Siang ini ketika pulang


Dalam bis siang itu, begitu rupa-rupa orang. Sempat sebal dengan melihat perempuan dengan pakaian seadanya, sesudah itu, ia turun di dekat rumahku. Gusti, seperti ini macam gadis baru bau kota. Tingkahnya!

Pandangan sebelum itu banyak, seorang ibu dengan membawa jagoannya yang masih kecil. Ada mobil-mobilan truk yang ia bawa dan payung warna merah agak pink. Dan jagoan itu memangku bungkusan. Ah, kenapa setiap jagoan kecil suka sekali dengan ikan? Bahkan ia lindungi, seolah tak ada yang boleh menyentuh, bahkan hanya mengintip ikan di balik kresek hitam itu.

Ada seorang ibu, menuntun gadisnya. Ada sedikit kecurigaan. Benar, gadis itu manis, cantik. Nanti kalau besar bisa menjadi primadona. Sayang, sayang sekali ternyata ia sekolah di SLB. Barusan aku dengar bisik-bisik, ibu itu bukan nenek atau ibunya, tapi pengasuh. Dan gadis kecil itu ternyata anak orang kaya. Ketika akan turun dari bus, ia tak mau, terpaku, senyum sendiri dan bengong. Ah, aku merasa bersyukur terlahir dengan normal.

Kemudian banyak anak sekolah yang pulang. Rupa-rupa mereka, wajah-wajah mereka. Ya, jadi ingat ketika cinta pertama. Waktu itu SMP. Tapi aku belum sekeren anak-anak sekarang. Yang memakai jilbab sekenanya dengan ramput mengintip ingin keluar dan bersolek. Aku dulu, walau tak pandai bersolek tapi tetap canti. Ya, cantik alami gitu. Ah, jadi teringat Alam. Namanya Mawil Alam Syah, sekarnag kuliah di Amikom, entah sudah lulus tau belum. Ku perkenalkan kepada kalian, dia cinta pertamaku. Cakep? Jelas. Aku kan cantik (hahahah) cek saja di Alam Aldi Pratama facebook dia. Ah, sekarang dia sudah punya pacar.

Selanjutnya ada jalanan penuh pohn jati tinggi. Aku membayangkanmu. Ketika kita meramu rindu. Meneguknya lewat bibir. Hahahaha, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Sudah berapa lama?

Siangnya dalam lelap kamu mengunjungi. Membagi rindu yang kukatakan tadi telah kita ramuu sejak lama. Aku terjaga, kecewa ternyata tak ada siapa-siapa.