama 30 menit.
Diperiksa larutan terhadap: pH, kebocoran, partikel asing, kejernihan.
Diberi etiket.
MULTIPLE ELEKTROLIT
Dicek apakah larutan isotonis atau tidak isotonis.
Dididihkan aquadest.
Dilarutkan semua bahan ke dalam aquadest panas.
Dicek pH larutan antara 5-7, jika kurang asam ditambah HCl 0,1 N, sedangkan bila kurang basa ditambahkan NaOH 0,1 N.
Ditambahkan sisa aquanya.
Digojok larutan dengan karbo adsorben 0,1 %, didiamkan, kemudian disaring hingga jernih.
Dimasukkan larutan dalam wadah yang sesuai dengan tutup.
Disterilisasi dengan uap mengalir (dikukus) 1000C selama 30 menit.
Diperiksa larutan terhadap: pH, kebocoran, partikel asing, kejernihan.
Diberi etiket.
VI.             ANALISIS CARA KERJA
Langkah pertama dalam percobaan ini adalah menghitung tonisitas larutan yang akan dibuat. Tonisitas berhubungan dengan tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan dari zat padat yang terlarut. Pada larutan yang hipotonis perlu penambahan NaCl karena kerusakan yang disebabkan oleh hipotonis bersifat irreversible atau tidak dapat kembali seperti semula. Bila laruta hipotonis diinjeksikan, akan terjadi ketidakseimbangan tekanan osmosis antara di dalam sel dengan cairan di luar sel cenderung ditarik ke dalam sampai terjadi keseimbangan. Peristiwa ini disebut haemolisis/pecahnya sel darah.
Semua bahan dilarutkan dalam aquadest panas untuk mempercepat kelarutan bahan sehingga homogen. Penambahan karbo adsorben bertujuan untuk menyerap pirogen yang mungkin ada pada larutan, karena salah sau syarat untuk sediaan parenteral adalah bebas pirogen. Sterilisasi dengan autoclave merupakan sterilisasi panas basah bertekanan tinggi yang membunuh mikroorganisme dengan cara koagulasi protein.
VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan  mampu memahami dan membuat larutan elektrolit. Salah satu macam larutan elektrolit adalah infus. Infuse merupakan sediaan larutan yang disterilkan dan biasanya dikemas dalam dalam volume 0,5 – 1L. larutan ini biasa diberikan setelah terjadi shock, kehilangn cairan badan karena dehidrasi dan kelaparan.
Infuse sebagai sediaan parenteral harus memenuhi persyaratan antara lain steril, dan bebas dari partikel asing, bebas pirogen, stabil, tonisitas, jernih dan mempunyai pH yang sesuai.
Larutan elektrolit yang dibuat pada percobaan ini ada dua macam, yaitu larutan ringger laktan dan larutan multipel elektrolit. Larutan ringer laktat digunakan sebagai pengalkalis, penambah atau pengganti ataunpelengkap cairan tubuh dan elektrolit. Formula yang digunakan dalam membuat infus ringer laktat adalah natrium laktat, NaCl, KCl, CaCl2 , 2H2O dan aqua p.i.sedangkan larutan multiple elektolit terdiri dari natrium acetate, NaCl, KCl, natrum glukonat, MgCl hexahidrat, dan aqua pi.
Sebelum membuat larutan infuse, harus dihitung tonisitas larutan. Tonisitas perlu dihitung dengan tujuan agar dapat diketahui apakah larutan tersebut sudah isotonis atau belun atau hipertonis, karena ini berhubungan dengan tekanan osmose larutan terhadap cairan tubuh yang akan diberi larutan infus. Larutan yang isotonis adalah larutan yang memiliki tekanan osmose sama dengan tubuh, dan keadaan isotonis inilah yang diharapkan, karena dalam keadaan ini, larutan yang diinjeksikan tidak akan menimbulkan rasa sakit. Sedangkan larutan yang hipotonis,akan menimbulkan sel cairan tubuh akan pecah atau lisis, karena tekanan diluar sel lebih rendah, maka cairan dalam sel akan menggembung dan pecah, mengingat tekanan osmose merupakan tekanan yang berjalan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Sebaliknya pada larutan hipertonis akan mengakibatkan keadaan di luar sel lebih tinggi dibanding didalam sel, sehingga keadaan sel mengkerut. Keadaan hipotonis lebih berbahaya dibanding keadaan hipertonis, karena sifat larutan hipotonis irreversibel (sel sudah pecah ),sedangkan sifat hipertonis reversibel ( sel dapat kembali normal ).
Dari hasil yang diperoleh dari perhitungan larutan ringer laktat yang akan dibuat sesuai formula yang direkomendasikan, larutan tersebut memiliki sifat hipotonis, karena hasil yang diperoleh < 0,28. Karena keadaan ini, maka ditambahkan bahan seperti NaCl 0,9% atau glukosa menurut perhitungan penambahan agar menjadi larutan yang isotonis. Sedangkan untuk larutan multipel elektrolit, memiliki sifat hipertonis, sehingga tidak perlu penstabilan atau penambahan NaCl.
Pada percobaan ini digunakan aquades yang panas, selain agar mempercepat penglarutan zat, kondisi panas mensterilkan bahan dari mikroba. Setelah semua bahan dilarutkan, maka pH dicek pada range 5-7, hal ini dikarenakan agar larutan yang akan digunakan sebagai sediaan injeksi parenteral memiliki pH yang sama dengan pH tubuh manusia. Karboabsorben yang dipanaskan dalam oven, bertujuan untuk mengaktifkannya dalam penyerapan karbon dan menghilangkan pyrogen serta partikel-partikel atau pengotor yang mungkin ada pada larutan. Pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida yang mengandung radikal dengan unsur N.P, selama radikal tersebut masih terikat, maka selama itu pula akan menimbulkan demam dan bersifat termostabil, jika terlalu banyak dapat menimbulkan kematian.
Sterilisasi yang efektif dan dilakukan dalam percobaan ini adalah sterilisasi dengan uap bertekanan menggunakan autoclave dengan suhu 121˚C selama 15 menit. Jadi harus diusahakan agar pembuatan larutan injeksi dan infus harus dikondisikan bebas pirogen dan harus dipastikan pula bahwa kondisi ini dapat dipertahankan sampai saat pemakaiannya.
Setelah larutan digojog dengan karbo adsorben, larutan didiamkan sebentar kemudian disaring hingga jernih dengan kertas saring, larutan dimasukkan dalam wadah yang sesuai dengan tutupnya ( vial ), kemudian  vial-vial yang sudah berisi larutan, disterilakan dengan autoclave pada suhu 121˚C selama 30 menit,
Setelah larutan disterilkan, pada larutan ringger laktat dan multipel elektrolit diperiksa kejernihan, pH, kebocoran dan partikel asing. Pada kedua larutan jernih tetapi masih terdapat partikel asing pada larutan multiple elektrolit, sedangkan pada linger laktat tidak. Hal ini menunjukkan bahwa kedua larutan tidak steril dan tidak layak untuk digunakan. Pertikel asing yang terdapat didasar larutan tersebut dapat mengindikasikan bahwa terdapat pirogen dalam larutan yang mungkin membahayakan bagi pasien. Kedua larutan tersebut juga memiliki keseragaman bobot yang saa.
Pada pengukuran pH, larutan ringger laktat  memiliki pH 6 sama dengan pH larutan multiple elektrolit. Jadi, larutan linger laktat layak untuk digunakan karena memenuhi persyaratan, sedangkan larutan multiple elektrolit tidak memenuhi persyaratan karena masih terdapat partikel asing.
XI. KESIMPULAN
  1. Larutan ringger laktat dan multiple elektrolit yang dibuat menunjukkan adanya partikel asing dalam larutan.
  2. Larutan ringger laktat memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan sedangkan multiple elektrolit yang dibuat tidak steril atau tidak sesuai persyaratan sediaan infus, karena partikel asing.

X. DAFTAR PUSTAKA
Anonim . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi V. UI Press: Jakarta.
N.Voight. R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press : Yogyakarta