Koma



Penulisnya suka banget membubuhkan tanda koma di setiap kalimat, jadi kalimat yang seharusnya hanya dua baris menjadi lima baris dengan koma koma beserta keterangan yang kurang penting. Delete sih tinggal mencet aja. tapi merangkai kalimatnya itu lho. Belum lagi kalau penulisnya juga demen banget menggunakan konjungsi dan preposisi di awal kalimat. Owww.....

Editor oh editor.

“Kalau koma terus, berarti dia belum bisa move on. Segeralah berubah menjadi titik. Biar lekas selesai.”
“Kalau koma terus, nanti lama-lama mati.”

Seperti cintaku.

Bisa saja kehadiranku yang begini-begini bisa menjadi momok hantu buat beberapa orang yang saat ini sudah move on (Alhamdulilah). Namun, ternyata susah menghadapi hantu itu, karena di mataku juga sudah mulai muncul hantu. Kamu yang tiba-tiba sms.

“Selamat ya...”

Setelah itu pandangan mataku berkunang-kunang, jantungku berdebar-debar, tanganku gemetaran (asli alay). Setelah membalas sms itu nyeselnya minta ampun. Kenapa langsung ku balas coba? Kan dia tahu kalau aku masih care? Huaaa... balas lagi, dan tak ku balas. Sampai sekarang. *emot cool pakai kaca mata.

Sekali lagi, aku bukan orang yang mampu memasang muka dua. Seperti teman yang malam ini baru saja kukunjungi. Bedaku dengannya, dia berani duel dengan perempuan yang menganggu kehidupannya. Aku? Bukannya tak berani, hanya saja lawan duelnya yang bikin males. Hahahah *sini sini tante ketekin. Ha ha ha.

Intinya, masuk kerja jam setengah delapan dan pulang jam lima itu sesuatu sekali. Waktu berjalan cepat. Sholat jadinya nggak bolong. Terus apa lagi ya. itu, masnya yang di belakang saya potongan rambutnya aneh dan dari sekian kariyawan laki-laki, hanya nama dia yang kuingat namanya. *opo jal?

Asli, kerja capek, ketika mengunjungi teman, bercerita, mencela orang lain (ha ha ha), menertawakan orang lain, itu rasanya segala capek ilang. 

“Segeralah move on. Jangan gagal melulu seperti itu tu.”
“Oh, kamu putus juga? Jadi ingat omongan temen PPL dulu.”
“Iuh...”

Pulanglah

“Nikmati peranmu yang sekarang. Apa pun itu, siapa pun kamu, meskipun masih saja jalan di tempat. Abaikan dua orang paling nggak penting dalam hidupmu itu.”
Biarkan dia menikmati keadaan koma di dalam cinta. Memilih untuk hidup atau tetap koma kemudian mati.
 
Pesan seorang sahabat siang tadi melalui henpun (kata Al)