Sexualitas dan Permasalahannya, Kesehatan/ Sexuality and Issues, Health


Sexualitas dan Permasalahannya, Kesehatan
(Sumber/ source : Syarief, N.1992.Kumpulan Materi Kesehatan Remaja (KRR). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.)
(Rewritten by Dimas Erda Widyamarta: www.ithinkeducation.blogspot.com)

A.     Pendahuluan
Masalah seksualitas manusia berbeda dengan pada binatang adalah masalah yang kompleks, masalah ini telah ada sejak jaman dulu, sejak awal terciptanya manusia, pada zaman sekarang dan nanti juga pada zaman yang mendatang.
Timbulnya masalah oleh karena adanya manusia laki-laki dan wanita, di samping manusia itu sendiri dengan keseluruhan eksistensinya adalah makhluk yang sempurna yang memiliki tidak saja aspek biologi dan fisiologi sebagai pada binatang, tetapi juga mempunyai aspek psikologi, sosio ekonomi, norma etik dan moral.
Seksualitas adalah suatu kekuatan dan dorongan hidup yang ada di antara manusia laki-laki dan wanita di mana kedua makhluk ini merupakan satu sistem yang memungkinkan terjadinya keturunan yang sambung menyambung sehungga eksistensi manusia itu tidak punah. Banyak peristiwa bahagia dan hidup gairah oleh adanya seks, tetapi tidak sedikit pula adanya peristiwa sedih, malapetaka dan kehancuran disebabkan oleh seks pula. Pendeknya masalah seksualitas adalah suatu masalah pelik yang membawa akibat bermacam-macam.
Begitu pentingya masalah seksualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada pendapat ahli yang ekstrim yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia pada hakekatnya dimotivasi dan didorong oleh seks.
Oleh sebab itu tidaklah mengherankan bahwa pendapat peneliti lain mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan jiwa dan gangguan tingkah laku terjadi oleh adanya gangguan pola perkembangan kehidupan psikoseksualnya.
.
B.     Seksualitas menurut terori psikoanalisa
Seorang psikiater bernama Freud pencetus teori Psikoanalisa mempunyai konsep tersendiri mengenai masalah seksualitas.
Hasil penelitan menyatakan bahwa sejak mula kehidupannya di dunia seorang anak mempunyai naluri dan aktivitas psikoseksual, jadi bukan timbul pada masa puberitas sebagai yang diperkirakan.
Naluri ini disebut sebagai libido, adalah berupa keinginan memperoleh pelbagai perasaan yang menyenangkan disebut sebagai kesenangan seksual. Pada anak berbeda dengan orang dewasa, kesenangan seksual tidak diarahkan pada tujuan reproduksi. Kesenangan seksual ini dicapai dengan rangsangan bagian tubuh yang peka yang disebut daerah erotis atau zona erogenous.
Dalam perkembangan sejak lahir anak mengalami beberapa fase yang didominasi oleh sebuah organisasi somatik. Fase-fase tersebut adalah fase Anal, fase Falik dan fase Genita.
Bila pada fase tersebut tuntutan pemuasaan tidak terpenuh secara wajar maka terjadilah fiksasi atau penghentian pada fase itu.
Fiksasi pada fase oral berarti bawha selanjutnya sampai dewasa individu mengalami tuntutan akan pemuasaan orang yang tidak cocok dengan umumnya.
Pada perkembangan lebih lanjut terjadilah peraliha pada bentuk aktivitas pemuasan seksual yang lebih tinggi dimana kemudian mengarah kepada orang lain sebagai objek adalah lawan jenisnya. Bila ada proses perkembangan psikoseksual terjadilah gangguan maka timbulah gangguan kepribadian, gangguan emosi dan penyimpangan dan seksual abnormal

C.     Seksual Abnormal
Sebagai telah disebutkan bahwa perkembangan psikoseksual yang terganggu lebih pada umur 0-5 tahun akan menimbulkan gangguan seksual, gangguan ini dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni: pertama, gangguan dari kekuatan dorongan seks, intensitas atau kemampuan; kedua, gangguan dari arah dorongan seks atau deviasi seks.
1.      Gangguan dari kemampuan dapat berupa:
a.       Impotensia adalah ketidakmampuan pria atau mempertahankan ereksi sehingga ia kurang atau tidak mampu melakukan koitus. Impotensi bisa terjadi primer (tidak pernah mampu ereksi dan tidak pernah koitus) atau terjadi sekunder (dulu pernah dan kemudain tidak mampu). Impotensi mungkin juga selektif adalah hanya bisa melakukan dalam keadaan tertentu dan orang tentu. Dikatakan bahwa lebih dari 90% impotensia disebabkan oleh faktor psikologik.
b.      Ejakulasi pradini adalah nama lain adalah ejakulasi prematur atau prekox adalah pencapaian organisme dan ejakulasi sebelum atau terlalu lekas dan sebelum dikehendaki. Bukan sedemikian lekasnya sehingga ejakulasi terjadi sebelum penis memasuki vagina.
c.       Frigiditas adalah ketiadaan gairah seksual yang terjadi pada wanita (impotensia pada wanita). Penyebabnya sebagian besar adalah psikologik misalnya takut hamil, kurang senang pada partner, cemburu, iri hati, perasaan bersalah atau permusuhan dengan pria pasangannya.
d.      Disparenia dan vaginismus. Disparenia adalah perasaan nyeri pada vagina yang terjadi bila seorang wanita melakukan koitus. Vaginismus adalah spasme dari otot vagina secara involunter. Kedua gangguan ini biasanya disebabkan oleh faktor psikologis.
e.       Hiperseksualitas adalah dorongan seks yang sangat besar baik pada pria maupun pada wanita sehingga mencapai keadaan patologik. Biasanya sult untuk ditetapkan keadaan patologik tersebut. Sebagaimana ia terganggu karenanya.

2.      Gangguan dari arah dorongan seks
Arah dan tujuan seksual yang normal adalah tertuju pada lawan jenisnya (heteroseks). Pada deviasi seksual arah tersebut telah berbelok pada obyek lain dimana obyek tersebut sebagai cara utama untuk mendapatkan kepuasaan seksual. Macamnya adalah:
a.       Homoseksualitas pada laki-laki atau lesbianisme pada wanita adalah keadaan dimana seorang melakukan aktivitas seksual antar jenis yang sama.
Bila disamping perilaku homoseksual ia juga menunjukkan heteroseksual maka disebut biseksual. Homoseksual biasanya jarang berobat ke dokter, bila dia datang berobat maka hanya 30% dapat ditolong untuk menjadi heteroseksual. Adapun perilaku homoseksual yang sifatnya sementara karena situasi, misalnya terjadi di Asrama maka prilaku homoseksual tidak dikerjakan lagi.
b.      Fotishisme adalah keadaan seorang yagn mencari rangsangan dan pemuasan seksual dengan mengganti sebuah benda milik seks yan lain misalnya sepatu, pakaian dalam, kaos, kaki atau rambut.
c.       Pedofilia adalah melakukan seksual dengan memakai anak kecil sebagai objek pemuasan seksualnya.
d.      Tranvestisme adalah keadaan seseorang yang macam rangsangan dan pemuasaan seksual dengna jalan memakai pakaian dari lawan jenisnya.
e.       Eksibionisme adalah orang yang mempertontonkan genitalianya di depan orang lain untuk mencapai rangsangan dan pemuasaan seksualnya.
f.       Veyeurisme atau skopofilin adalah seorang yang memperoleh rangsangan dan pemuasan seksual dengan mengamati orang telanjang atau orang lain melakukan hubungan seksual.
g.       Sadisme adalah orang yang sadis dalam mencapai pemuasan seksual dengan menyakiti secara fisik atau psikologik terhadap pasangannya.
h.      Masokhisme adalah seorang yang mencapai kepuasaan seksual bila mana disakiti oleh pasangannya.
i.        Transeksualisme adalah seorang transeksual menolak jenis kelamin badaniah yan ada padanya, jadi kelamin fisiknya bertentangan dengan jenis kelamin psikologiknya. Keadaan ini menimbulkan konflik dan tidak adanya ketentraman batin. Penderita datang kepada dokter dengan keinginan agar diubah jenis kelamin fisiknya. Biasanya dicoba dulu untuk mengubah keadaan psikologiknya melalui psikoterapi.
Bila sudah dua tahun tidak membawa hasil pada penderita tetap menghendaki perubahan maka barula hdilakukan operasi misalnya dengan membuat vagina dan membesarkan buah dada. Lebih mudah melakukan operasi mengubah laki-laki menjadi wanita daripada sebaliknya.
Perilaku seksual yang tidak dapat digolongkan abnormal karena bisa juga dilakukan oleh orang normal adalah Kunilingus berarti kotak mulut atau lidah dengan kelamin wanita. Felasio kontak mulut dengan penis. Analingus adalah kontak mulut dengan anus.
Cara ini kadang dilakukan orang normal pada saat permulaan dalam hubungan heteroseksual normal.
Masturbasi atau onani adalah menimbulkan rangsangan yang memberikan kepuasaan seksual untuk diri sendiri. Penelitian Kinsey di Amerika Serikat menunjukkan perilaku masturbasi pernah dilakukan hampir semua pria dan 75% dari semua wanita di dalam hidupnya.
Merangsang diri sendiri adalah biasa pada masa anak-anak, masa puberitas dimana gairah seks makin berkembang maka masturbasi tidak boleh ditakuti atau dicela karena celaan dan ancaman akan menambah ketegangan kecemasan, rasa salah dan rendah diri.
Perasaan inilah dan bukan masturbasi itu sendiri yang nantinya akn menimbulkan kurangnya konsentrasi, jantung berdebar, badan lemih dan keluhan nerotik yang lain.