Pengetahuan, Filsafat, dan Kebenaran


PENGETAHUAN, FILSAFAT, DAN KEBENARAN

A.  Pengetahuan
pengetahuan dapat diartikan secara luas, yaitu mencakup segala hal yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat pula dikategorikan sebagai berikut:
1)   Pengetahuan inderawi (knowledge)
Pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat dijangkau secaralangsung oleh panca indera. batas pengetahuan ini adalah segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh pancaindera. Kedudukan knowledge ini adalah penting sekali, karena ia merupakan tangga untuk menuju ilmu.
2)   Pengetahuan keilmuan (science)
Pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat diteliti dengan riset atau eksperimen,sehingga apa yang berada di balik knowledge bias terjangkau oleh rasio, atau otak dan pancaindera.
3)    Pengetahuan falsafi
Pengetahuan ini mencakup segala fenomena yang tidak dapat diteliti, tetapi dapat dipikirkan. Batas pengetahuan ini ialah alam, bahkan juga bisa menembus apa yang ada di luar alam, yaitu Tuhan.
          Pengetahuan pada dasarnya membicarakan pada tiga hal, yaitu:alam, Tuhan, manusia. Semua objek tersebut masuk ke dalam kognitif manusia sehingga dia memiliki pengetahuan dalam berbagai macam bidang yang kemudian diklasifikasikan sendiri sesuai kreativitas dirinya terhadap pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban.


B.  Filsafat
Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata: philein dalam arti cinta, dan shoposdalam arti hikmat (wisdom). Filsafat adalah tatanan cara berfikir ilmiah, sistematis, radikal, dan universal. Ilmiah artinya mempunyai kaidah dan prosedur keilmuan, sistematis artinya ada aturan yang tertata dengan rapi, radikal artinya berfikir mendalam sampai ke akar-akarnya, universal artinya menyeluruh dan menyentuh segala aspek kehidupan.
Filsafat merupakan kemajuan manusia dalam menangkap kebenaran pengetahuan biasa dari apa yang diamati oleh pancaindranya.tidak puas kepada pengetahuan biasa, manusia mendaki kepada tingkatan berpikir apa yang tidak diketahui di balik sesuatu yang dapat diinderai oleh manusia mengenai segala objek yang ada.
Ada tiga bidang kajian filsafat:
1.      Ontologi yaitu menceritakan apa hakikat dari pengetahuan dan dari mana asal sumber pengetahuan tersebut.
2.      Epistimologi yaitu menceritakan bagaimana proses pengetahuan itu disusun dan dibangun, dan kaidah-kaidah yang diterapkan serta prinsip yang digunakan.
3.      Aksiologi yaitu menceritakan apa tujuan pengetahuan itu disusun serta hikmah pengetahuan tersebut untuk kemashlahatan manusia.

C.  Ilmu (Science)
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu “alam”, yang berarti pengetahuan. Science berasal dari bahasa Latin yaitu, scio dan scire, yang berarti juga pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Menurut Yacob (1988:7) ilmu pengetahuan adalah suatu sistem yang dikembangkan manusia untuk mengetahui keadaannya dan lingkungannya serta menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya dalam rangka strategi hidupnya. Ilmu-ilmu yang dasar serta tidak dipengaruhi oleh waktu dan ruang lebih bersifat universal daripada yang tergantung pada lingkungan dan zaman.
Ilmu berasal dari suatu pengalaman dan logika manusia yang disusun dengan proses logico-hipotetico-verificative dan alat menyusunnya melalui bahasa logika, matematika dan statistika, di mana ilmu ini digunakan dan dimanfaatkan manusia untuk memecahkan suatu misteri kehidupan manusia.
D.  Fungsi Ilmu Pengetahuan
Fungsi ilmu pengetahuan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Fungsi Deskriptif
Yaitu menggambarkan, melukiskan, dan memaparkan suatu objek atau masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti.
2.      Fungsi Pengembangan
Yaitu melanjutkan hasil penemuan yang terdahulu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.
3.      Fungsi Prediksi
Yaitu meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.
4.      Fungsi Kontrol
Yaitu berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.
E.  Teori-Teori Kebenaran
Ilmu, dalam upaya untuk menemukan kebenaran, mendasarkan dirinya kepada beberapa kriteria kebenaran. Kriteria tersebut atau sering juga disebut sebagai teori adalah:

1.      Koherensi
Koherensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang konsistensi suatu argumentasi. Landasan koherensi inilah yang dipakai sebagai dasar kegiatan keilmuan untuk menyusun pengetahuan yang bersifat sistematis dan konsisten.
2.      Korespondensi
Korespondensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan objek yang dikenai pernyataan tersebut. Ilmu tidak saja mengandalkan pikiran dalam menyusun pengetahuan yang bersifat rasional, konsisten dan sistematis berdasarakn kriteria koherensi, tetapi sekaligus juga mengandalkan pancaindra untuk menguji apakah pernyataan yang dihasilkan oleh proses berpikir tersebut juga sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya berdasarkan kriteria korespondensi. 
3.      Pragmatisme
Pragmatisme merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Jadi, bila suatu teori keilmuan secara fungsional mampu menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suaru gejala alam tertentu, maka secara pragmatis teori itu adalah benar. Sekiranya, dalam kurun waktu yang berlainan muncul teori lain yang lebih fungsional, maka kebenaran kita alihkan kepada teori baru tersebut. Secara pragmatis, dunia keilmuan memberikan prefensi kepada teori yang bersifat lebih meyakinkan dan lebih bersifat umum (universal) dibandingkan dengan teori-teori sebelumnya.