Saengil Chukha Hamnida



Jangan berjalan waktu, ada slamat ulang tahun, yang tertahan, tuk kusampaikan yang harusnya tiba, tepat waktunya, untuk dia, yang terjaga menantiku...

Saengil Chukha Hamnida Dae Wong, cheossarang-ku.

Masih teringat jelas tahun lalu, tanggal ini juga, dan sama seperti ini juga. Aku tak mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu. Namun pasti kamu percaya jika aku selalu mengingat hari ini. Juga pagi ini, bunyi alarm yang menunjukkan jumlah usiamu tepat.

Tapi ada yang berbeda dalam doaku tahun ini. Mungkin dulu kamu sedang merasakan apa yang dinamakan ditinggalkan. Ya, rasanya memang sakit. Aku pernah berdoa jika perempuan dalam doa-doamu adalah aku. Sekarang malah aku berdoa, siapapun perempuan dalam doamu itu semoga menjadi yang terbaik. Tidak harus aku, atau memang bukan aku...

Masih tentang tahun lalu. Masa ketika risau itu ada, dan ternyata aku kembali merasakannya. Ha ha ha,
Selamat ulang tahun Al, semoga panjang umur, kerjanya lancar, pacarnya selalu baik, dan cepat selesai TA-nya (ini juga doa buat aku). Untuk pertemuan kita yang lalu, untuk tatapan mata bapakmu yang seperti bicara ‘ah, calon menantuku’ itu yang tetap seperti itu dari dulu, juga untuk ibumu yang belum kukenal tetapi juga memanggilku ‘menantuku’. Memang apa yang kita jalani dulu membuat segala hal menjadi ajaib.

Terima kasih sudah pernah mencintaiku, bahkan sebelum aku tahu apa itu cinta.
Terima kasih sudah menyadarkan aku, bahwa aku ternyata seorang perempuan manis yang sebelumnya tak pernah kusadari.
Terima kasih untuk langkah kaki kecilnya yang menemani berjalan sampai depan rumah.
Terima kasih untuk cinta dan patah hatinya, celoteh yang kadang membuat tertawa.
Juga tatapan mata ketika lewat depan rumahku, walau aku tak ada di rumah. (kata ibuku)

Aku merindukan, saat dunia dalam mata kita masih putih dan biru. Dengan wajah unyu-unyu di belakang sekolah itu. Ungkapan perasaan yang tak terduga. Juga aku merindukan, saat kita menghabiskan waktu istirahat. Tak pernah lapar karena kamu di sampingku. Juga yang paling kurindukan adalah duduk bersanding denganmu, memegang tanganmu.

“Auuu.” Teriakmu, padahal gunting kuku belum juga menyentuh ujung kukumu.

Kemudian kita tertawa bersama. Ya, ketika dalam mata kita dunia hanya dia warna, putih dan biru.