Meramu Rindu


Selamat malam,

Malam ini kembali aku tak bisa membendung apa yang dinamakan rindu. Aku rindu kamu (>,<). Seperti kemarin yang aku bilang, mimpi yang menghadirkan kamu, sms kamu atau apapun yang berhubungan dengan kamu...sampai aku lupa itu tentang apa.

Aku sedang menggarap sebuah cerita, ada sedikit menggunakan sosokmu. Aku berharap itu hanya dalam cerita saja. Dua minggu ini, waktuku dalam mengulur. Entah untuk menarik kembali atau berangkali melepaskan. Keputusan yang bagaimana aku menerima. Bukankah selama ini aku menganggapmu sebagai teman sekaligus guru? Itu tak akan mengubah sampai kapanpun. Tunggu aku di depan rumahmu, kembali membawakan sepasang roti perdamaian kedua. Atau aku kembali menemukan sebuah pintu? Akan aku mantrai pintu itu, kemudian ketika kamu datang ia berbisaik jika aku meluangkan waktu untuk mengunjungimu juga untuk menuntaskan sebuah rasa, yang kusebut rasa rindu.

Aku bisa menjelaskan ramuan rindu yang selalu kupersembahkan untukmu. Aku ambil angka 22 dan 11 juga 2012 kumasukkan dalam 5 gelas dan terdengar bungi ‘klitik.. klitikk’ denting sendok beradu. Selanjutnya disusul dengan denting ‘tinggg’ gelas kita beradu, kemudian ‘tinggg’ kelas kedua beradu. Tinggal satu gelas lagi. Kita menyesapnya berdua. Mari kita teguk bersama manis lima gelas ini ^^

Setahun lalu aku sedang bergejolak, aku mengenang sebentar tadi pagi. Ah, betapa bodohnya melewati masa itu. Juga membuang-buang tenana. Tenang lah hati, tenanglah. Walau kadang-kadang dering sms memunculkan sebuah nomor yang itu-itu saja. Pernahkah aku ingkar? Aku menjanjikan pertemuan setelah lulus. Itu saja, jangan kau rengek-rengek dari sekarang. Sampai menangis pun aku tak akan menyanggupi. Selanjutnya menghilang, memang, datangmu hanya untuk merayuku jumpa. Maaf, aku tak bergeming. Bukankah itu melukai perasaan seorang wanita lainnya? Andaikan saja kamu bisa berpikir sedikit saja. Hanya sedikit pintaku. Di mana letak bahagiamu sebenarnya? Bagaimana jika kutawarkan jika bahagiaku adalah lepas selepas-lepasnya dari semua tentang kamu? Membahasmu lagi itu sebenarnya sebuah ruang yang harusnya tak lagi kutembus.

Halo manusia tissi, bagaimana dengan janji kita senja tadi. Sebelumnya sudah ku bilang jika senja kita selalu dibungkus mendung. Juga senja tadi. Entah itu jumpa atau tidak, sepertinya langit mendukung sebuah aliran mendung untuk mengepung kita berdua. Bahagiakan kamu dengan wanitamu? Semoga kamu tak selalu berpikir menjadi sosok Rama, karena Sita-mu pada akhirnya tak akan bahagia. Aku juga tak pernah memintamu menjadi Rama-ku. Karena untuk membuktikan sebuah cinta aku tek perlu ditelan bumi.

Lama tak membuka kamu, hai kacamata. Sudah sampai mana hidupmu? Selamat membangun cinta yang sesungguhnya bersama orang yang sesungguhnya. Ah kacamatamu itu, sikap galakmu itu, arogansimu namun berbeda ketika menghadapiku. Aku mengingat apa yang kau lakukan senja dulu yang membuatku terbelalak membuka mata terkantuk. Itu menjadi sebuah kenangan, katamu juga kenangan itu perlu disimpan tak usah dibuang. Terima kasih untuk semuanya selama ini, bimbingan juga kata-kata yang membuatku kadang membencimu, juga meneteskan airmata.

Malam ini, tiba-tiba aku ingin sebuah candu bernama rindu. Melumat dalam bibirku. Selamat malam...