PELAKSANAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH

PELAKSANAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH

A. Ibadah Haji.

1. Ihram dan Miqat :
Di Yalamlam atau di lapangan terbang “King Abdul Aziz” jama’ah haji Indonesia, mulai menggunakan pakaian ihram (sebelumnya disunahkan mandi dan menggunakan minyak wangi), jangan lupa : niat ihram haji dan talbiyah terus menerus sepanjang jalan menuju Masjidil-Haram, untuk menunaikan Thawaf Qudum.

2. Thawaf Qudum :
Pertama masuk Masjidil-Haram lewat Babus-Salam atau Babu Bani Syaibah, ketika melihat Ka’bah membaca do’a :
اللّهُمَّ زِدْ هَذاَ اْلبَيْتَ تَشَْرِيْفاً وَتَعْظِيْماً وَتَكْرِيْماً وَمَهاَبَةً وَزِدْ مَنْ شَرَّفَهُ وَكَرََّمَهُ ِممَّنْ حَجَّهُ وَاْعتَمَرَهُ تَشْرِيْفاً وَتَعْظِيْماً وَتَكْرِيْماً وَبِرًّا.
Allahumma zid hadzal baita syariifan wa ta’dziman wa takriiman wa mahaabatan wa zid man syarrafahu wakarramahu mimman hajjahu wa’tamarahu syariifan wa ta’dziman watakriiman wa birran.
Artinya : ”Ya Allah, tambahlah kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan kehebatan rumah ini, serta orang-orang yang berkunjung kepadaNya demi menunaikan ibadah haji dan umrah”.
Seperti melakukan shalat, sebelumnya berwudlu terlebih dahulu, lalu thawaf dimulai dari Hajar Aswad (posisi Ka’bah sebelah kiri) pada putaran pertama. Kedua dan ketiga jalannya cepat (lari kecil). Sedang putaran keempat dan seterusnya jalannya biasa. Setiap melewati Hajar Aswad dan Rukun Yamani hendaknya menciumnya seraya membaca :
بِسْمِ اللهِ، اِللهُ أَكْبَرُ، اللّهُمَّ إِيْمَاناً بَكَ وَتَصْدِيْقاً بِكِتَابِكَ وَوَفآءً بَعَهْدِكَ وَاتِّباَعاً لِسُنَّةِ نبَِيِّكَ مُحَمَّد صَلىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Bissmillahi Allahu Akbar, Allahumma iimaanan bika wa tashdiqan bikitabika wawafaan bi’ahdika wattibaan lissunnati nabiyyika Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam
Lafadz niat Thawaf :
نَوَيْتُ أَنَ أُطَوِّفُ بِهذَا اْلَبيْتِ اْلعَتِيْقِ سَبْعًا كَامِلاً ِللهِ تَعَالىَ .
Nawaitu an uthawwifu bihadzal baitil ‘atiiqi sab’an kaamilan lillahi ta’alaa
Artinya : Sengaja aku melakukan thawaf di Baitil-‘Atiq tujuh kali, karena Allah Ta’aala.

3. Sa’i :
Setelah sempurna melakukan thawaf dan sunah-sunahnya. Lantas pergi menuju shafa (lewat Babushafa) untuk melakukan sa’i. Sesampainya di shafa, naik ke panggung shofa seraya membaca :
إِنَّ الصَّفاَ وَاْلمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ
Inna shafa wal marwata min sya’airillah..
Artinya: bahwasanya Shafa dan Marwah adalah setengah dari syiar agama Allah…
Lafadz niat sa’i :
نَوَيْتُ أَنْ أَسْعِىَ بَيْنَ الصَّفاَ وَالْمَرْوَةَ سَبْعَةَ اَسْوَاطٍ ِللهِ تَعَالىَ.
Nawaitu an as’iya bainas shafa walmarwata sab’ata aswatin lillahi Ta’alaa.
Artinya: “Sengaja saya melakukan sa’i antara shafa dan marwah pulang pergi 7 x, karena Allah ta’ala”.
Sebelum dimulai, menghadaplah ke kiblat (mengangkat kedua tangan) seraya berdo’a :
ألله أكبر ألله أكبر ألله أكبر، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ بِيَدِهِ اْلخَيْرُ وَهُوَ عَلىَ كُلِّ شَيٍء قَدِيْرٌ ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَّمَ اْلأَحْزاَبَ وَحْدََهُ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laailaha illallahu wahdahu laa syariikalahu, lahulmulku wa lahulhamdu yuhyii wayumiitu biyadihilkhair wa huwa ‘alaa kuli syaiin qadiir, Laailaha illallahu wahdahu anjaza wa’dahu wanashara ‘abdahu wahazzamal ahzaaba wahdahu.
Artinya :
“Allah Maha Besar 3x, tiada yang wajib disembah selain Allah Yang Esa, kepunyaan Dia-lah kerajaan dan pujian, Dia kuasa atas segala sesuatu, tiada yang wajib disembah selain Allah yang Esa, yang telah menyempurnakan janji-Nya dan menolong hamba-Nya, dan Dia lah yang membinasakan musuh-Nya dengan kesendiriannya”.
Di tengah-tengah berdo’a tersebut, Jama’ah haji boleh memanjatkan do’a (menurut keinginan masing-masing), dan setelah sampai di Marwa, do’a tersebut dibaca lagi, demikianlah itu dilakukan hingga selesai sa’i 7 x

4. Wukuf di Arafah
Tanggal 8 Dzulhijjah, jama’ah haji berangkat menuju Mina (dan sampai disana): Shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Shubuh. Dan ketika matahari terbit tanggal 9 Dzhulhijjah, jama’ah haji berangkat ke Arafah lewat Ad-Dab, jalan pintas di sebelah jalan umum, sebelum masuk waktu Dhuhur, kemudian menuju ke suatu lembah (di sana mendengarkan khotbah) dan setelah Shalat Dhuhur dan Ashar, jama’ah berangkat ke pinggir gunung, untuk melakukan) wuquf, sesampai di sana menghadap kiblat dan berdo’a (menurut keinginan jama’ah haji masing-masing).

5. Bermalam di Muzdalifah.
Setelah terbenam matahari (di Arafah), jama’ah haji turun (melewati jalan umum) ke Muzdalifah dan bermalam di sana.
Berangkat ke Masy-aril Haram (sesudah shalat Shubuh, sebelum matahari terbit) untuk berdo’a (menurut keinginannya sendiri, dengan sepenuh hatinya).
Kemudian berjalan ke Mina dengan cepat-cepat (langkahnya dipercepat) ketika melewati Muhassir; dan sebaiknya mengambil kerikil di tempat ini, untuk melempar jumrah.

6. Melempar Jumrah :
Sesampai di Mina jama’ah haji melempar jumrah Aqabah sebanyak 7 kali dengan batu-kerikil (dan setiap melempar hendaknya bertakbir “ Allahu Akbar”), dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri jama’ah. Kemudia berdo’a :
أللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَذَنْباً مَغْفُوْراً.
Allahummaj’alhu hajjan mabruuran wa dzanbaan maghfuuran.
Artinya : “Ya Allah jadikanlah dia haji yang mabrur dan dosa yang terampuni”.
Kemudian sesudah selesai melempar jumrah Aqabah, jama’ah haji menyembelih kambing/korbannya di Mina (yang disebut al-Hadyu). Korban tersebut boleh unta atau sapi.

7. Tahallul.
Sesudah berkorban, lalu jama’ah haji bertahallul (bebas dari peraturan-peraturan ihram). Namun tidak boleh bagi suami istri melakukan hubungan badan (bersetubuh). Dan sesudah itu, hendaknya jama’ah membersihkan badannya, memakai minyak wangi (harum-haruman), berangkat ke Makkah, untuk melakukan thawaf (yang disebut dengan thawaf ifadlah/ thawaf ziarah).

8. Thawaf ifadlah :
Setelah melakukan thawaf ifadlah ini, jama’ah haji bertahallul yang kedua kalinya (yang berarti jama’ah telah merdeka/bebas dan halal bersetubuh (antara suami-istri).

9. Melempar tiga jumrah :
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jama’ah kembali ke Mina (dan shalat Dhuhur d isana), dan bermalam untuk melaksanakan tiga jumrah (selama hari tasyriq yaitu : tanggal 11, 12, dan 13) yaitu jumrah sughra, wustha dan Aqabah atau sebanyak 63 x lemparan. Setelah itu baru jama’ah meninggalkan Mina.
Catatan :
Meninggalkan Mina boleh memilih dari dua cara yaitu: Nafar Awal atau Nafar Tsani (lihat pengertian nafar).

10. Thawaf wada’ :
Sesudah itu, jama’ah haji pergi ke Baitullah, untuk melakukan thawaf wada’ (thawaf perpisahan) yang berarti jama’ah telah sempurna dalam melakukan ibadah hajinya. Karena thawaf wada’ ini adalah amalan terakhir dalam rangkaian ibadah haji.

B. Ibadah Umrah :

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu, bahwa Umrah (yang dilakukan yaitu): Ihram, Thawaf, Sa’i dan Tahallul, tanpa wuquf di Arafah dan tanpa batas ketentuan waktu (yang disebut Miqat Zamani). Yang ada dalam Umrah hanyalah miqat makani (jika jama’ah Indonesia, Malaysia, atau Yaman) dari Yalamlam atau boleh di lapangan terbang King Abdul Aziz Jeddah.

1. Ihram dari Miqat :
Pertama berpakaian ihram dan niat Umrah, kemudian mengucapkan talbiyah :
لَبَّيْْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
Labbaik Allahumma labbaik, Labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka, laa syarikalak.
Artinya: “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu”.
“Talbiyah” ini terus dibaca sambil menuju Masjidil Haram.

2. Thawaf :
Masjidil-Haram (lewat Babus Salam/ Bab Bani Syaibah) untuk melakukan Thawaf, sebelumnya berwudlu terlebih dahulu, lalu menghadap Hajar Aswad dan mengecupnya dengan bibir atau mengusapnya atau dengan isyarat hormat lalu dikecupnya. Ketika baru melihat Ka’bah berdo’a sebagai berikut :
اللّهُمَّ زِدْ هَذاَ اْلبَيْتَ تَشَْرِيْفاً وَتَعْظِيْماً وَتَكْرِيْماً وَمَهاَبَةً وَزِدْ مَنْ شَرَّفَهُ وَكَرََّمَهُ ِممَّنْ حَجَّهُ وَاْعتَمَرَهُ تَشَْرِيْفاً وَتَعْظِيْماً وَتَكْرِيْماً وَبِرًّا.
Allahumma zid hadzal baita syariifan wa ta’dziman wa takriiman wa mahaabatan wa zid man syarrafahu wakarramahu mimman hajjahu wa’tamarahu syariifan wa ta’dziman watakriiman wa birran.
Artinya : Ya Allah, tambahlah kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan kehebatan rumah ini, serta orang-orang yang berkunjung kepadaNya demi menunaikan ibadah haji dan umrah.
Thawaf dimulai dari Hajar Aswad sebanyak 7 x putaran, caranya : menempatkan Ka’bah di sebelah kiri. Putaran pertama, kedua dan ketiga berlari kecil, sedang putaran seterusnya hingga selesai, berjalan biasa. Dan setiap lewat Hajar Aswad dan Rukun yamani mengucapkan :
بسم الله ألله أكبر
Setelah Thawaf selesai berdo’a :
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
Rabbana aatinaa fiddunyaa hasanatan wa filaakhirati hasanatan waqinaa 'adzaabannar
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.
Dan shalat 2 raka’at (di dekat maqam Ibrahim) dengan suara keras, sekalipun di siang hari. Lalu kembali mencium Hajar Aswad, dan berangkat/berjalan ke Shofa (lewat pintu Shafa) untuk melakukan Sa’i.

3. Sa’i.
Seperti dalam ibadah haji, sesampai di Shafa membaca :
إِنَّ الصَّفاَ وَاْلمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ
Inna shafa wal marwata min sya’airillah..
Artinya: “bahwasanya Shafa dan Marwah adalah setengah dari syiar agama Allah…”

Dan naik panggung Shafa (menghadap kiblat) seraya membaca :
ألله أكبر ألله أكبر ألله أكبر، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ بِيَدِهِ اْلخَيْرُ وَهُوَ عَلىَ كُلِّ شَيٍء قَدِيْرٌ ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَّمَ اْلأَحْزاَبَ وَحْدََهُ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laailaha illallahu wahdahu laa syariikalahu, lahulmulku wa lahulhamdu yuhyii wayumiitu biyadihilkhair wa huwa ‘alaa kuli syaiin qadiir, Laailaha illallahu wahdahu anjaza wa’dahu wanashara ‘abdahu wahazzamal ahzaaba wahdahu.
Artinya : “Allah Maha Besar 3x, tiada yang wajib disembah selain Allah Yang Esa, kepunyaan Dia-lah kerajaan dan pujian, Dia kuasa atas segala sesuatu, tiada yang wajib disembah selain Allah yang Esa, yang telah menyempurnakan janji-Nya dan menolong hamba-Nya, dan Dia lah yang membinasakan musuh-Nya dengan kesendiriannya”.
Kalimat tersebut di atas dibaca 3x, dan di tengah-tengah membaca boleh berdo’a (menurut keinginan masing-masing). Lantas ke Marwah (naik ke Marwah), dan ketika melewati tanda hijau hendaknya dipercepat jalannya hingga menemukan tanda hijau lainnya. Di Marwah membaca seperti yang diucapkan di Shafa, demikianlah hingga selesai sa’i (7x bolak-balik).

4. Tahallul.
Terakhir mencukur rambut (tahallul), yang berarti ibadah umrah telah selesai (bebas dari peraturan-peraturan Ihram Umrah).
RINGKASAN
Ibadah Haji Ibadah Umrah
1. Ihram dari Miqat
2. Thawaf Qudum
3. Sa’i.
4. Wuquf di Arafah
5. Bermalam di Muzdalifah
6. Melempar Jumrah
7. Tahallul
8. Thawaf Ifadlah
9. Melempar Tiga Jumrah
10. Thawaf Wada’ 1. Ihram dari Miqat
2. Thawaf
3. Sa’i.
4. Tahallul.

IBADAH HAJI
Syarat Rukun Wajib Sunnah
 Islam
 Baligh
 Berakal sempurna
 Merdeka dan mampu
 Miqat Zamani
 Mengetahui perbuatan haji  Niat Ihram
 Wuquf
 Thawaf
 Sa’i.
 Tahallul
 Tertib  Niat Ihram dari Miqat
 Bermalam di Muzdalifah
 Melempar Jumrah Aqabah
 Melempar tiga Jumrah
 Bermalam di Mina
 Thawaf Wada’
 Menghindari segala yang diharamkan  Membaca Talbiyah
 Berdo’a sesudahnya
 Dzikir ketika Thawaf, dan melakukan Shalat sesudahnya.
 Masuk ke dalam Baitullah (Ka’bah)
 Haji Ifrad.



IBADAH UMRAH
Syarat Rukun Wajib Sunnah
 Islam
 Baligh
 Berakal sempurna
 Merdeka dan mampu
 Mengetahui perbuatan Umrah  Niat Ihram
 Wuquf
 Sa’i.
 Tahallul
 Tertib  Niat Ihram dari Miqat
 Menghindari segala yang diharamkan  Membaca Talbiyah
 Berdo’a sesudah Thawaf
 Dzikir ketika Thawaf
 Shalat sesudah Thawaf.
 Masuk kedalam (Ka’bah)



Pelaksanaan Haji Tamattu’
Haji tamattu’ merupakan pilihan yang cukup ringan, yaitu melaksanakan ibadah umrah terlebih dahulu, baru kemudian melaksanakan ibadah hahji. Sesudah selesai melaksanakan ibadah umrah, jama’ah haji sudah bisa melepaskan pakaian ihramnya. Dengan demikian sudah bebas dari segala larangan ihram. Jama’ah tinggal menunggu tanggal 8 Dzulhijjah untuk kembali berpakaian ihram dan berangkat ke Arafah dalam rangka melaksanakan rangkaian ibadah haji.
Haji Tamattu’ baik dilaksanakan oleh jama’ah haji yang datang ke Makkah lebih awal, jauh sebelum pelaksanaan ibadah haji. Dengan demikian jarak antara pelaksanaan umrah dan haji cukup lama. Di antara waktu umrah dan waktu haji itu tidak perlu berpakaian ihram. Bagi yang melaksanakan haji tamattu’ diwajibkan membayar dam atau denda, dengan menyembelih seekor kambing.

Pelaksanaan Ibadah Umrah
Bagi jama’ah gelombanga pertama yang sudah berada di Madinah, persiapan ihram untuk ibadah umrah dilaksanakan di Madinah, sedangkan miqatnya di Bir Ali (Zulhulaifah), yang terletak sekitar 12 Km dari kota Madinah, di jalan raya menuju Makkah.
Bagi jama’ah gelombang keud yang baru datang dari tanah air dan akan langsung ke Makkah, miqatnya adalah di pesawat udara saat melintasi Qarnul Manazil. Persiapan ihram untuk ibadah umrah dilakukan di asrama haji di tanah air sebelum berangkat ke tanah suci.

Pelaksanaan umrah adalah sebagai berikut :
A. Madinah atau Asrama Haji di Tanah Air
1. Melakukan persiapan ihram :
- Mandi sunnah ihram
- Memotong kuku
- Memotong rambut secukupnya
- Memakai wangi-wangian.
2. Memakai pakaian ihram

Bir Ali atau Qanul Manazil
1. Shalat sunat ihram 2 rakaat, jika memungkinkan
2. Melafadzkan niat umrah: LabbaikaAllahuma’Umratan
3. Teruskan perjalanan ke Makkah. Dalam perjalanan ke Makkah baca bacaan talbiyah.
Sebagian jama’ah haji Indonesia bermiqat di Bandar Udara King Abdul Aziz, Jeddah, seperti yang ditentukan Departemen Agama. Bagi yang mau melakukannya, boleh. silahkan. Tetapi miqat yang lebih tepat bagi jama’ah haji dari Indonesia adalah di Qarnul Manazil, yang dilewati + setengah jam sebelum mendarat di Jeddah.

B. Makkah
1. Melakukan tawaf umrah
2. Melaksanakan sa’i.
3. Tahallul
Dengan demikian selesailah rangkaian ibadfah umrah. Jama’ah sudah boleh mengganti pakaian ihram dengan pakaian biasa, sambil menunggu saatnya pelaksanaan ibadah haji.

Pelaksanaan Ibadah Haji.
Ibadah haji dimulai dengan memakai pakaian ihram dan niat ihram pada tanggal 8 Dzulhijjah. Persiapan ihram dilakukan di tempat penginapan di Makkah, sedangkan shalat sunat dan niat ihramnya bisa dilakukan di rumah atau di Masjidil Haram. Pelaksanaan ibadah haji adlah sebagai berikut :

8 Dzulhijjah, Makkah
1. Melakukan persiapan ihram :
 Mandi sunat ihram
 memotong kuku
 memotong rambut secukupnya
 memakai wangi-wangian.
2. Memakai pakaian ihram
3. Shalat sunat ihram 2 rakaat.
4. Melafadzkan niat haji : Labbaika Allahumma Hajjan.
5. Berangkat ke Mina atau langsung ke Arafah.

8 Dzulhijjah, Mina
 Mabit atau menginap di Mina sebelum berangkat ke Arafah, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

9 Dzulhijjah, Mina
 Berangkat ke Arafah setelah matahari terbit.

9 Dzulhijjah, Arafah.
1. Berdo’a, dzikir, tasbih, dan lain-lain menunggu waktu wukuf (yaitu waktu Dhuhur).
2. Shalat Dhuhur dan Ashar di jama’, setelah masuknya waktu wukuf.
3. Melaksanakan wukuf dengan berdo’a, dzikir , talbiyah, istighfar sampai datangnya waktu maghrib.
4. Segera berangkat ke Muzdalifah setelah matahari terbenam, tanpa melaksanakan shalat Maghrib (seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW).
Kalau takut tidak dapat melaksanakan shalat Maghrib dan Isya di Muzdalifah, boleh melakukan shalat jamak di Arafah sebelum berangkat.

9 Dzulhijja Malam, Muzdalifah (10 Dzulhijjah)
1. Shalat Maghrib dan Isya’ dijamak ta’khir.
2. Mabit di Muzdalifah.
3. Mengumpulkan 7 butir batu pelontar Jumrah Aqabah sambil mabit.
4. Setelah shalat shubuh tanggal 10 Dzulhijjah berangkat ke Mina
Kalau tidak bisa mabit atau menginap di Muzdalifah, setidaknya berhenti sebentar sampai lewat tengah malam, sambil mengumpulkan batu pelontar Jumrah Aqabah.

10 Dzulhijjah, Mina
1. Melontar Jumrah Aqabah 7 kali.
2. Tahallul Awwal
3. Melanjutkan ke Makkah untuk melakukan Thawaf Ifadlah, sa’i dan tahallul Qubra, bagi yang menginginkannya.
4. Harus sudah berada kembali di Mina sebelum Maghrib.
5. Mabit di Mina, paling tidak sampai lewat tengah malam.

11 Dzulhijjah, Mina
1. Melontar Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah, masing-masing 7 kali.
2. Mabit di Mina, paling tidak sejak sebelum Maghrib sampai lewat tengah malam.

12 Dzulhijjah, Mina.
1. Melontar Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah, masing-masing 7 kali.
2. Bagi yang nafar awal, kembali ke Makkah sebelum Maghrib, lanjutkan dengan thawaf Ifadlah, sa’i dan tahallul qubra, jika perlu.
3. Bagi yang nafar Tsani, mabit di Mina.

13 Dzulhijjah, Mina
Bagi yang nafar Tsani :
1. Melontar Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah masing-masing 7 kali.
2. Kembali ke Makkah

13 Dzulhijjah, Makkah
1. Thawaf Ifadlah, sa’i dan tahallul kubra jika belum melaksanakan.
2. Ibadah haji selesai.

Denda atau Dam Melanggar Larangn Ihram

NO LARANGAN IHRAM KONDISI DAM ATAU DENDA
1 Memakai pakaian yang berjahit Pria Memotong seekor kambing
2 Menutup kepala Pria Memotong seekor kambing
3 Menutup muka atau telapak tangan Wanita Memotong seekor kambing
4 Menggugurkan atau memotong rambut (segala macam rambut) Lebih dari 12 helai Memotong seekor kambing
Kurang dari 12 helai Memberi makan fakir miskin
5 Memotong kuku 1 kuku jari
2 kuku jari
3 kuku jari atau lebih Bersedekah 1 mud
Bersedekah 2 mud
Memotong seekor kambing
6 Memakai wangi-wangian Pria dan wanita Memotong seekor kambing
7 Berburu atau membunuh Memotong binatang yang sama atau
Bersedekah makanan untuk 60 orang miskin, setiap orang setengah sha’ beras atau yang senilai atau
Berpuasa, setiap orang miskin, satu hari puasa
8 Bertengkar Pria dan wanita Memotong seekor kambing
9 Merusak tanaman di Tanah Haram Pria dan Wanita Memotong seekor kambing
10 Melakukan akad nikah atau menikahkan Memotong seekor kambing
11 Bersetubuh Sebelum Tahallul Awal Hajinya batal, wajib memotong seekor unta atau sapi, wajib mengulang hajinya tahun depan
Sesudah Tahallul awal Hajinya tidak batal, wajib memotong seekor unta atau sapi