Hari ini tepat kita memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah berjalan dua tahun lebih sedikit. Seperti halnya uang logam, ia selalu mempunyai dua sisi yang berbeda. Sama yang kita lalui, jika satu sisi bahagia, mungkin satu sisinya sedang merasakan yang lain. Aku tak pernah mengatakan sedang bersedih ya...
Setahun berakhirnya kita, berarti juga setahun lewat dua hari usia kalian. Ya. bukankah kamu yang bilang jika sebelum mengakhiri, kalian sudah memulai hubungan. Aku tak pernah menyalahkan kalian lhoo ya, swear deh. Selamat aja. Intinya semoga lebih bahagia, lebih mendapatkan apa yang belum pernah didapatkan sebelumnya.
Mungkin, dulu kamu merasakan apa yang aku rasakan sekarang. Memang menyebalkan, dan membuat aku berpikir ternyata aku dulu sama menyebalkan ya. aduuh beneran deh, jangan pernah berpikir ini karma. Karena bukan itu yang ingin aku katakan (maksa). Bagaimana rasanya tak dihubungi, tak ada kabar sedikitpun, ya ya yaaa aku merasakan sekarang. Tapi aku kan sudah mendapat gelar autis, aku bisa menyibukan diri sendiri. Aku bisa bahagia, ya aku bahagia, bahagia skripsi (nah loo).
Selamat untuk setahun kalian. Semoga menjadi pasangan yang akur, yang bahagia, yang sejati, yang sampai nanti menikah dan mempunyai keturunan yang lucu-lucu, unyu-unyuuu, pokoknya yang terbaik buat kalian. Ya ya ya, sepakat amiin (kalo gak ada acara makan-makan gak kabul nih doa) hahha bercanda dink. Yang terbaik aja buat kalian. Mungkin untuk kesekian kali aku minta maaf karena pernah mengutuki, pernah merasa sakit hati, pernah marah-marah gak jelas. Ya dan saudara-saudara yang jelek-jelek lainnya. Mungkin karena efek hati yang gimana gituuuu. Ha ha ha, selamat selamat prok prok prooookkk!
Ternyata, setahun hari ini bertepatan dengan lima bulan hubungan yang lain. Prok prook proook juga ahhh. Selamat lima bulan ya mas, ini udah semakin gede aja perut (nah lo). Bukan. Bukan seperti itu maksudnya. Ya semoga lima bulan ini melahirkan rasa lapang selapangan sepak bila dalam hatiku selama menghadapi polahmu yang kadang bikin aku pusing. Seperti halnya kamu yang berputar putar mas, tapi aku yang merasa pusing. Bisa membayangkan? Kalau tidak ya sudah. Ada sedikit menyerah beberapa hari lalu itu kita anggap sebagai pemanis. Dan kaburku sebagai pengasin. Ya, inilah hubungan kita yang penuh rasa.
Kamu kangen aku gak? Aku kayaknya kangen banget. Tapi gak mau ngaku. Kita udah berapa abad gak ketemu? Aduh bertahun-tahun. untung aku tak menua. Bagaimana denganmu? Apakah kamu menua mas? Oh iya, aku masih membawa sabun mukamu. Besok kalau ada waktu (dan ada yang antar dan kamu ada di kos dan ada modus untuk ke tempatmu) akan kubawakan sabun mukamu. Mungkin saja akan membasuh mukamu yang menua menjadi muda kembali. Oh tidakk, ternyata wajahmu berubah muda bukan karena sabun muka yang kubawa, tapi karena bahagia kedatanganku. (mengkhayal tingkat dewa).
Bagaimanapun kamu sekarang, sifat yang tiba-tiba berubah jauh dan perubahan seabrek lainya. Dengan kondisi hati yang pernah sangat tersakiti, pernah terkoyak, pernah mangkel. Mata yang tiba-tiba mengalirkan luka, mulut yang pernah mengumpat doa jelek dan permintaan tak kalah jelek, tentang penyerahan, ketidaksanggupan, dan teman-temannya. Ternyata aku tetap menyayangimu mas, entah karena apa. Bukankah cinta itu tak pernah perlu alasan?
Untuk cintamu yang dulu, yang berlusin-lusin itu, yang dari anak si anu sampai si itu, yang sepertinya beberapa hari lalu kau temui, yang membikin galo hatimu (jika kulihat dalam status fb) yang mungkin masih menyisakan sesak atau sesuatu yang belum selesai. Atau bahkan rasa tak terima karena seharusnya tak berakhir. Atau hipotesis lainnya mas. Silakan kau nikmati sendiri. Jika ada sepercik ‘atosan’ dari kata-katamu, mungkin itu sejenis bonus karena sekarang yang disampingmu adalah aku.
Aku mencintaimu mas, sungguh untuk saat ini.
Tapi hidup itu mencari mas,
Aku tak terpaku dengan apa yang dihadapanku.
Kita sepertinya pernah mengalami hal yang sama. Ya, proses mencari itu tadi, setelah mencari kemudian menggantikan. Mencari yang terbaik, dan menggantikan yang awalnya di tempat itu dengan yang terbaik yang telah ditemukan. Aku tak meminta menjadi yang terbaik buatku, dan aku juga belum bisa merasa menjadi yang terbaik buat kamu.
Kuulangi mas, untuk saat ini aku sangat mencintaimu.
22 Maret 2013