Nggak nyangka pakai banget, ternyata celana itu juga bisa galak. Aku membuktikan pagi ini. Kondisi belum sarapan. Sampai di terminal maunya lekas sampai di rumah. Pas mau turun dari bus, naikin celana, ternyata tangan nggak sengaja kena label celana yang dari besi. Langsung darah mengucur dengan derasnya. Aku masih bengong aja. Tak kira masalah sepele yang segera mampet. Eh, malah darah bercecer sampai mana-mana. Jok bus banyak banget, celana, jaket, tas dan semua muanya. Pas aku lihat lukanya ternyata dalam oh No!
Maunya lagi, aku sembunyikan. Ealah diuber sama kenek bus, sama petugas terminal (karena nggak ada tissu dan lap) di ambikan koran. Tanganku dibungkus pakai koran. Darah masih aja ngucur. Mungkin karena msih pagi, jadi fress gitu (nggak ada hubungannya ya). depan ada toko, dibelikan hansaplas dan pulang diantar pak ojek yang nggak mau dibayar. Sampai rumah? KOSONG!
Nangis hihahihi... sendirian. Kasihan banget nasib aku. Telpon mamak yang lagi ngurusi posyandu. Telfon sambil mewek-mewek langsung mamak cabut ke rumah. Sampai rumah ikut nangis. Yelah.., pagi-pagi tangisan di rumah gue. Sebenernya itu sakitnya nggak seberapa. Cuma kesendirian itu yang membuat sakit di sini. Nggak ada buat ngadu atau ngeluh atau sekadar bilang cup cup. Gitu... akhirnya makan aja disuapin. Ngeekkk...
Selanjutnya baru mikir, eh cagur kok cengeng ya. Tangan berdarah aja nangis. He he he
Dan menemukan jalan setelah lulus nanti. Terima kasih, karena mengizinkan aku untuk kembali belajar. Bisa juga memperpanjang keberadaanku untuk mencari seseorang yang jari tangannya boleh ku pinjam untuk menambahi hitungan usia yang kian banyak.
Tiba pada saatnya aku kembali merindukan lagi. Seperti halnya kesendirian yang bikin sedih ya. sampai bertemu kapan-kapan. Jika dulu kamu yang pernah memperjuangkan, sekarang saatnya aku. Jika dulu itu akhirnya aku menyerah untuk mencintaimu, apakah kamu juga akan menyerah hingga akhirnya mencintaiku?
“Aku mengawasi TL kalian di twitter. Yang satu memuja pacarnya yang satu lagi galau karena jomblo!”
Duh, perih banget omongan temenku ini.
Hey, bolehkah kupinjam jari tanganmu untuk melengkapi hitungan usiaku yang sudah tak bisa kutampung sendiri ini? Sekaligus meminjamkan hatimu. Dan aku berjanji akan menjaganya, menjagamu. Aku mencintaimu.