PROPOSAL PRAKTIKUM FTS STERIL - Sediaan Injeksi dengan Zat Aktif Cefotaxime Na


PROPOSAL PRAKTIKUM FTS STERIL
Sediaan Injeksi dengan Zat Aktif Cefotaxime Na
 
Disusun Oleh:
Kelompok            : B 4
Anggota               : 1) Yuda Marsono                             (K 100 110 027)
                                2) Eldesi Medisa I.                         (K 100 110 038)
                                3) Fajar Kholikul A.                       (K 100 110 043)
                                4) Reza Hashemi S.                        (K 100 110 174)
 


LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013



A.    NAMA ZAT AKTIF
Cefotaxime Na

B.     TUJUAN
Untuk mengetahui, memahami, menguasai dan mampu mengimplementasikan teori, konsep prinsip formulasi injeksi CefotaximeNa.

C.             PENDAHULUAN
1.      Alasan Pemilihan Zat Aktif
Cefotaxime Na (Claforan) memiliki nama lain 5-thia-1-azabicyclo [4,2,0] okta – 2 - ene - 2 - asam karboksilat, 3 - [(asetiloksil)metil] - [[2-amina-4-tiazolil)metoksyimino)asetil]amino]-8-oxo, [6R-[6α, 7β(z)]], garam natrium.
Kelarutan: mudah larut dalam air, sedikit larut dalam methanol, dan praktis tidak larut dalam eter. Memiliki bobot molekul 477,5.
Cefotaxime Na memiliki struktur kimia sebagai berikut:

Rumus molekul: C16H16N5NaO7S2.
Cefotaxime Na mengandung tidak kurang dari 96,0 % dan tidak lebih dari 101,0% natrium (6R, 7R)-3-oxo, [(acetiloksi) metil]-7-[[(Z)-2-(aminothiazol-4-II)-2-(methoxyimino)asetil]amino]-8-oxo-5-thia-1-azabicyclo [4,2,0] okta-2-ene-karboksilat, dihitung berdasarkan zat yang telah dikeringkan. Pemerian, serbuk putih atau agak kuning dan higroskopis.
Farmakologi: berkhasiat sebagai antibiotik. Cefotaxime Na adalah antibiotik spektrum luas yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Secara kimiawi, ini terkait erat dengan penisilin, namun tidak terdegradasi oleh β-laktamase. Cefotaxime ini sangat aktif secara in vitro terhadap organisme gram-negatif yang sensitif atau resisten terhadap sefalosporin generasi pertama dan kedua.
Farmakoterapi: untuk pengobatan infeksi bakteri dada (saluran pernafasan), infeksi ginjal dan saluran kemih bagian atas, infeksi berat pada kulit dan jaringan lunak, infeksi genital yang disebabkan oleh gronokokus (gonore-penyakit menular seksual), terutama ketika adanya ketidakcocokan penisilin, infeksi intra-abdomial seperti peritonitis, (radang peritoneum, selaput tipis yang melapisi dinding perut dan mencakup organ dalam), meningitis bakteri akut, septicemia. Pharmaceutical: bahan obat ini tidak boleh dicampur dengan bahan obat yang lainnya. Cefotaxime cocok dengan beberapa pelarut yang umum seperti: Air untuk injeksi, injeksi natrium klorida BP, 5% dektrose injection BP, dektrose dan sodium chloride injection BP, dan senyawa natrium laktat injeksi BP (Ringer-Laktat injection).

2.      Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan Steril
Menurut Roussel Laboratories Ltd., suatu bentuk sediaan yang berstandar ini adalah suatu serbuk yang telah ditetapkan untuk untuk sediaan injeksi bolus IV, infuse IV, atau injeksi IM yang mengandung 1 g dari sefalosporin antibiotik natrium sefotaksim yang memiliki kesalaan untuk Claforan 1 g injecton menurut ketetapan di Inggris sejak Maret 1981. Produk ini diindikasikan untuk pengobatan sejumlah infeksi, serta bahan obat yang tidak diperbolehkan. Intramuskular: Cefotaxime harus disuntikkan dalam tubuh dari otot yang relatif besar, seperti gluteus maximus, sedangkan injeksi intravena lebih dikhususkan untuk pasien dengan bakteremia, septicemia bakteri, atau lainnya seperti infeksi yang parah, atau bagi pasien yang memiliki pertahanan tubuh/imun yang lemah yang disebabkan oleh kekurangan gizi, trauma, operasi, diabetes, gagal jantung
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi dilakukan dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda (Anief, 2007).

3.      Pemilihan Bahan Eksipien dan Fungsinya (Sifat Fisika Kimia, Farmakologi, Farmakoterapi, Karakteristik Bahan)
Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan injeksi CefotaximeNa adalah:
1.    Water for Injection (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979: 97)
a.    Sinonim
Air untuk injeksi
b.    Rumus kimia dan bobot molekul
H2O à BM = 18
c.    Fungsi dalam formula
Pelarut.
d.   Karakteristik bahan
Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara A atau C. Titik didih 100oC.

D.    FORMULA
Injeksi Cefotaxime Na 10 ml :    Cefotaxime Na                 10 g
                                                    Water for injection     ad 100 ml    

Dikatakan isotonis jika :
 f            : harga faktor disosiasi
M           : Berat molekul zat
a,b, c,  : kadar zat setiap liter
v  Perhitungan Tonisitas


E.     METODE DAN CARA PEMBUATAN
v Pemilihan Metode dan Cara Pembuatan
1.      Alat dan Bahan
1)      Alat
ü  Penangas air
ü  Glassware
ü  Vial
ü  Timbangan
2)      Bahan
ü  Cefotaxime Na
ü  Aqua p.i
ü  Karbo adsorben
ü  HCl 0,1 N – NaOH 0,1 N

2.      Cara Kerja Skematis
Cek apakah larutan isotonis/ tidak isotonis
¯
Didihkan aquadest
¯
Larutkan semua bahan ke dalam aquadest panas
¯
Cek pH larutan antara 5 – 7, jika kurang asam ditambah HCl 0,1 N, sedangkan bila kurang basa tambahkan NaOH 0,1 N
¯
Tambahkan sisa aquadestnya
¯
Gojok larutan dengan karbo adsorben 0,1 %, diamkan, kemudian saring hingga jernih
¯
Masukkn larutan dalam wadah yang sesuai dengan tutup
¯
Sterilisasi dengan uap autoklaf pada suhu 1200C selama 15 menit
¯
Periksa larutan terhadap: pH, kebocoran, partikel asing, kejernihan, keseragaman volume
¯
Beri etiket

v Keuntungan dan Kelemahan Metode Yang digunakan
a.          Keuntungan
Keuntungan dari metode yang digunakan yaitu : cara pembuatan mudah dilakukan, karena tidak diperlukan eksipien untuk cefotaxime. Pada larutan injeksi sendiri tidak boleh ditambahkan bakteriostatik atau zat tambahan lainnya.

b.         Kelemahan
Kelemahan dari metode ini yaitu perlunya penambahan karbo adsorben untuk penyempurnaan sediaan. Karbo terlebih dahulu di masukkan ke oven sehingga karbo menjadi aktif, karbo disini digunakan untuk menghilangkan pirogen.

v Alasan mengenai metode yang digunakan
Sediaan parenteral volume kecil adalah larutan produk obat yang disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah dosis tunggal dengan kapasitas sampai 100 ml atau diesbut juga SVP. SVP ini umumnya bisa diberikan secara intra vena ataupun non intravena, seperti untuk larutan dialisis yang diberikan secara intraperitoneal. Injeksi termasuk ke dalam sediaan parenteral volume kecil. Pada umumnya, injeksi ini berisi zat aktif yang berfungsi sebagai anti mikroba, yang digunakan gangguan pada THT, saluran kemih, sepsis, meningitis, sendi, kulit dan jaringan lunak, intra abdominal, genital, bakterimia. Pada percobaan, kami membuat sediaan injeksi cefatoxim tidak dengan zat tambahan. Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk sediaan injeksi seperti yang tertera dalam buku-buku resmi, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan isotonis. Hal ini dikarenakan, pemberian injeksi yang diinjeksikan langsung ke dalam pembuluh darah.
Volume sediaan yang kami buat adalah dalam volume 100 ml untuk 10 vial. Selain itu, pembawa yang kami gunakan pun harus isotonis dan larutan harus isohidris karena sediaan ditujukan untuk pemberian intravena. 
Perhitungan isotonis yang kami lakukan adalah dengan menggunakan kesetaraan NaCl, selain itu dapat juga menggunakan metode penurunan titik beku. Zat pengisotonis yang dapat digunakan pun tidak hanya NaCl, tapi dapat juga dextrose. Namun pada sediaan ini digunakan zat pengisotonis NaCl.  Sediaan juga harus bersifat isohidris, yaitu pH sediaan harus mendekati pH fisiologis tubuh, yaitu 6,8-7,4 agar tidak menyebabkan phlebesetis dan trobhosis. Selain itu, tujuan utama dari pengaturan pH adalah untuk mempertinggi stabilitas sehingga obat tersebut tetap mempunyai aktifitas dan potensi yang baik. pH dari sediaan yang kami hasilkan cukup baik, yaitu 7. Pembawa yang kami gunakan untuk sediaan injeksi cefatoxim adalah Water of Injection.
Sediaan injeksi harus bebas pirogen. Pirogen adalah zat endotoksin yang dapat masuk dalam tubuh sehingga menyebabkan reaksi negative pada tubuh seperti demam. Oleh karena itu, pada sediaan yang kami gunakan ditambahkan 0,1% karbon aktif dari volume sediaan. Kadar karbon aktif yang digunakan 0,1% karena pada kadar tersebut karbon aktif efektif mengikat pirogen dalam larutan Apabila kadar zat karbon aktif kurang atau lebih dari 0,1% menyebabkan tidak aktifnya pengikatan dan penyerap pirogen, sehingga dikhawatirkan tertinggalnya pirogen dalam sediaan.

F.     KEMASAN



 LEAFLET


Alasan pemilihan kemasan
Digunakan kemasan kertas kardus karena dapat melindungi vial dari cahaya. Karena kekurangan vial itu sendiri dapat ditembus cahaya


G.    CARA STERILISASI
        Metode yang digunakan dalam hal ini  sterilisasi akhir. Cara sterilisasi umum dan paling banyak digunakan. Zat aktif harus stabil terhadap molekul air dan pada suhu sterilisasi. Sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan sediaan. Semua alat setelah lubang-lubangnya ditutup dengan kertas perkamen, disterilkan dengan cara sterilisasi yang sesuai. Pemanasan basah prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba yaitu uap bertekanan (autoklaf) (A Guideline For The Safe Use Of Autoclaves :3).
Alasan digunakan  uap bertekanan (autoklaf )
Stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang divalidasi. Secara umum, sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu 121°C dibawah tekanan 15 psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan F0 yang juga dilakukan bila suhu sterilisasi berbeda dari 121°C. F0 dari proses ini tidak jauh pada 121°C dengan waktu yang dibutuhkan, dalam menit, untuk menghasilkan kematian yang setara dengan hasil pada 121°C pada waktu tertentu (Validation of Pharmaceutical Processes : 135).
 Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan untuk sterilisasi larutan yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada sediaan mata, bahan-bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan dan benda-benda karet. Kerugian yang paling prinsip dan penggunaan uap ini adalah ketidaksesuaiannya untuk penggunaan pada bahan sensitif terhadap panas dan kelembaban. Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi misalnya, produk yang dibuat dari basis minyak dan serbuk. Uap jenih pada 120°C mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme hidup dalam waktu ½ menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Keefektifan sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4 sifat dari uap jenuh kering yaitu :
-          Suhu
-          Panas tersembunyi yang berlimpah
-          Kemapuan untuk membentuk kondensasi air
-           Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi
Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121oC selama 12 menit, ditambah waktu tambahan untuk larutan dalam wadah untuk mencapai 121°C setelah termometer pensteril menunjukkan suhu ini.Secara umum larutan dalam botol 100-200 ml akan membutuhkan kurang 5 menit botol 500 ml antara 10-15 menit

H.    KONTROL KUALITAS SEDIAAN
Ø  Uji Pirogen
1. Secara kualitatif: Rabbit test
     Berdasarkan respon demam pada kelinci. Digunakan kelinci karena kelinci menunjukkan respon terhadap pirogen sesuai dengan keadaan manusia. Kenaikan suhu diukur melalui rektal.
2. Secara kuantitatif: LAL test
     Cara uji in vitro dengan menggunakan sifat membentuk gel dari lisat amebasit dari limulus polifemus. Uji ini 5-10 kali lebih sensitif dari Rabbit test.
Kondisi LAL-test:
a. pH larutan 6-7
b. suhu 37oC
c. kontrol negatif: aquadest (pelarut)
d. kontrol positif (pirogen/endotoksin)
e. keuntungan: cepat, mudah, praktis
Ø  Uji Sterilitas
Ada beberapa metode:
1.    Direct inoculation of culture medium
     Meliputi pengujian langsung dari sampel dalam media pertumbuhan. Menurut British Farmakope:
a.  Media tioglikolat cair yang mengandung glukosa dan Na Tioglikolat cocok untuk pembiakan aerob. Suhu inkubasi 30-35oC.
b.  Soya bean casein digest medium
     Media ini membantu pertumbuhan bakteri anaerob dan fungsi. Suhu inkubasi 30-35oC, sedang fungi 20-25oC.
2.    Membran filtrasi
     Teknik yang banyak direkomendasikan farmakope, meliputi filtrasi cairan melalui membran steril. Filter lalu ditanam dalam media. Masa inkubasi 7-14 hari karena mungkin organisme perlu adaptasi dulu.
3. Introduction od concentrate culture medium
     Medium yang pekat langsung dimasukkan dalam wadah sampel yang akan ditumbuhkan. Tidak banyak digunakan, hanya dipakai bila ada kecurigaan akan adanya bakteri.
Ø  Uji fisika
1. Sediaan obat harus jernih. Jernih maksudnya tidak ada partikel yang tidak larut dalam sediaan tersebut. Jadi, meskipun sediaan berearna, tetap terlihat jernih (tidak keruh).
2.  Tidak berwarna. Maksudnya sediaan larutan bisa saja berwarna, namun warna larutan   sama dengan warna zat aktifnya sehingga tidak ada campuran warna lain dalam sediaan itu.
3.  Bebas dari partikel asing. Partikel asing; partikel yang bukan penyusun obat. Sumber partikel bisa berasal dari: air, bahan kimia, personil yang bekerja, seratr dari alat/pakaian personil, alat-alat, lingkungan, pengemas (gelas, plastik).
4.  Keseragaman volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril.
5.  Memenuhi uji kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam ampul. Uji kebocoran dapat dilakukan dengan:
    -   uji dengan larutan warna (dye bath test)
-       metode penarikan vakum ganda (the double vacuum pull method.


I.       KESIMPULAN
Injeksi Cefotaxime Na berkhasiat sebagai antimikroba dengan aktivitas yang sangat baik terhadap bakteri anaerob dan protozoa merupakan sediaan steril yang disterilisasi dengan autoclave.


J.      DAFTAR PUSTAKA

Anief. 2007. Farmasetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan       Republik  Indonesia. Jakarta
Ansel, Howard. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. UI            Press :  Jakarta.
Lachman, L., H. A. Libermen, dan J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi    Industri, Edisi Ketiga. UI Press. Jakarta.  
Pharmaceutical Process Validation: Third Edition Revised and Expanded(I. R.      Berry, R. A. Nash, eds.), 1993.
Laval, Quebec, 2010 : Product Monograph “Cefotaxime”, Canada : sanofi-           aventis            Canada Inc.
MHRA Journal, 2006 :Cefotaxime 1g powder for solution for injection or   Infusion, United Kingdom. Aventis Pharma Ltd.   Press :  Jakarta.