Memasang, Perawatan, Pelepasan Selang Nasogastrik (NGT) dan pemberian Nutrisi, di dalan Keperawatan
(Sumber/ source 1: Kusyanti, Eni.2004.Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.)
(Sumber/ source 2: Myers, Ehren.2009.Nurse’s Clinical Pocket Guide.Philadelphia: Davis Company.)
1. Pengertian Nasogastrik (NGT)
Melakukan pemasangan dari rongga hidung ke lambung
2. Tujuan
a. Memasukkan makanan cair atau obat-obat atau padat yang dicairkan atau padat yang dicairkan
b. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
c. Mengirigasi karena perdarahan atau keracunan dalam lambung
d. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau trauma.
e. Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium.
3. Dilakukan pada:
a. Pasien tidak sadar (koma)
b. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas (stenosis esofagus, tumor mulut atau faring atau esofagus, dan lainnya.)
c. Pasien pascaoperasi pada mulut atau faring atau esofagus.
4. Persiapan alat
Baki berisi:
a. NGT No.14 atau 16 (untuk anak lebih kecil)
b. Jeli
c. Sudip lidah
d. Sepasang sarung tangan
e. Senter
f. Spuit atau alat suntik ukuran 50-100 cc
g. Plester
h. Stetoskop
i. Handuk
j. Tisu
k. Bengkok
5. Prosedur pelaksanaan
a. Dekatkan alat ke samping klien
b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dengan tujuannya.
c. Cuci tangan
d. Bantu klien pada posisi High Fowler. Meningkatkan kemampuan klien untuk menelan.
e. Pasang handuk pada dada klien, letakkan tisu wajah dalam jangkauan klien. Agar tidak mengotori pakaian klien. Pemasangan slang dapat menyebabkan keluarnya air mata.
f. Memakai sarung tangan.
g. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien untuk rileks dan bernapas normal dengan menutup satu hidung kemudian mengulanginya dengan menutup hidung yang lain. Slang mudah masuk melalui slang hidung yang lebih paten.
h. Mengukur panjang slang yang akan dimasukkan dengan menggunakan:
1) Metode tradisional. Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telingah bawah dan ke prosesus xifoideus di sternum.
2) Metode Hanson. Mula-mula tandai 50 cm pada slang kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Slang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50 cm dan tanda tradisional.
i. Beri tanda pada panjang slang yang sudah diukur dengan menggunakan plester.
j. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20cm. Pelumasan menurunkan friksi antarmembran mukosa dengan slang.
k. Ingatkan klien bahwa slangakan segera dimasukkan dan instruksikan klien untuk mengatur posisi kepala ektensi, masukkan slang melalui lubang hidung yang telah ditentukan. Memudahkan masuknya slang melalui hidung dan memelihara agar jalan napas tetap terbuka.
l. Lanjutkan memasukkan slang sepanjang rongga hidung. Jika terasa agak tertahan, putarlah slang dan jangan paksakan untuk dimasukkan. Meminimalkan ketidaknyamanan akibat pemasangan NGT. Dengan memasukkan slang dengan cara memutar dan sedikit menarik, ujung slang akan mudah masuk ke faring.
m. Lanjutkan memasang slang sampai melewati nasofaring. Setelah melewati nasofaring (3-4cm) anjurkan klien untuk menekuk leher dan menelan.
n. Dorong klien untuk menelan dan memberikan sedikit air minum (jika perlu). Tekankan pentingnya bernapas lewat mulut. Menelan memudahkan lewatnya slang melalui orofaring.
o. Jangan memaksakan slang untuk masuk. Jika ada hambatan atau klien tersedak, sianosis, hentikan mendorong slang. Periksa posisi slang di belakang tenggorok dengan menggunakan sudip lidah dan senter. Slang mungkin terlipat, menggulung di orofaring atau masuk ke trakea.
p. Jika telah selesai memasang NGT sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan klien rileks dan bernapas normal. Memberi kenyamanan dan mengurangi kecemasan.
q. Periksa letak slang dengan
1) Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada perut dan kuadran kiri atas klien (lambung) kemudian suntikan 10-20 cc udara bersamaan dengan auskultasi abdomen.
2) Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung.
3) Memasukkan ujung bagian luar slang NGT ke dalam mangkuk yang berisi air. Jika terdapat gelembung udara, slang masuk ke dalam paru-paru. Jika tidak terdapat gelembung udara, slang masuk ke dalam lambung.
Posisi yang tepat penting untuk diketahui sebelum mulai memasukkan makanan
r. Oleskan alkohol pada ujung hidung klien dan biarkan sampai kering
s. Fiksasi slang dengan plester dan hindari penekanan pada hidung.
1) Potong 10 cm plester, belah menjadi dua sepanjang 5 cm pada salah satu ujungnya. Memasang ujung yang tidak dibelah pada batang hidung klien dan silangkan plester pada slang yang keluar dari hidung.
2) Tempelkan ujung NGT pada baju klien dengan memasang plester pada ujungnya dan penitikan pada baju.
t. Evaluasi klien setelah terpasang NGT
u. Rapikan alat-alat.
v. Cuci tangan.
w. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.
6. Perawatan Pasien saat dipasang selang NG
a. Nilai kembali pempatan selang sebelum memberikan bolus makanan, cairan, atau obat-obatan dan pada setiap pergantian untuk pemberian makanan secara kontinu.
b. Bilas selang dengan 30 mL air setelah setiap makan dan setelah setiap pemberian obat-obatan
c. Nilai adanya iritasi atau pecahnya kulit. Rekatkan ulang setiap hari dan pada lokasi yang berlainan untuk menghindari penekanan konstan pada satu area hidung. Cuci dengan lembut area sekitar hidung dengan sabun dan air. Berikan perawatan kebersihan nasal setiap hari dan jika diperlukan.
d. Berikan perawatan mulut setiap 2 jam dan jika dibutuhkan (cuci mulut, air, sikat gigi, bersihkan lidah, gigi, gusi, pipi, dan membran mukosa). Jika pasien sedang membersihkan mulut, ingatkan ia untuk tidak menelan air.
7. Pelepasan selang NG
a. Jelaskan prosedur kepada pasien. Perhatikan pencegahan standar.
b. Lepaskan plester dari hidung dan wajah.
c. Klem atau sumbat selang (untuk mencegah aspirasi), instruksikan pasien untuk menahan napas dan keluaran selang pada sekali gerakan, namun cepat.
d. Nilai tanda-tanda aspirasi.
8. Jenis pemberian makanan melalui selang
a. Pemberian makanan inisial: lanjutkan sesuai yang ditoleransi dengan 10-25 mL/jam setiap 8-12 jam sampai kecepatan yang diinginkan.
b. Intermiten: infus 200-400 mL formula enteral beberapa kali per hari selama 30 menit.
c. Kontinu: pemberian makanan dimulai dalam 24 jam dengan menggunakan pompa infus.