Sejarah tentang Penyakit Tuberkulosis, di dalam Kesehatan/ History of the Disease Tuberculosis in Health


Sejarah tentang Penyakit Tuberkolosis, di dalam Kesehatan

(Sumber/ source: Noname. “Hingga Hari ini Penyakit TBC Masih Tetap Ada”. Dalam Jawa Pos. Tanggal 31 Agustus 2013.)
(Rewritten by Dimas Erda Widyamarta: www.ithinkeducation.blogspot.com)

Semua orang Indonesia tentu mengenal TBC. Kenapa? Karena hingga hari ini penyakit batuk menahun itu sangat banyak menyerang. Hanya orang Indonesia? Ternyata, tidak. Menurut WHO, Badan Kesehatan Dunia, penyakit ini pernah berjangkit di negara mana pun. Bahkan, sejarah membuktikan, penyakit ini telah mewabah sejak zaman Yunani Kuno. Mau bukti? Deskripsi ilmiah paling kuno, yang berasal dari Hippocrates di abad kelima SM, telah menyebut penyakit ini.
            Dan oleh Hippocrates penyakit ini disebut phtisis, yang dalam bahasa Yunani kuno berarti mengurusnya tubuh secara progresif. Lalu, secara detail ia menguraikan gejalanya. Menurutnya, gejalanya adalah tubuh menjadi kurus, orang itu terbatuk-batuk terus bahkan terkadang sampai berdarah, badan panas, dan ia terkadang sampai menderita diare. Ia menduga penyakit ini penyakit keturunan. Alasannya, anak-anaknya yang terserang TBC biasanya diasuh oleh orang tua yang juga menderita TBC. Setelah lebih dari 15 abad, Villemin (1827-1892) merupakan orang pertama yang membuktikan secara ilmiah bahwa TBC menular. Meski demikian, ia belum tahu penyebabnya. Dengan ditemukannya stetoskop oleh Laennec tahun 1819, pemeriksaan jasmani menjadi penting dalam penentuan diagnosis klinis TBC. Setelah basil TBC ditemukan Robert Koch 24 Maret 1882, teori Hipocrates itu gugur dan semua pihak mengakui TBC adalah penyakit menular. Penyebab TBC adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang ditemukan oleh Robert Koch. Penemuannya ini disampaikannya di Berlin Phtisiological Society, 24 Maret 1882. Tanggal ini dijadikan Hari TBC Sedunia.

            Yang dapat diserang bakteri ini hampir seluruh tubuh, tapi yang paling banyak adalah paru-paru. Penyakit ini dapat menyerang semua orang, tetapi paling sering yang berusia 15-35 tahun, terutama yang bertubuh lemah, kurang gizi, atau satu rumah dengan penderita TBC. Bahkan, lingkungan yang lembap, gelap, dan tidak memiliki ventilasi akan memberikan andil yang besar bagi seseorang untuk terjangkit TBC. Lalu, apakah penyakit ini dapat disembuhkan? Menurut ahli, TBC paru-paru dapat disembuhkan. Namun, karena kurang pekaan penderita dari kurangnya incormasi yang berkaitan cara pencegahan dan pengobatannya, kematian pun tak jarang terjadi. Karena itu, dibutuhkan tindakan dini untuk mencegah dan mengobati penyakit ini. Dengan apa? Tentu saja tak satu jalan ke Roma. Dan salah satunya dengna menggunakan antioksidan tingkat tinggi, yang bernama zanthone. Tapi, dari mana zat itu bisa didapat? Zat alami tersebut terdapat dalam kulit buah manggis.