Pendakian Pertama: Gunung Merbabu

“Padahal, semasa sekolah saya selalu anti dengan yang namanya kegiatan pramuka dan pecinta alam, namun sekarang berbalik. Memang, jalan Tuhan-lah yang telah mendekatkan saya untuk lebih mengenal alam…”
Ketika berada di puncak gunung Merbabu :)

Hmmm… kali ini saya memiliki hobi baru. Naik gunung. Iya, yang biasanya setiap minggunya ngga pernah ketinggalan untuk buat laporan, nge-labor, dan mengikuti perkuliahan seminggu full, kali ini saya meluangkan waktu saya untuk melakukan kegiatan outdoor yang terhitung harus memiliki nyali yang besar ini. Awalnya, teman sekelas saya yang mengajak saya untuk mendaki gunung Merbabu. Karena saya belum tahu banyak tentang gunung dan bagaimana medannya maka dengan santai saya menerima ajakan teman saya yang bernama Cyci itu dengan jawaban “iya, aku ikut Cy…” Dia mengajak saya sebulan sebelum keberangkaratan kami ke gunung itu sekitar awal November 2013. Dengan semangat saya menceritakan rencana saya itu kepada orang tua saya, dan Alhamdulillah saya langsung mendapatkan izin untuk mendaki. Kami berdua pun lebih sering jogging untuk mempersiapkan fisik kami karena bagi kami berdua ini adalah pendakian perdana kami. 

Gunung Merbabu terletak di wilayah kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan, kota Salatiga dan kabupaten Semarang di lereng sebelah utara, provinsi Jawa Tengah. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.142 mdpl yang dinamakan puncak Trianggulasi dan ada lagi 1 puncaknya yaitu Kenteng Songo. 

Jum’at sore, 6 Desember 2013 saya baru memutuskan untuk benar-benar ikut mendaki. Saya langsung membeli dan mempersiapkan apa-apa saja yang akan dibawa, kebanyakkan membeli makanan itu yang saya ingat waktu itu. Yep, maklum masih pemula jadi saya berpikirnya takut kehabisan makanan wueheheee…

Sabtu sore, 7 Desember 2013, kami yang berjumlah 9 orang dengan kaptennya yaitu mbah (mas Yusuf)  berkumpul di basecamp gunung Merbabu. Sebenarnya pendakian ke gunung Merbabu memiliki beberapa jalur, namun kami memilih jalur Selo karena jalur ini tidak terlalu berbahaya dan lumayan dekat dengan Solo. Cuaca waktu itu mendung dan hujan, kami tiba di basecamp sekitar jam 8, lalu melepas lelah dan mengumpulkan semangat kembali sebelum pendakian. Sekitar jam 10 malam kami memulai untuk mendaki. Sebelum mendaki kami berkumpul untuk berdo’a agar diberi keselamatan.
Oya, ini anggota tim kami yang berjumlah 9 orang:
1.       Icha, Cyci, dan Beny (mahasiswa Farmasi UMS semester 5)
2.       Fatta (mahasiswa Kesmas UMS semester 5)
3.       Karis dan Akbar (mahasiswa Penjaskes UNNESA semester 3)
4.       Mbak Okta, Mbah sebagai kapten pendakian (mas Yusuf), dan mas Catur (udah pada kerja, hehe…)

Masih hujan gerimis ketika kami memulai perjalanan menuju pos 1, saya sempat kaget melihat medan yang terus menanjak dan licin waktu itu. Ini di luar dugaan saya. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, kami sampai di pos 2 dan melihat ke bawah. Takjub! Bisa melihat pemandangan kelap-kelip lampu-lampu kota. Lebih bagus dari Bukit Bintang di Jogja, hihi. Saya sudah merasa capek dan ngantuk sekali waktu itu, namun ketika sudah melihat pemandangan tersebut, semangat saya muncul lagi, saya ingin terus mencapai puncak. Karena ada yang bilang kalau kita mendaki lebih tinggi maka pemandangan yang akan kita lihat pun akan semakin indah.
Kondisi/medan yang dilalui. Foto ini diambil  ketika kami turun, karena kami turun pada siang hari dan ketika mendaki pada malam hari


Sabana 1
Jalan mulai ngetrack dan masih menanjak, licin karena sehabis hujan, beberapa kali kami terpleset pada jalan-jalan terjal tersebut. Sambil menahan kantuk dan mata yang sudah berat sekali kami masih berjalan ke tempat camp yang sudah kami tentukan. Kami melewati Watu Tulis dan Sabana 1. Dan akhirnya sekitar jam 3 kami sampai di tempat camp. Tidak terasa sudah 5 jam kami berjalan. Fatta dan mas Catur mendirikan tenda, sedangkan mbah mempersiapkan air hangat untuk memasak mie dan minuman. Saya? Saya kedinginan banget broo -_-… menggigil. Bukan saya saja, namun Cyci juga. Sehingga mbah menyuruh kami masuk tenda. Saya dan Cyci segera membuka sleeping bag kami dan tidur dalam keadaan kedinginan, lapar pun tidak terasa lagi. 
Fatta, Icha, Cyci, dan Beny di tenda camp :D

Sunrise pukul 06.00 pagi di gunung Merbabu
 Berikut beberapa foto perjalanan dari tempat camp menuju puncak Merbabbu :D
Pohon Edelweis

Pohon Edelweis

Perjalanan menuju puncak

Sabana 2










Berasa berada di atas awan :D

Minggu, 8 Desember 2013, pukul 6 pagi, kami semua sudah terbangun dan ingin menyaksikan sunrise. Sayang, sunrise hanya terlihat sedikit karena kabut. Tidak lupa foto-foto, hahaha…. Setelah makan pagi, kami melanjutkan perjalanan ke puncak yang bisa ditempuh kira-kira 2 jaman. Mbah dan mas Catur menjaga tenda karena mereka sudah pernah ke puncak. Kelompok terbagi 2, yang pertama terdiri dari Karis, mbak Okta, dan Akbar. Sedangkan yang kedua saya, Cyci, Fatta, dan Beny. Dari tempat camp kami berangkat jam 7 pagi. Perjalanan ke puncak melewati tanjakan tanah yang terjal, melalui sabana 2 kami bisa melihat pohon-pohon dan bunga-bunga Edelweis yang indah sekali, namun dilarang untuk memetiknya. Saya dan Cyci merasa sangat capek namun Fatta dan Beny tetap menyemangati kami dari belakang. Sekitar jam 09.30 kami sampai puncak Trianggulasi, 3.142 mdpl. 
Beberapa foto ketika kami berada di puncak Trianggulasi:

Fatta

Saya dan Cyci

“waaaaaaaaah…. It’s amazing… baru kali ini saya bisa melihat pemandangan seindah ini dan saya benar-benar berada di atas awan! Akhirnya saya bisa merasakan hangatnya matahari pagi Merbabu, bisa berada di bawahnya dengan jarak yang lebih dekat daripada biasanya. Sungguh, ciptaan Allah tidak ada cacatnya…”





Kami pun segera membuat video, foto-foto, dan tidak lupa Fatta mempersiapkan bendera merah putih dan tulisan-tulisan.  Ohya, setelah dari puncak Trianggulasi, kami bergegas menuju puncak yang satunya yaitu Kenteng Songo. 
Icha, Cyci, Beny, dan Fatta di puncak Kenteng Songo :D

Sekitar pukul 10.30 kami turun kembali menuju camp, lalu makan siang, packing, dan kemudian turun menuju basecamp. Perjalanan turun menuju basecamp bisa kami tempuh dalam waktu 2,5 jam. Beda sekali dengan jalan mendakinya yang totalnya selama 7 sampai 7,5 jam.


Terimakasih Fatta dan Cyci yang telah mengajak saya mencoba pengalaman baru dan mengenalkan saya dengan gunung. Jujur, setelah saya bisa memijakkan kaki di puncak tertinggi gunung Merbabu, saya jadi ketagihan untuk mencoba puncak-puncak gunung lain. Terimakasih juga mbah yang sudah memasak makan siang untuk kami, sehingga turun dari puncak langsung bisa menyantap makanan ala cheff mbah :D. Terimakasih juga Karis, Akbar, mbak Okta, mas Catur yang nolongin kami waktu malem-malem di medan dengan track yang terjal.