MAKALAH ETIKA KOMUNIKASI KANTOR


PENULIS : DEDEK ASRIANI
BAB  I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
            Komunikasi merupakan suatu cara individu untuk melakukan interaksi dengan individu yang lain. Tanpa komunikasi, individu akan sulit  mengungkapkan keinginan, pendapat dan menjalankan hubungan silaturahmi dengan individu lain. Komunikasi sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial  individu. Bayangkan, apa yang terjadi jika antara satu individu dengan individu yang lain tidak mengetahui bagaimana  cara berkomunikasi, kehidupan sosial tidak akan terjadi, informasi tidak didapatkan dan masyarakat akan menjalani kehidupan yang membosankan karena tidak dapat mencurahkan ide, pendapat dan perasaan mereka.

            Komunikasi erat kaitanya dengan sistem indera, misalnya pendengaran. Untuk dapat memahami apa yang dikatakan secara verbal, kita harus mendengarkan. Jika pendengaran terganggu maka akan sulit untuk memahami informasi yang disampaikan secara lisan. Masih banyak lagi contoh hubungan komunikasi dengan sistem indera.
            Perkembangan teknologi memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan informasi dalam jarak jauh. Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan media massa ataupun elektronik, hanya saja tidak selamanya komunikasi yang dilakukan ini efektif. Hal ini tergantung pada situasi dan kondisi yang sedang kita alami.    




      B. Rumusan Masalah
1.      Apa itu komunikasi?
2.       Penjelasan perkembangan setelah berkomunikasi
3.      Apa itu Makna Komunikasi?
4.      Sebutkan pengertian komunikasi Verbal yang Efektif?
5.      Berikan beberapa contoh Konmunika

C. Tujuan Masalah
  1. Memahami arti dari komunikasi
  2. Menjelaskan perkembangan setelah berkomunikasi
  3. Memahami makna dari berkomunikasi
  4. Memahami komunikasi verbal yang efektif
  5. Memberikan contoh berkomunikasi










                                                            BAB II
PEMBAHASAN           

A.    Pengertian

Komunikasi merupakan terjemahan kata communication yang berarti perhubungan atau perkabaran. Communicate berarti memberitahukan atau berhubungan. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio dengan kata dasar communis yang berarti sama. Secara terminologis, komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan sesuatu (pesan) dari satu pihak ke  pihak lain dengan menggunakan suatu media. Sebagai makhluk sosial, manusia sering berkomunikasi satu sama lain. Namun, komunikasi bukan hanya dilakukan oleh manusia saja, tetapi juga dilakukan oleh makhluk-makhluk yang lainnya. Semut dan lebah dikenal mampu berkomunikasi dengan baik. Bahkan tumbuh-tumbuhanpun sepertinya mampu berkomunikasi.
Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak penerima (komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.
B.     Unsur Unsur Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain:
1.      Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media   tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi
2.      Komunikan.
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3.      Media.
Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.
4.       Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.
5.       Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
C.    Fungsi Dan Manfaat Komunikasi
Dengan berkomunikasi, insya Allah, kita dapat menjalin saling pengertian dengan orang lain karena komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah:
1.      Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.
2.       Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
3.      Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya.
4.       Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator dan komunikan.
5.      Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial, barang dan jasa.
6.      Fungsi da’wah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan perjuangan bersama.
Banyak manfaat yang dapat peroleh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif, di antaranya adalah:
1.      Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan.
2.      Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.
3.      Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan, komunitas atau jama’ah.
4.      Aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar di antara sesama umat manusia dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan penuh kedamaian.
D.    Pedoman Dalam Berkomunikasi
Komunikasi yang baik adalah komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik tanpa menimbulkan perasaan negatif. Ada beberapa pedoman untuk menjalin komunikasi yang baik, yaitu antara lain:
1.      Berkomunikasi dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam.
2.      Setiap situasi komunikasi mempunyai keunikan.
3.      Kunci sukses komunikasi adalah umpan balik.
4.      Komunikasi bersemuka adalah bentuk komunikasi yang paling efektif.
5.       Setiap pesan komunikasi mengandung unsur informasi sekaligus emosi.
6.      Kata adalah lambang untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan yang     terbuka untuk ditafsirkan.
7.       Semakin banyak orang yang terlibat, komunikasi semakin kompleks.
8.      Dapat terjadi gangguan dalam penyampaian pesan komunikasi.
9.      Perbedaan persepsi mengganggu keefektifan sampainya pesan.
10.  Orang berkomunikasi sesuai dengan situasi komunikasi yang diharapkannya.

E.     Sikap Dalam Berkomunikasi
Ada beberapa sikap yang perlu dicermati oleh seseorang dalam berkomunikasi, khususnya  komunikasi verbal,  yaitu antara lain:
1.    Berorientasi pada kebenaran (truth).
2.     Tulus (sincerity).
3.    Ramah (friendship).
4.     Kesungguhan (Seriousness).
5.     Ketenangan (poise).
6.    Percaya diri (self convidence).
7.    Mau mendengarkan dengan baik (good listener)
F.     Teknik Berkomunikasi Secara Efektif
 Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa komunikasi efektif tejadi apabila suatu pesan yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi. Karena itu, dalam berkomunikasi, khususnya  komunikasi verbal  dalam forum formal,  diperlukan langkah-langkah yang tepat. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi.
2.    Mengenali komunikan (audience).
3.    Berorientasi pada tema komunikasi.
4.    Menyampaikan pesan dengan jelas.
5.    Menggunakan alat bantu yang sesuai.
6.    Menjadi pendengar yang baik.
7.    Memusatkan perhatian.
8.    Menghindari terjadinya gangguan.
9.    Membuat suasana menyenangkan.
10.    Memanfaatkan bahasa tubuh dengan benar.

G.    Berkomunikasi Dalam Forum Pelatihan
Dalam pelatihan, seorang komunikator sebagai Pembicara perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi forum tersebut, baik jenis pelatihan, suasana ruangan, audience (peserta), fasilitas pendukung dan lain sebagainya. Agar dapat berkomunikasi secara efektif dan optimal, komunikator perlu mempersiapkan diri, baik dari segi penampilan fisik, mentalitas maupun penguasaan materi yang akan disampaikan. Persiapan yang baik sangat mendukung sekali penampilannya dalam berkomunikasi dengan komunikan.
Pesan yang akan disampaikan dikemas dalam bentuk naskah tertulis materi pelatihan sesuai temanya. Materi disampaikan dengan metode ceramah yang diikuti dengan tanya jawab atau diskusi. Kamunikator dituntut untuk mampu menerangkan pesan materi secara jelas, dengan memanfaatkan kemampuan logika, intonasi pembicaraan, pengucapan kata, dan pemilihan kalimat yang tepat; didukung oleh bahasa tubuh yang menarik maupun peralatan bantu yang sesuai kebutuhan.
Untuk memberi kesan yang lebih mendalam dan pemahaman yang lebih jelas, materi dapat disampaikan dalam bentuk presentasi dengan menggunakan alat bantu komputer dan asesorinya, yang meliputi: Notebook, LCD Projector dan Screen. Presentasi diberikan dalam bentuk penampilan komunikasi verbal Pembicara dan slide presentation, biasanya dalam program power point, secara simultan.






BAB III
KOMUNIKASI VERBAL YANG EFEKTIF
A.    Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:
1.        Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some   money?).
2.        Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).
3.         Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?)
4.        Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).
            Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata. Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
  1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
  2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
  3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
1.      Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
2.      Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
3.      Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.


Keterbatasan Bahasa:
1.      Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
2.      Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
3.      Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.
4.       Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
5.      Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.
6.      Kata-kata mengandung bias budaya.
7.      Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita,sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.
8.      Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communisyang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.
9.      Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? .... Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.
B.     Contoh Komunikasi Verbal
 Seorang teman pernah mengeluh bahwa beliau tidak puas dengan hasil kerja dokter gigi yang menumpat giginya. Ketika ditanya mengapa saat perawatan tidak menanyakan secara detail tentang perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi agar tidak ada kekecewaan. Setelah diperiksa, ternyata tumpatan resin komposit pada giginya mengalami perubahan warna.Teman tersebut juga akhirnya mengaku bahwa dirinya merupakan coffee addict dan mengkonsumsi alkohol secara rutin.
            Kejadian di atas sangat sering terjadi pada dunia kedokteran gigi, ketidak puasan pasien dan penyesalan pasien akibat persetujuan perawatan yang telah diterimanya. Meski pada kenyataannya tidak semua ketidakpuasan itu merupakan kesalahan perawatan dari dokter gigi, namun dalam proporsi tertentu pasti akan berpengaruh pada kepercayaan pasien tersebut pada dokter giginya. Keadaan yang paling ekstrim adalah pasien yang bersangkutan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya agar tidak berkunjung ke dokter giginya.
            Lagi-lagi tentang komunikasi dokter – pasien yang kurang berhasil sehingga pasien mengembangakan opininya sendiri atas perawatan yang di terima. Apabila opini tersebut sangat positif, tentunya akan menguntungkan dokter gigi sebagai operator. Namun, apabila opini tersebut menjadi sangat negatif, tak ayal lagi dokter gigi yang bersangkutan jelas akan kehilangan pasien dan calon pasiennya. Ironis bukan?
Komunikasi dokter pasien diharapkan dapat mendukung upaya pemberian informasi, edukasi dan motivasi pasien dalam rangka menuntaskan masalah kesehatannya. Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2006, komunikasi dokter – pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan.perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumahsakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Sebagai profesional, keterampilan komunikasi dokter – pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus di kuasai dokter gigi karena akan menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.
Contoh hasil komunikasi efektif :
a.       Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat. Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan sebagainya.
b.      Pasiem memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter.
c.        Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan kemampuannya lalu mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya, dengan segala konsekuensinya
d.      Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan/perawatan kesehatannya.
Contoh hasil komunikasi tidak efektif :
a.      Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan, hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya singkat dan mencatat seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk kembali, atau memeriksakan ke laboratorium/foto rontgen dan sebagainya.
b.      Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal ia yang merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia mengerti dan karenanya ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja.
c.       Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan sebagai objek, bukan sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit.
d.       Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak.
e.       Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain.
f.        Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau komplementer atau menyembuhkan diri sendiri (self therapy).
Apabila dokter gigi memiliki kemampuan sedemikian rupa sehingga informasi yang ada dapat disampaikan dengan tepat dan efektif, kejadian seperti pada ilustrasi di atas akan terjadi dalam jumlah yang sangat minimal. Sehingga tujuan perawatan yaitu kepuasan pasien dapat tercapai tanpa penolakan apapun.

BAB IV
PENUTUP
            Komunikasi efektif dipengaruhi oleh saluran komunikasi formal, struktur organisasi, spesialisasi jabatan, pemilikan informasi, jaringan komunikasi dalam organisasi. Artinya faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dengan bijaksana oleh pihak manajemen perusahaan agar perilaku karyawan terbentuk dalam sebuah pola perilaku etis. Komunikasi efektif juga bisa dicapai dengan memahami model komunikasi verbal (bahasa tubuh) seperti kontak mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak ubuh, sosok dan postur tubuh. Dengan pemahaman dan apa yang harus dilakukan pada sebuah komunikasi verbal maka diharapkan individu dalam organisasi dapat berkomunikasi dengan efektif dan pola perilaku etis dapat terbentuk.
a.    Kesimpulan
Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
b.      Saran
Dalam berkomunikasi sebaiknya dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan bahasa yang baik,sopan dan apabila menggunakan bahasa tubuh,gunakan bahasa tubuh yang sopan dan tidak membuat teman yang berkomunikasi kita tersinggung dengan perkataan dan gerak tubuh kita.


                                                                                                                             
DAFTAR PUSTAKA

         Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
         Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
         Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
         Arifin, Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar Ringkas, Rajawali Press. Jakarta.
         dePorter, Bobbi, et.al.2000. Quantum Teaching, Kaifa. Bandung.